Langsung ke konten utama

RESUME KULWAP W/ UST. AAD

Diskusi Emak Kekinian

*Menyiapkan Pemuda Pemudi Mukallaf sejak dini*

Posted on August 15, 2016 by Silvia Rahayu

Waktu Kullwap     : 1 Agustus 2016
Materi Kullwap     : MENYIAPKAN PEMUDA PEMUDI MUKALLAF SEJAK DINI
Pemateri                : Ust. Adriano rusfi
Moderator             : Mba Rita & Mba Nina
Peresume               : Silvia Rahayu

**********************************************

Mukallaf

Pengantar Tema Kullwap

Seorang gadis Jakarta asal Sumatra belakangan merebut perhatian. Ia menjadi pesohor dunia maya berkat vulgarisme yang disandangnya : tampil seronok, ucapan kasar, atau laku cabul berskala lebay
Namun bukan itu yang menarik. Tapi bahwa dulu ia begitu manis, berhijab, dan menyandang peringkat tiga Ujian Nasional se propinsi. Tampaknya ia telah diajari shalat, hijab, mengaji, matematika atau IPA.
Namun kita sering lupa, bahwa anak juga perlu memiliki identitas diri yang kuat, bertahan atas ganasnya budaya kota, percaya diri dalam keberbedaan, tangguh atasi derasnya arus sosial. Ya, pendidikan aqil-baligh

Pertanyaan pendahuluan
Apa yang di maksud Aqil baligh dan mukallaf?

Jawaban
Bu Rita, sebenarnya dalam ajaran Islam tidak ada istilah aqil-baligh. Yang ada hanya istilah baligh saja. Karena dalam Islam antara kedewasaan fisik dengan kedewasaan mental merupakan satu kesatuan.
Namun, tampaknya orang Indonesia sangat visioner. Rupanya bangsa kita sudah meramalkan bahwa suatu saat antara kedewasaan fisik dengan kedewasaan mental akan berpisah. Sehingga keluarlah istilah aqil-baligh. Khas Indonesia.
Aqil-baligh adalah sebuah keadaan di mana seorang manusia telah dewasa secara fisik, terutama kemampuan seksual-reproduktif, dan dewasa secara mental.

Intinya, manusia aqil-baligh adalah manusia yang telah sanggup berumahtangga : reproduksi, mengasuh anak, mencari nafkah, bertanggung jawab, memecahkan masalah, mengambil keputusan, mengelola resiko dan menjalankan fungsi sosial.

Istilah lain dari aqil-baligh adalah mukallaf, yang artinya “siap memikul beban kehidupan seutuhnya”

Q : Tp kalo diperhatikan kenapa banyak pemuda / remaja yg terlihat scr fisik , sudah baligh tp sikap dan pemikiran belum dewasa ustad?
A : Bu Nina, hal itu terjadi karena kita terlalu fokus pada pembekalan fisik, seperti gizi yang cukup, protein yang memadai, karbohidat yang banyak, kaya vitamin dsb.
Fokus pada asupan fisik ini juga disebabkan oleh rasa bersalah orangtua yang abai dalam pendidikan anaknya, sehingga makanan menjadi ajang “balas dendam” dan “penghapus kesalahan”😪
Sebaliknya, kedewasaan mental justru terabaikan, karena pendidikan telah diserahkan ke sekolah, anak terlalu dimanjakan, anak tak pernah diberikan masalah dan tantangan hidup, anak tak dilatih untuk berjuang, terlalu diproteksi dan sebagainya.
Akibatnya, fisiknya cepat dewasa, mentalnya tetap kekanak-kanakan ✅

Q : Kalau pola asuh tak kompak, ibu kasih masalah, bapak yg carikan solusi. Ini gimana ya Ustadz?
A : Makanya, Bu Rita, antara ayah dan bunda perlu satu visi dulu dalam pendidikan anaknya.
Justru dalam pendidikan aqil-baligh ini ayah harus berperan sebagai “raja tega”, bukan malah memanjakan anak dan mengambil alih solusi
Dalam kolaborasi pendidikan. visi, misi dan strategi pendidikan adalah tanggung jawab ayah, sedangkan implementasinya dilakukan oleh bunda. Jadi harus kompak ✅
PR pengasuhan numpuk..

Q : Asw Ust.Aad..
Sebelum fenomena awkarin merebak, sudah menanti diskusi dgn ust.Aad disini dgn tema menyiapkan pemuda Mukallaf.. sy ingat wkt itu lg diskusi bertanya bgm menyiapkan “Anak Laki-Laki” agar dy jd pemuda Mukallaf (sebelum akhirnya dy siap berumah tangga dll)
Krn sy percaya beda treatment antara laki2 dan perempuan.. dan sepertinya secara genetik sy kuat gen anak laki2 �.

Oia usia berapa biasanya secara ideal pemuda harus “Mukallaf”. Apakah td begitu dy baligh secara biologis?
Mohon jawabannya ust secara khusus ttg anak laki2.. krn mereka akan jd pemimpin keluarga kelak yg seharusnya bs tangguh dan jg lembut kepada istri dan anak2nya.. terima kasih..

A : Seharusnya mukallaf (aqil-baligh) itu berbarengan terjadinya pada usia 13 sd 15 tahun. Betapa berbahayanya jika seorang anak laki-laki telah mampu menghasilkan sperma dan membuahi sel telur, namun belum siap dengan segala konsekuensi pembuahan.
Khusus untuk anak laki-laki, sejak ia berusia 7 tahun, latihlah ia hal-hal berikut ini :

SurvivalBela diriMemanah-berkuda-berenangMemecahkan masalahMengambil keputusanMemikul konsekuensi, resiko dan tanggung jawab atas perbuatanBerpikirCalistungMencari nafkahMelaksanakan syari’ah

Q : Ciri ia mukallaf adakah ust? Atau sebaliknya.. ciri dy masih jauh dr mukallaf?
A: Ciri utama dari mukallaf minimal 3 :
1 . Mampu reproduksi
2. Mampu bertanggung jawab
3. Mampu bertahan hidup (untuk laki-laki adalah mencari nafkah)

Q :  Utk poin no.9 (bgm praktek menyiapkannya dlm usia 13-15)
A : Untuk poin 9, mulai dengan menawarkan pekerjaan-pekerjaan kepada anak dengan imbalan upah (seperti mencuci mobil/sepeda motor ayah)
Lalu, jika anak menginginkan sesuatu yang bersifat sekunder/tersier, misalnya ingin punya sepatu bola, minta dia untuk menanggung 1 sd 10 % dari harganya.
Kalau usianya sudah 10 tahun, mulai ajari anak-laki-laki untuk mencari nafkah, minimal untuk mendapatkan uang jajan sendiri. Mencari nafkah ini tidak lagi di dalam rumah, tapi di luar rumah.

Tak ada salahnya bagi bunda untuk membuat makanan, lalu meminta anak untuk menjualnya dengan sistem bagi hasil. Begitu pula dengan ayah. Share beberapa pekerjaan kepada anak (laki-laki). Berbisnislah dengan mereka ✅

Q : ust.. klo yg di atas itu ciri mukallaf utk anak laki2, bagaimana dengan anak perempuan?
A : Bu Dewi, ciri perempuan mukallaf adalah :
1. Sudah menstruasi
2. Terampil mengurus rumah
3. Bisa mengelola asset dan keuangan
4. Mampu menjadi asisten rumahtangga yang baik
5. Mampu mengasuh anak (merawat, memandikan, memberi makan dsb)
6. Mampu melakukan tugas kerumahtanggaan minimal (memasak, mencuci, membersihkan rumah)

Catatan nih : betapa banyaknya anak perempuan sekarang yang tak bisa memasak 😭

Q :  bisa kah ust kasih contoh terkait kolabirasi ayah bunda dalam konteks mendidik aqil balig anak? ayah “raja tega”, ibu sbg implementernya. kok kalau sy n suami, rasanya kok saya yg lebih “tega” ya.. 😅
A: Contoh kolaborasi ayah-bunda dalam pendidikan anak :

Anak melakukan pelanggaran >> bunda lapor ke ayah >> ayah mengajari anak >> ayah memberikan arahan kepada bunda.

Catatan : memang betul, ayah sekarang justru lebih memanjakan anaknya daripada bundanya ✅
Catatan : ayah yang sering bertukar sikap dan peran dengan bunda, bisa merangsang anak untuk berperilaku LGBT 😰✅

Q:  apakah perlu dikembalikan peran ayah sebagai “raja tega” ust?
A:  Betul, Bu Rika. Jadikan ayah itu kembali maskuli dan bunda feminin.
Kalau terbalik, berarti kita mempercepat kiamat. (Hadits : diantara tanda-tanda kiamat adalah laki-laki menjadi perempuan dan perempuan menjadi laki-laki ✅

Q: dlm rentang waktu  brp lama  kita hrs observasi ,  dan kita sbg ortu meyakinkan diri kita dan jujur , bhw ada yg kurang lengkap dg pengasuhan kita. Soalnya Kebanyakan yg terjd pd ortu adalah  denial ustad, yg mana tnpa org tua sadari menghambat kemajuan anak.
A: Observasi terbaik bagi kesiapan aqil-baligh / mukallaf adalah : ajak anak-anak kita camping dan bertualang/mengembara dengan bekal dan asset pas-pasan.
Lalu selama masa petualangan/pengembaraan itu tolong diobservasi :

1. Terampilkah anak secara fisik ?
2. Apakah anak mudah letih ?
3. Apakah anak manja dan mudah menyerah
4. Sanggupkah anak memenuhi kebutuhan fisik minimal, apakah melalui mencari uang diperjalanan, berburu, meramu makanan dsb ?
5. Sanggupkah anak memasak, mencuci, merapikan tenda dsb ?
6. Mampukah mereka bekerjasama, tolong-menolong ?
7. Basakah anak melakukan fungsi P3K (membersihkan, membalut, merawat dsb) ?

Saya jadi ingat peristiwa belasan tahun silam, saat “piknik” dengan anak-anak laki-laki saya dengan menumpang truk dari Kelapa Gading ke Purwokerto. Lalu di terminal Purwokerto kami sempat mengamen. Itu pengalaman indah yang sangat berkesan

Q: Ustadz materi apa sajakah yang mesti dipersiapkan untuk menyambut datangnya aqil baligh
Step by step apa yg semestinya mulai diajarkan?

Seperti ustadz sebutkan tadi bahwa baligh artinya telah siap secara fisik untuk reproduksi
Mungkin bisa dibantu?Untuk anak laki-laki

A:  Untuk menyambut datangnya aqil-baligh, materi utamanya adalah fiqhun nikah.
Tentunya sebelumnya juga telah dibekali dengan materi entrepreneurship, marketing, kerumahtanggaan dsb.
Kalau ingin lebih lengkap, di Sekolah Alam Tangerang telah saya bikinkan materi persiapan aqil-baligh lengkap ✅

Q: Assalamualaikum ustadz..
Apakah mungkin jika orang tua ternyata belum mukallaf?
Apa yg harus dilakukan oleh orang tua dan bisakah mendidik anak2nya menjadi seorang yg mukallaf tepat waktu?

Terima kasih ust..

A:  Bunda Nurul, bisa saja ada orangtua yang belum mukallaf. Di Facebook saya pernah cerita tentang ayah “sholeh” tapi bercerai dengan istrinya karena nggak bisa cari nafkah, sulit mengambil keputusan dsb.

Untuk mendidik anak menjadi mukallaf tepat waktu (13 sd 15 th) memang saat ini nggak mudah. Sayapun ternyata gagal atau nggak tepat waktu. Anak pertama saya mukallah pada usia 20 tahun. Anak bungsu saya justru baru mukallaf pada usia 22 tahun.

Namun, siapa tahu ayah bunda di sini mampu melakukannya lebih tepat waktu. Saat saya pelajari kelemahan saya dalam mendidik anak aqil-baligh tepat waktu, ternyata masalahnya cuma satu : saya kurang tega dalam memacu daya juang anak saya. ✅

Q: Brarti kuncinya harus tega ya ustadz?
A:  Betul

REKAP PERTANYAAN KULWAP SESI  BEBAS

Q1 :ust. Mencuci memasak membersihkan rumah ke pasar dll, sudah pasti menjadi ciri (hanya perempuan) mukallaf kah ust?
Kalau laki2 tidak perlu kah diberi keterampilan begini?

Wkt itu pernah dibahas di sini, ttg culture / budaya.. pembagian tugas kelak dlm rumah tangga. Kalau hanya perempuan yg harus bisa ini semua, ketika istri butuh support bantuan suami cenderung canggung. Krn budaya kita laki2 nyari nafkah.. sehingga dampaknya suami jd enggan bantu istri krn dr awal tugasnya cari nafkah saja.Istri urusan domestik..
Bgm pandangan tentang ini?

Q2 : Assalammuallaikum ust, batasan tega antara ayah dan ibu seperti apa?

Q3 :Ustad, bagaiman sikap kita sbg orang tua jk melihat perkembangan anak yg sudah baligh namun blm mukallaf, dan sdh ada kecenderungan untuk tertarik dgn lawan jenis (sdh ada niatan unt menikah), apakah cukup dgn kita anjurkan berpuasa n perbanyak aktifitas?

Atau perlu kita fasilitasi unt memudahkan mereka menikah n sementara kita msh support  kebutuhan finansial mereka smp tiba saatnya mereka bisa mandiri finansial/mukallaf?
Ada seorg teman yg berkata pd anaknya sejak usia SMA, bahwa jk ia mmg sdh ingin menikah, mk ortu akan memudahkan proses pernikahan tsb n ttp membiayai sekolahnya bahkan smp ia lulus kuliah.

Apakah bijaksana jika spt itu ustad?
Bagaimana sikap kita thd anak laki2 & anak perempuan mengenai hal tsb? Trimakasih ustad.

Q4 :    Benarkah jika sudah aqil-baligh itu sudah bukan kategori anak lagi? Saya pernah dengar, saat sudah mukallaf berarti anak seharusnya sudah tdk dinafkahi oleh ortu nya? Jika iya, apakah anak perempuan jg berlaku hal yg sama?
Anak jaman skrg, ada yg sudah baligh usia 10-13 tahun (SD), Ustadz. Sedangkan klo dilihat dr template nya, usia 7 tahun baru diperkenalkan sistem, usia 10 tahun baru diberi punishment. Bagaimana jika baligh nya cepat seperti yg saya sebutkan td? Apakah pola pendidikan nya jg dipercepat??

5⃣ust…membaca penuturan ust yg merasa blm berhasil koq sy jd ga PD n ga yakin banget bs mengantarkan anak2 sy agar tepat masa mukhallaf nya. Ust saja yg subhanalloh men “treat” buah hati nya sampai ada pengalaman ngamen merasa telat meng mukhallafkan buah hati ust…

Jd hrs bgmn spy bs optimis nih ustadz😭😭😭
Terima kasih, Ustadz

Postingan populer dari blog ini

Terimakasih

Terimakasih Ucapan yang di sampaikan atas dasar kebaikan yang telah seseorang berikan kepada kita, baik berupa pertolongan maupun pemberian. Namun jarang sekali menemui seseorang berterimakasih atas dasar perlakuan buruk seseorang kepada kita ya? Boro-boro bilang makasii, melipir sambil diem aja udah untung yesh. :p Padahal pada dasarnya semuanya baik. Kenapa dasarnya baik? 👇 Misal aja nih... Bisa jadi kita meminta kepada Allah agar kita memiliki hati yang lapang dan ikhlas. Ndak mungkin donk kalau kita ujug² ikhlas dan berhati lapang kalau ndak di kasih 'pelajaran-pelajaran' berharga dulu dari ujian kehidupan? Ibaratnya harapan² itu seperti berlian, pastilah kelihatan berkilau baik ketika sudah di tempa panas maupun belum. Namun ketika sudah di tempa panas, bentuknya akan lebih cantik lagi... lebih berkilau lagi... dan pastinya lebih bernilai tinggi. Kalau kata paksu, niat itu nilainya 1. Dan kalau di aktualiasi jadinya bernilai 10. . Niat kita agar hati kita lapang d

Hati ini milik Allah... <3

Hai hati, apa kabarmu hari ini? Aku berharap engkau sebaik yang aku inginkan... Bahkan lebih dari itu... Nice! I got my true feelings... Im hurt. Cause this missing piece. Hey, you over there, have you feel the same feelings like me? Sudahhh... Aku memang perlu untuk harus menganggap waktu dan jarak hanya sekedar angka. Bukan lagi sebagai kerangka yang membuatku semakin tua dalam hitungan angka itu, kan? Sisa waktu long distance semakin tipis saja, itu tandanya temu akan segera tergapai. Tapi jangan lupakan... Itu pula tanda long distance relationship ini semakin lama kita nikmati. Sebagaimana roti yang harus kita nikmati dengan selainya, entah coklat, susu, kacang, atau sekedar madu. Begitupula hubungan ini. Hak sepenuhnya ada di tanganmu, sayang. Harapku tak rumit. Hanya inginkan semua baik-baik saja, sampai berujung temu yang bukan sekedar harapku. Tapi juga harapmu. So? Will you go in chance make it come true? Or you just wanna make it enjoy by your side only? Entahlah. Hati in

Ikhlas :)

Pas jalan-jalan di linimasa twitter, dan nemu ini di akun @kupinang yang tak lain dan tak bukan adalah akun milik Ust. Mohammad Fauzil Adhim... Hihihi. Semoga bermanfaat bagi semuanya. :) Oleh: Ust. Mohammad Fauzil Adhim Inilah Sufyan bin Sa'id Ats-Tsauri, seorang ulama hadis yang sangat berpengaruh. Keutamaannya dalam ilmu hadis membuat Yahya bin Ma'in dan beberapa ulama lainnya memberi julukan "Amirul Mukminin fil Hadits". Hanya dua orang yang pernah mendapat julukan tersebut, satu lagi adalah Malik bin Anas, meskipun keduanya bukanlah orang yang menyukai gelaran-gelaran hebat yang disematkan kepadanya. Ini merupakan gelaran yang dikatakan orang atas dirinya, bukan dianugerahkan kepadanya lalu diterima dengan hati bangga. Sufyan Ats-Tsauri rahimahullah Ta'ala pernah mengingatkan kita, ”Tidaklah aku obati sesuatu yang lebih berat daripada mengobati niatku, sebab ia senantiasa berbolak-balik pada diriku.” Apa maknanya? Tidak ada yang lebih berat dalam