Langsung ke konten utama

Bahaya Warisan Emosi

Emotional Healing, sebuah judul buku yg sebenarnya dari dulu memanggil-manggil buat di baca (antara penasaran dan butuh). Namun karena beberapa hal gak kebeli juga bukunya, sampai saat ini akhirnya saya mengkhatamkannya dalam waktu 3 hari (keburu jatah pinjem). Bagi saya ini adalah buku yg paling cepet saya baca dalam kurun waktu 3 bulan terakhir. Padahal dalam kondisi normal (buku milik sendiri dan sembari momong) saya menghabiskan 1 buku 200 halaman itu antara 1-2 minggu baru khatam. Jadi judulnya... baca cepat, karena the power of kepepet wkwk. Yuhuu, saya baca buku ini dari 'pinjam digital' di iPusnas--Digital Library Indonesia yang memberi waktu cukup 3 hari saja. Bikin ngos² an di sela momong, garap kerjaan, dan beberes rumah. Kenapa gak beli? Karena oh karena... di toko buku kota sold semua. Dan beli di tobuk online harganya jadi 2x lipat karena ongkirnya seharga 1 buku. Hehe. Maklum domisili di ujung... Namun hal ini tidak mengurangi sedikitpun berkah yang saya dapat dari buku ini, meski pinjem yak di jamin halal. :))

Baca kata pengantar dari teh @/irmarahayu , (penulis buku ini) buku ini di tulis dengan bahasa yang acceptable jadi ga bikin orang mengernyitkan kening saat baca satu per satu babnya... Iya, teh. Bener, teh. Bahasanya emang enggak bikin mikir sampek ngerenyitkan kening... tapi oh tapi #jleb semua di hati. Bukan karena bahasanya kejam juga sii sampai-sampai #jleb ke hati (ga mungkin lah ya ada buku yg isinya makian sampe jleb), tapi jlebnya karena yg di utek² adalah "emosi" dimana semua orang memilikinya baik itu negatif maupun positif. Termasuk saya yg baca donk... nah, karena pembaca (bukan cuma saya, tp juga saya termasuk di dalamnya :p ) juga memiliki emosi maka buku ini seperti mengajak pembaca untuk menyadari sesuatu "thats wrong and its not about them, its also about you. So, fix it from you". Ya emang sii, yg bisa di ubah tuh ya cuma kita sendiri. Ga mungkin maksa orang berubah apalagi buat kita sedangkan kitanya ga berbuat apa-apa gitu kan yee... :)

Alright, buku ini di bagi ke-3 bab besar di awali sekelumit kisah penulis bertemakan #ThePowerOfGiving , tentunya saya menebak (as always) sebelum membaca bagian ini... "oh memberi itu juga bisa menjadi bagian dari healing, sebagaimana saya pahami bahwa memberi itu menyenenangkan dan meningkatkan emosi positif" next setelahnya saya harus 'mengosongkan gelas' agar dapat menyerap ilmu lebih banyak dari buku ini (bukan sok tahu), dengan rasa penasaran "healing by giving? How its can work so far?"

Ternyata yg di tuliskan di bagian sebelum memulai bab besar ini membahas tentang beberapa terapi healing yg sepertinya sering di lakukan penulis saat membantu teman² yang melakukan konsul karena mengalami beberapa masalah tertentu. Karena di bagian ini bu irma menuliskan beberapa permasalahan (baik dari pengalaman pribadi maupun pengalaman orang lain melalui konsultasi), kemudian memberikan beberapa macam solusi terapi di sertai dengan step²nya. Karena bahasan adalah tentang kekuatan 'giving' dimana saya mengartikannya dengan memberi sebagaimana saya bisa (kalau saya punya makanan, saya bagi. Kalau saya bisa bantu, saya bersedia membantu),  maka disini agak sedikit ng-ganjel bagi saya wkwk Jika 'giving'  ke orang yg mungkin biasa aja -- yang kita sayang banget mah relatif gampang kan ya...

Nah, ini 'giving' ke yang biasanya ngeselin (orang/hal yg jadi sumber emosi negatif saat kita ingat). Bisa? Tentu, dengan mengantongi motto  Giving is Receiving dulu ya... next coba deh ikutin step²nya (aku rangkum seadaanya)

1. Tenangkan diri dengan touch and breath
2. Terima kondisi diri saat ini. Akui! (syarat: no sok kuat, no sok ikhlas, no sok sabar)
3. Setelah mengakui kondisi diri, maka yg muncul adalah andil kesalahan dan kekurangan kita. (kalau yg muncul masih pembelaan diri, kayaknya itu belum ngaku. Wkwk). Efeknya bisa marah, sedih, gemez dll. Terima aja. Istighfar yg tulus atas segala kekurangan/kesalahan itu. It's okay.
4. Lakukan meditasi 'sending love'
5. Kirim al-fatihah dan doa kebaikan bagi dia (dia yang tiap inget bikin gemez, nangis, marah dan emosi negatif lainnya muncul tiba²)
6. Senyum dan syukur
7. Just wait and see what will be

Bingung dengan istilah² nya? Yuk lanjut, kebanyakan istilah di atas akan terbahas di bab 1 kok. Sampai rasanya bab 1 ini penuh dengan soal ujian praktek di LKS.

● Niat untuk Berubah

Emosi terdiri dari emosi negatif and positif, and that's good. Artinya kita manusia normal yang masih Allah sayang hingga punya 2 emosi dalam diri. Eh, namun ini bisa juga jadi boomerang bagi diri jika emosi negatif lebih dominan menguasai. Hoho. Jadi emotional healing ini mengarahkan kita untuk mengenali dan mengatasi emosi tersebut yang cara awalnya adalah mendekatkan diri pada Allah dan mengenal diri sendiri. Dan semuanya balik ke niat masing² ya... karena apapun itu berawal dari niat. Kalau enggak, pasti deh banyak alesan... keras kepala dllnya... temukan dulu strong why (read: niat) next fokus terhadap tujuan. Dari sini mulai di kupas deh satu per satu tentang metode yg di bahas sebelum bab ini di buka...

1. Touch and breath methode : nafas dalam sembari memunculkan masalah yg memicu emosi negatif (marah, kecewa, dll), ketika nafas mulai berat maka akan ada beberapa bagian tubuh yg sakit. Sentuh sembari melantunkan doa dan membuat nafas seolah melewati rongga dimana bagian tubuh sakit.

2. Berkenalan dengan alam bawah sadar, di kenalin sama buku ini 3 level kesadaran yaitu:
concious mind (pemikiran yang baru aja terjadi, so cepet banget datengnya karena masih anget dari pabrik pemikiran kita), sub concious mind (pemikiran yang telah terjadi beberapa waktu lalu, kemarin misalnya sehingga butuh waktu sefikit lebih lama untuk memanggil pemikiran tsb, belum lagi kalau lupa, mungkin akan lebih lama lagi datangnya) and unconcious mind (disebut juga inner child, kalau sub aja butuh usaha untuk memanggilnya kembali... untuk yg terakhir ini usahanya banget ya. Butuh inner child therapyy yg artinya harus mengikuti step² emotional healing dan segala macamnya)

3. Mengenal emosi terjebak dalam tubuh, tandanya baperan, gampang nangis, gampang marah, dll. Emosi yg mengendap menyebabkan penyakit. Cari akar masalahnya, sehingga dapat menetralkan energy negatif, memikirkan solusi cepat tepat dengan jalan yg benar. Bahkan ada program EFT untuk ini. Emotional Freedom Theraphy, namun tidak di bahas lebih jauh di buku ini.

4. Emotional Healing: setelah mengetahui akar masalah yang membuat emosi lebih menguasai diri maka yang kita lakukan adalah emotional healing yaitu dengan memusatkana pikiran dan memanggil kembali kenangan buruk maupun personal yang berkaitan dan menimbulkan trauma berkepanjangan. setelah hal tersebut berhasil di lakukan maka yang dilakukan adalah akui dan lakukan touch and breath. tentunya hal ini tidak instan, perlu beberapa kali.

5. Mirror Theraphy sama dengan emotional healing, namun kali ini kita berbicara dengan diri sendiri melalui media cermin

6. Digging Deeper menggali lebih dalam apa yang menjadi pemicu, dalam tahap ini menguras tenaga sehingga saya ndak coba karena saking dahsyatnya di tuliskan efeknya bisa lemas 2 hari, sangat di anjurkan untuk punya partner dalam teraphy ini. (penasaran? Bisa baca langsung ya bukunya)

7. Inner Child, terapi inner child bisa di bilang teraphy pamungkas di mana sebab yang di timbulkan serta akibatnya berdampak besar untuk kehidupan saat ini. Saking besarnya hal negatif tersebut bisa terjadi begitu mudah dalam kehidupan sehari-hari.

-Sindrom Emosi, di bab 1 ini juga di colek² tentang sindrom emosi. Gejala yg mungkin timbul ketika kita mengalami emosi dengan problem tertentu namun banyak tidak kita sadari (temasuk saya ketika menyadari dari membaca buku ini), betikut di antaranya:

 1. sindrom menangis
(saya kira sindrom yg efeknya bikin nangis) :p ternyata hanya judulnya, yaitu disebabkan oleh emosi yang berawal dari masalah ketidak mampuan penggambilan keputusan atas kondisi yg di lakukan oleh orang lain. Misalnya tugas dari atasan yang keberatan untuk kita lakukan. Maka efek yang timbul adalah sakit kepala, leher kaku, sariawan, sebah, hingga mata berair.
2. sindrom tanggung jawab
yaitu disebabkan oleh emosi yang berawal karena beratnya tekanan dalam peran tertentu. Efek yang timbul adalah sakit punggung dan berat di sekitar pundak.
3. sindrom frustasi seksual dan rasa bersalah
yaitu disebabkan oleh emosi yang berawal dari rasa bersalah di sebabkan tidak dapat mengekspresikan diri dalam seks. Efek yang di timbulkan di antaranya kram perut, asam lambung, ginjal, dan disminorhea.
4. sindrom perlawanan
yaitu disebabkan oleh emosi yang berawal dari penekanan keinginan ketika gagal atas target tertentu atau ketika pendapat di indahkan begitu saja oleh orang terdekat. Efek yang di timbulkan dari emosi ini adalah tangan kasar, lengan tangan dingin, hingga reumatik.
5. sindrom melarikan diri
yaitu disebabkan oleh emosi yang berawal dari pelarian diri dari situasi tertentu termasuk posisi jabatan yang bagus atau kesuksesan karena merasa belum mumpuni. Efek yang di timbulkan adalah kram kaki, bengkak, hingga kelumpuhan. (kok yg terakhir syerem T,T)

-Pola emosi dalam Hidup
Pola yang di maksud disini adalah bagaimana emosi dalam diri ketika menghadapi pemicu emosi yang tiba-tiba mampir tak di undang tak di antar, wkwk

1. Penekanan/menekan emosi, ada beberapa yang memilih untuk menekan emosi. Misalnya ketika di olok, kita ingin marah namun di redam sedemikian rupa hingga akhirnya memilih untuk diam atau sekedar senyum padahal deep inside "huuhh, awas ya loe", kemudian melampiaskan dengan makan, tidur, kerja, maupun seks berlebih. Sabar dan baik di awal, namun meledak setelahnya.
2. Melampiaskan/pelampiasan emosi
Di sisi lain ada juga yang lebih memilih meluapkan emosi secara langsung di saat dan tempat yang sama ketika pemicu senggol dikit langsung meluapkan emosi secara  gamblang hingga terkadang kata² yang balik menyakiti, doa buruk, hingga akhirnya dzalim karena merasa subjek pemicu emosi turut terluka.

Di antara 2 tersebut, teman² termasuk yang mana? Hehe, ibarat makan buah simalakama ya. Serba salah. (Seriusan, pas baca bagian ini ngeselin. Wkwk. Terus gimana donk? Bahkan pernah ku lakuin 2-2nya dan semua salah. Kelar deh kelaaarrr...) Jadi saat pemicu emosi tersebut mengganggu, ala emotional healing hal pertama yg di lakukan adalah pengakuan atas dampak emosi, kalau marah akui aja... (ngakunya sama diri sendiri, jadi ga perlu teriak² meskipun marah) next, introspeksi salahnya kita dimana kok sampai sedih/marah/emosi negatif lainnya menyapa, akui aja toh yang tau cuma diri sendiri dan Allah, next healing emosinya spt di step emotional healing, inshaaAllah selesai dalam diri sendiri tanpa bikin masalah baru buat orang lain maupun less timbunan emosi dalam diri

● Warisan Emosi dari Orang tua
Memasuki bab kedua, saya merasa emosi karena pengaruh genetis. Karena sudah jadi emak, ngerti dikit lah gimana yang katanya emosi ibu ketika hamil dan menyusui mempengaruhi sekali ke pembentukan emosi si kecil. And i feel it by my self so far, saat emaknya uring² an jangankan si kecil mau elus² emak... malah double combo uring² annya di banding si emak. Meski nyadar juga sii sebagai emak menularkan emosi baik positif maupun negatif ke anak... Namun apalah daya jika jiwa sudah di kuasai oleh emosi yang seharusnya kita kuasai sebelumnya. Apalagi saat itu belum kenal namanya healing² segala macam, boro-boro deh... bisa mandi aja syukur yee kan.

Be smart, mom! Save your kids from another drama you make for them!

Duuuh, coba deh bayangin kalau si kecil punya emosi sedemikian kacaunya. Pusing kita dua kali lipat dari pada kitanya sendiri yg kacau emosinya. Be wise!

Jadi di bab ini kita di ajak untuk forgiveness theraphy. Karena sebagai orang tua pun kita juga punya emosi yg terjebak di alam bawah sadar kita atas segala perlakuan ortu saat kecil entah sebagai bentuk pengasuhan maupun ego mereka yang sampai ke kita. Nah, mereka yang tinggal di alam bawah sadar ini saking mancepnya bisa kapan aja hadir menanti momment. Saat kita sebagai ortu misalnya... semacam doktrin yang berbisik "kelak kalau saya punya anak, saya akan melakukan a.b.c seperti yang ibu saya lakukan" atau "kelak kalau saya punya anak, saya tidak akan sejahat itu memaksakan ego kepada anak seperti ortu saya" meski dalam bentuk penolakan sekalipun, bukan hal mudah untuk lepas dari emosi yg terjebak tersebut sehingga muncul pula emosi yang unpredictable dan berimbas kepada pengasuhan anak.

Penasaran sama forgiveness therapy? Sebagaimana judulnya, fokus di utamakan adalah seni untuk 'memaafkan' baik diri sendiri maupun orang lain yg berkaitan. Udah kayak konmari dari dalam diri.

Dalam Forgiveness Teraphy di kenalin sama energy in motion yang di kenal sama oleh buku ini sebagai 'emosi' dan di bagi ke beberapa bagian di bawah ini: (nantinya bakal berujung pada forgiveness teraphy itu sendiri) sepertinya ini di tuliskan sebagai jembatan untuk pembaca menyadari sesuatu sebelum terapi itu sendiri.
1. energi kasih, berasal dari ikatan emosi bersama ibu. Min 5 th. Belajar ketulusan, bahasa cinta, melindungi, belajar hubungan yg baik.

2. energy rezeki dan bertahan dr hidup ayah: kemampuan tanggung jawab, mencari nafkah, menyikapi hidup, tegas dan kuat.
Mengapa ayah? Alam bawah sadar mengidolakan ayah siapapun itu, hingga kita mendapati karakter tsb di dalam diri atau pasangan bila baik. Atau sebaliknya maka kita bentrok dengan sikap kurang baik.

3. Karakter dan emosi hari hari ini adalah buah dari pengasuhan orang tua, seperti yang saya tuliskan di awal tadi. Kalau saja pengasuhan orang tua kita zaman baheula di rasa buruk untuk saat ini, yuk di putus saja rantainya... "ajarkanlah anakmu sesuai zamannya" begitu kata Nabi. Before all, beberes dulu yak. Semoga forgiveness teraphy ini membantu, agar tak terkenang doktrin masa lalu.

4. forgiveness teraphy: memaafkan diri sendiri dan yg lain. Menerima, mengakui perasaan negatif dalam diri. Affirmasi dan doa.

Playing victim = Gagal memaafkan. Namun senyum dan syukur, allah dekat, bahagia dekat

● Real story
Bab ketiga real story! Saya kira bakal ada 2-3 cerita panjang yg tuntas emotional healing. Ternyata bukan, ceritanya pendek-pendek dan semuanya sukses emotional healing. Kalau di tuliskan, percayalah... ini adalah masalah sejuta umat. wkwk. Kerap melanda sebagian kita juga, yang efeknya ternyata berpengaruh besar terhadap perkembangan emosi. Mulai dari kehidupan berkeluarga, single, karir, kesehatan, rezeki, trauma, hubungan dengan sesama, hingga tujuan hidup di bahas disini. Di tulis berdasar pengalaman pribadi penulis maupun dari konsultasi emotional healing indonesia.

Yang saya pelajari dari semua real story disini adalah bagaimana menentukan tujuan hidup dimana yg mungkin orang lain sukses sementara kita ingin seperti orang tsb padahal ketika mendapatkannya juga belum tentu kita bahagia, belajar bahwa kita perlu menerima masa lalu namun tidak memaksa orang untuk menerima kita apa adanya, tentunya ndak mungkin donk... dengan memaksa orang lain menerima kita apa adanya malah membuat kita bermental korban sehingga mengurangi syukur dan bahagia. Sebagaimana makhluk sosial dimana ada motto if you treat me good, ill treat you better maka kadang kita juga perlu memperlakukan orang lain yg menjadi pemicu emosi dengan good treat terlebih dulu untuk mendapatkan better treat, kalaupun bukan dari si pemicu setidaknya Allah akan memberikan best treatnya untuk kita, misalnya dengan belajar banyak dari si pemicu juga rezeki yang Allah berikan dan tak ternilai harganya. Oh iya, hal ini bukan mendidik kita untuk pasrah dan ikhlas gitu aja ya... nanti jadinya masuk pola menekan perasaan saking gak beralasan ikhlasnya. Wkwk. Jadi yg saya ingat, zona ikhlas itu bukan zona terakhir tujuan kita hidup... ada syukur,  bahagia, dan bahkan di step akhirnya kita bisa "sending love" malah mendoakan yg menyakiti kita. Berat yesh... namun semuanya tergantung pada niat yg kekeuh, and all need process.

Disini di bahas juga permasalahan yg menurutku saat ini jadi masalah ter kompleks perumahan di hidupku, bukan tentang ku juga tapi setiap hari saya berhadapan dengan orang dengan permasalahan seperti itu. Akhirnya membuatku mengerti, bahwa yg sebenarnya yg dia cari adalah perhatian (bisa jadi emosi yang belum terselesaikan di masa lalu, maupun pengalaman hidupnya yang bikin parno) karena yg di cari perhatian, pemecahan masalah versi apapun ga mempan. Hohoho. Sebagaimana kalau biasanya kita curcol, hayo maunya apa? Perhatian aja atau pemecahan masalah?

Next, emotional healing ini bukan untuk menghapus masalah² alam bawah sadar tersebut ya... masalah tersebut akan selamanya dikit² hadir di kehidupan sehari² kita namun dengan healing ini harapannya kita lebih bijak dan siap menghadapinya. Bukan sekedar mengikuti emosi sesaat yang bahkan bukan hanya merugikan orang lain namun lebih parahnya merusak jiwa sendiri. Akui, maafkan, dan nikmati!

Review buku Emotional Healing by Prima Dona Dewi Y thread for #kimichallenge @ibumudaindonesia




Postingan populer dari blog ini

Terimakasih

Terimakasih Ucapan yang di sampaikan atas dasar kebaikan yang telah seseorang berikan kepada kita, baik berupa pertolongan maupun pemberian. Namun jarang sekali menemui seseorang berterimakasih atas dasar perlakuan buruk seseorang kepada kita ya? Boro-boro bilang makasii, melipir sambil diem aja udah untung yesh. :p Padahal pada dasarnya semuanya baik. Kenapa dasarnya baik? 👇 Misal aja nih... Bisa jadi kita meminta kepada Allah agar kita memiliki hati yang lapang dan ikhlas. Ndak mungkin donk kalau kita ujug² ikhlas dan berhati lapang kalau ndak di kasih 'pelajaran-pelajaran' berharga dulu dari ujian kehidupan? Ibaratnya harapan² itu seperti berlian, pastilah kelihatan berkilau baik ketika sudah di tempa panas maupun belum. Namun ketika sudah di tempa panas, bentuknya akan lebih cantik lagi... lebih berkilau lagi... dan pastinya lebih bernilai tinggi. Kalau kata paksu, niat itu nilainya 1. Dan kalau di aktualiasi jadinya bernilai 10. . Niat kita agar hati kita lapang d

Ikhlas :)

Pas jalan-jalan di linimasa twitter, dan nemu ini di akun @kupinang yang tak lain dan tak bukan adalah akun milik Ust. Mohammad Fauzil Adhim... Hihihi. Semoga bermanfaat bagi semuanya. :) Oleh: Ust. Mohammad Fauzil Adhim Inilah Sufyan bin Sa'id Ats-Tsauri, seorang ulama hadis yang sangat berpengaruh. Keutamaannya dalam ilmu hadis membuat Yahya bin Ma'in dan beberapa ulama lainnya memberi julukan "Amirul Mukminin fil Hadits". Hanya dua orang yang pernah mendapat julukan tersebut, satu lagi adalah Malik bin Anas, meskipun keduanya bukanlah orang yang menyukai gelaran-gelaran hebat yang disematkan kepadanya. Ini merupakan gelaran yang dikatakan orang atas dirinya, bukan dianugerahkan kepadanya lalu diterima dengan hati bangga. Sufyan Ats-Tsauri rahimahullah Ta'ala pernah mengingatkan kita, ”Tidaklah aku obati sesuatu yang lebih berat daripada mengobati niatku, sebab ia senantiasa berbolak-balik pada diriku.” Apa maknanya? Tidak ada yang lebih berat dalam

REVIEW IV CHALLENGE I -- KOMUNIKASI PRODUKTIF

_ cemilan rabu #2 _ * BERTANGGUNG JAWAB TERHADAP HASIL KOMUNIKASI KITA * Bulan ini bagi teman-teman yang sudah bisa menyelesaikan tantangan 10 hari, akan mendapatkan badge yang bertuliskan _ I'm responsible for my communication result _ Artinya apabila hasil komunikasi kita dengan pasangan hidup, dengan anak-anak, dengan teman-teman di komunitas, rekan kerja dan masyarakat sekitar kita, tidak sesuai harapan, maka jangan salahkan penerima pesan, kitalah yang bertanggung jawab untuk mengubah strategi komunikasi kita. Contoh kasus saya pernah jengkel dengan assisten rumah tangga saya yang biasa dipanggil budhe. Berkali-kali diberitahu cara setrika yang benar, tapi hasilnya selalu salah. Kondisi seperti ini biasanya akan menyulut emosi kita ke penerima pesan. Maka saya harus segera mencari orang ketiga untuk cari solusi lain. Saya ceritakan kondisi ini ke pak dodik, beliau hanya menjawab simple "Kalau sekali saja diberitahu langsung paham, maka budhe itu sudah pasti jadi