Langsung ke konten utama

RESUME KULWAP HSMN YOGYAKARTA W/ Maya DwiLestari

🌹🌹NOTULENSI KULWAP HSMN YOGYAKARTA🌹🌹

🍂➖➖➖➖➖➖➖🍂

📅 Hari / tanggal: Rabu, 28 September 2016
⏰ Waktu: 19.30-20.30
👤 Narasumber : Maya Dwilestari (Ummu Jita)
📚 Tema : Catatan Penting Melaksanakan Homeschooling

🎤 Moderator : Andhita Nur Suryantini
📝 Notulensi : Ayu Kinanti Dewi

🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹

Profil Narasumber 
Nama: Maya Dwilestari
TTL: jkt, 18/05/1981
Alamat: klender, jaktim
Aktivitas: irt, hs
Status: menikah, 3 anak

🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹

*MATERI:*

Naik-turun menjalankan HS/HE merupakan bagian dari proses HS/HE itu sendiri. Buatlah sebuah panduan penting, agar keluarga HS/HE tetap ingat dan bersemangat menjalankan proses HS/HE mereka. Berikut catatan saya, yang saya ambil dari berbagai sumber karena terbatasnya ilmu saya. Semoga bermanfaat.

1.      Meluruskan niat. Menjalankan HS/HE bukanlah hal yang luar biasa. Proses ini adalah sebuah keniscayaan dalam hidup, saat kita memutuskan akan menikah. Mempersiapkan diri menjadi madrasah terbaik, bagi para perempuan, dan memilih lahan pendidikan terbaik bagi para laki-laki.

Saat teman/saudara kita meragukan kemampuan kita sebagai orang tua menjalankan HS/HE, ingatlah niat hanya mengharap ridha Allah Jalla wa ‘ala. Sebaliknya, saat decak kagum datang menghampiri anak/diri kita, ingat pula, ini semua karena karunia Allah, dan berdoalah agar Alah senantiasa menutupi aib kita.

Ingatlah di akhirat nanti kita akan ditanya tentang harta kita dihabiskan untuk apa, waktu kita, dan rasa letih kita. “Tidaklah bergeser kedua kaki seorang hamba (menuju shiratul mustaqim) sehingga ia ditanya tentang umurnya untuk apa ia habiskan, tentang ilmunya apa yang ia lakukan dengannya, tentang hartanya dari mana ia peroleh dan kemana ia habiskan, dan tentang anggota tubuhnya untuk apa ia pergunakan.”( HR. Tirmidzi, 4/612 no. 2417 dan Ad Darimi, 1/452 no. 554 Maktabah Syamilah.)

2. Memilah Ilmu yang Wajib dan yang Fardhu Kifayah
Di antara doa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah,
اَللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوْذُ بِكَ مِنْ قَلْبٍ لاَ يَخْشَعُ وَ مِنْ دُعَاءٍ لاَ يُسْمَعُ وَ مِنْ نَفْسٍ لاَ تَشْبَعُ وَ مِنْ عِلْمٍ لاَ يَنْفَعُ أَعُوْذُ بِكَ مِنْ هَؤُلاَءِ الْأَرْبَعِ
“Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari hati yang tidak khusyu’, dari doa yang tidak didengar, dari jiwa yang tidak puas dan dari ilmu yang tidak bermanfaat. Aku berlindung dari empat hal itu kepada-Mu.” (HR. Tirmidzi dan Nasa’i dari Ibnu ‘Amr, dan diriwayatkan oleh Abu Dawud, Nasa’i, Ibnu Majah dan Hakim dari Abu Hurairah, dan Nasa’i dari Anas, dishahihkan oleh Syaikh al-Albani dalam Shahihul Jami’ no. 1297).
Seorang penyair berkata,
مَا أَكْثَـرُ الْعِلْـمَ وَمَــا أَوْسَعَــهُ
مَنْ ذَا الَّـذِيْ يَقْــدِرُ أَنْ يَجْمَعَـهُ
إِنْ كُنْـتَ لاَ بـُدَّ لَـهُ طَـالِــبًا
مُحَاوِلاً، فَالْتَمِــسْ أَنْفَعَــــــــهُ
Alangkah banyak ilmu itu dan alangkah luasnya
Siapakah yang dapat mengumpulkannya
Jika kamu harus mencari dan berusaha kepadanya,
Maka carilah yang bermanfaat darinya.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ يُرِدِ اللَّهُ بِهِ خَيْرًا يُفَقِّهْهُ فِي الدِّينِ
“Barangsiapa yang Allah inginkan kebaikan padanya, Allah akan faqihkan ia dalam agama.” (Muttafaq ‘alaihi).

Ilmu yang wajib antar lain: Akidah dan Tauhid, Ilmu Adab, Hadits, Fiqih, Bahasa Arab, Siroh, dan ilmu agama lainnya. Sedangkan ilmu fardhu kifayah antara lain: ilmu kedokteran, kesehatan, pendidikan, dan lainnya yang bisa memenuhi kebutuhan umat.

3.      Memilih guru yang solih dan buku yang benar

Syaikh Muhammad bin Shalih al ‘Utsaimin rahimahullah menyatakan, bahwa untuk meraih ilmu ada dua jalan. (Diringkas dari Kitabul Ilmi, karya Syaikh Muhammad bin Shalih al ‘Utsaimin rahimahullah, hlm. 68-69.)

Pertama : Ilmu diambil dari kitab-kitab terpercaya, yang ditulis oleh para ulama yang telah dikenal tingkat keilmuan mereka, amanah, dan aqidah mereka bersih dari berbagai macam bid’ah dan khurafat (dongeng; kebodohan). Mengambil ilmu dari isi kitab-kitab, pasti seseorang akan sampai kepada derajat tertentu, tetapi pada jalan ini ada dua halangan. Halangan pertama, membutuhkan waktu yang lama dan penderitaan yang berat. Halangan kedua, ilmunya lemah, karena tidak dibangun di atas kaidah-kaidah dan prinsip-prinsip.

Kedua : Ilmu diambil dari seorang guru yang terpercaya di dalam ilmunya dan agamanya. Jalan ini lebih cepat dan lebih kokoh untuk meraih ilmu.

Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :

إِنَّ مِنْ أَشْرِاطِ السَّاعَةِ أَنْ يُلْتَمَسَ الْعِلْمُ عِنْدَ الْأَصَاغِرِ

"Sesungguhnya di antara tanda hari Kiamat adalah, ilmu diambil dari orang-orang kecil (yaitu ahli bid’ah)".
(Riwayat Ibnul Mubarak, al Lalikai, dan al Khaththib al Baghdadi. Dishahihkan oleh Syaikh al Albani di dalam Shahih al Jami’ ash Shaghir, no. 2203, dan Syaikh Salim al Hilali dalam kitab Hilyatul ‘Alim, hlm. 81).

Imam Ibnul Mubarak rahimahullah ditanya : “Siapakah orang-orang kecil itu?”

Beliau menjawab : “Orang-orang yang berbicara dengan fikiran mereka. Adapun shaghir (anak kecil) yang meriwayatkan dari kabir (orang tua, Ahlus Sunnah), maka dia bukan shaghir (ahli bid’ah).
Di dalam riwayat lain, Imam Ibnul Mubarak juga mengatakan: “Orang-orang kecil dari kalangan ahli bid’ah”. (Riwayat al Lalikai, 1/85).

Ada banyak contoh dari Ibunda para ulama tentang memilih guru. Misalnya saja Ibunda Imam Malik, yang memerintahkan anaknya pergi kepada para imam ahli hadits, mengadiri majelis mereka, mengambil adabnya. Sang Ibunda Selalu menyiapkan pakaian terbaik anaknya serta merapikan immamahnya seblum Sang Buah Hati pergi ke majelis ilmu.

Dalam menjalankan HS/HE tak bias dipungkiri, Ibu dan Ayah adalah pendidik utama. Maka, berusahalah memenuhi Kriteria sebagai pendidik sesuai adab yang diajarkan Rasulullooh Shollalloohu ‘alaihi wasallam.

Adab di atas berlaku dalam menuntut ilmu agama. Adapun untuk ilmu dunia/ilmu yang fardhu kifayah, bisa kita ambil dari buku-buku terpilih, situs-situs terpercaya, serta mendatangi ahlinya.

4.      Pelajari adab menuntut ilmu
Imam Malik rahimahullahu mengisahkan,
“Aku berkata kepada ibuku, ‘Aku akan pergi untuk belajar.’ Ibuku berkata,‘Kemarilah!, Pakailah pakaian ilmu!’ Lalu ibuku memakaikan aku mismarah (suatu jenis pakaian) dan meletakkan peci di kepalaku, kemudian memakaikan sorban di atas peci itu. Setelah itu dia berpesan, ‘Sekarang, pergilah untuk belajar!’ Dia juga pernah mengatakan, ‘Pergilah kepada Rabi’ah (guru Imam Malik, pen)! Pelajarilah adabnya sebelum engkau pelajari ilmunya!’.” (‘Audatul Hijaab 2/207, Muhammad Ahmad Al-Muqaddam, Dar Ibul Jauzi, Koiro, cet. Ke-1, 1426 H, Asy-Syamilah)
Abdullah bin
Rahimahullah Ta’ala berkata : “Hampir saja adab menjadi dua pertiga ilmu. (Sifatush Shafwah 4/145)
Salah seorang Salaf berkata : “Kita lebih butuh adab yang sedikit dibandingkan ilmu yang banyak”. (Madarijus Salikin 2/376)
Abu Abdillah Sufyan bin Sa’id Ats-Tsaury rahimahullah Ta’ala berkata : “Para Ulama tidak mengizinkan anaknya keluar untuk menuntut ilmu sampai mereka beradab dan beribadah selama duapuluh tahun.
Muhammad bin Sirin Rahimahullah Ta’ala berkata : “Mereka para salafus saleh belajar al-Hadyu (adab) seperti mereka belajar ilmu”. (Al-Khatib Al-Baghdadi dalam Al-Jami dari Malik bin Anas)
Abu Zakariya Yahya bin Muhammad Al-Anbary rahimahullah ta’ala berkata : “Ilmu tanpa adab bagaikan api tanpa kayu, dan adab tanpa ilmu bagaikan jasad tanpa ruh”. (Tadzkiratus Sami wa Mutakallim)
Isa bin hamadah rahimahullah ta’ala berkata : “Saya mendengar Al-Layyits bin Sa’ad berkata; “Sungguh para ahli hadits sangat dimuliakan, ketika aku melihat sesuatu pada diri mereka maka aku berkata; “Kebutuhan kalian pada adab yang sedikit lebih butuh dibandingkan ilmu yang banyak”.
Ibrahim bin Habiib Asy-Syahid Rahimahullah berkata : “Wahai anakku datangilah para ahli fiqih dan ulama, dan belajarlah dari mereka, ambilah adabnya, akhlaknya, karena hal itu lebih aku suakai dibandingkan hadits yang banyak”. (Al-Jami’ Liakhlakir Rawi 1/80)
  
Yusuf bin Al Husain berkata,
بِالأَدَبِ تَفْهَمُ الْعِلْمَ
“Dengan mempelajari adab, maka engkau jadi mudah memahami ilmu

tulisan ini bisa diunduh di sini.
https://drive.google.com/open?id=0BwHYSFs_TlvZYzlNckhzV2pMTFE
➖➖➖➖➖➖➖➖➖
🌹*PERTANYAAN*🌹

1⃣ Ummu Fathiya
Bun, sebelum masuk ke materi lebih dalam boleh diceritakan sedikit ttg pengalaman HS d keluarga bunda?

Jawab:
Pengalaman hs kami dimulai th 2007. Saya banyak cerita di blog saya: ummujita.blogspot.co.id

2⃣ Bunda Rizka
Tanya:
Apa yg membuat ummu mantap melakukan HS? Krn kebanyakn dr ibu2 yg sy temui, biasanya minder merasa blm cukup ilmu dlm mendidik anak, akhirnya g jd HS (termasuk sy sendiri)

Jawab:
Sblm menikah, saya sdh bertekad ingin hs. Krn saya lihat, dg hs potensi anak lbh tergali.

Tanya:
Dari penjelasan di atas, tampak bahwa adab mengambil porsi penting dari suatu ilmu. Sebenarnya apakah adab dan seperti apa? Dan bagaimana kita merasa telah cukup mempelajari adab sehingga kita bisa beranjak mempelajari ilmu?

Jawab:
Kalau ulama jaman dulu, memang mempelajari adab dulu sblm ilmu. Bahkan ada yg sampai 20/30 th mempelajarinya. Namun utk saat ini sepertinya agak sulit diterapkan.
Adab bisa diajarkan sejak anak bayi, lewat pembiasaan. Misalnya saat akan menyusu, membaca bismillah. Kalau bersin membaca alhamdulillaah, dst.
Pembiasaan2 ini hrs dimulai dr ortu, agar anak paham bahwa adab adl hal yg penting.
Adab mengatur keseharian kita. Cara kita bangun tidur, sampai akan tidur lagi. Ukuran keberhasilannya adl jangka panjang, saat anak2 selalu berusaha menerapkan adab2 tsb. Adab bersumber dr kalamullooh dan sabda rasul.

3⃣ Ummu Ammar
Bagaimana caranya menjalani HS jika kita masih tinggal dg orangtua, terkadang ada tolak belakang dalam pengasuhan.

Jawab:
Idealnya memang tinggal di rumah terpisah dr ortu/org lain. Tetapi bila tdk ada pilihan lain, ayah&ibu hrs kompak.
Kemudian tetap berbakti kpd ortu. Menjawab pertanyaan ortu dg baik.
Siapkan anak juga bahwa hs adl pilihan mereka yg terbaik, sekolah atau hs sama2 belajar. Jangan mudah baper sama ortu.

Di awal saya tinggal sama ortu. Di th ke 2 sy mengontrak. Sejak tahun lalu saya kembali sama ortu lagi krn suami masih ditempatkan di sulawesi. Awal2nya suka baper. Tapi ngga ada gunanya juga, malah habis energi. Paling jitu itu jurus cuek. Dengarkan saja. Kl ada yg baik, dijalankan. Kl komentar udah macem2, sampe mau dibiayai sama ortu asal anak saya sekolah.

4⃣ Bunda Dhita
Anak yang paling besar usia berapa umm? Sudah bisa mengajarkan banyak ke adik2 nya ya?

Jawab:
Yg pertama 12 th.

Goal saya slm hs itu adl agar anak mjd pembelajar mandiri. Jd hal ini terus saya ingat.
Saat masih hrs didampingi, sebisa mungkin kita menjadi penunjuk jalan, bukan memberi/menyuapi.
Kalau anak tidak paham, tunjukkan cara mencari informasi. Dr buku/sumber lain.

Kebiasaan ini terus terbangun. Sehingga sejak usia 10 th dia sdh bisa belajar mandiri. Mencari sumber lain yg sahih, membandibgkan, memilah, dan mengambil sumber yg akurat.

5⃣Umm reni.
Bagaimana pengaturan waktu belajar anak?karena usia berbeda" tentunya materi dan metode penyampaian berbeda pula,bagaimana manajemen waktunya?

Jawab:
Anak pertama meminta jadwal belajar sejak usia 8th. Saat ini jadwal tetap berjalan. Saat jam 8 pagi, dia sdh otomatis belajar mandiri.
Anak ke dua jadwal belajarnya baru bbrp bulan berjalan. Sblm jam 8 pagi, harus diingatkan. Saat belajar pun tetap didampingi. Kalau ada kesulitan, saya tunjukkan cara mencari jawabannya.
Sambil saya mengawasi anak ke dua belajar, saya membimbing anak ke tiga yg sedang belajar membaca. Kadang2 anak ke tiga belajar lbh pagi dan hanya 15 menit.

Jadwal belajar terstruktur adl jam 8-10

Tanya:
1.  Setelah jam bljr terstruktur terlewati,apakah anak" ada jdwl kembali di sore atau malam hari?atau selebihnya kegiatan bebas sesuai minat masing"?
2. Sebaiknya sejak usia berapa anak mulai dikenalkan dgn jdwl terstruktur?

Jawab:
Jadwal terstruktur mulai usia 8th.
Pagi stl subuh mengaji dan tajwid. Lanjut bersih2 dan sarapan. Kemudian belajar terstruktur.
Stl jadwal terstruktur, anak2 kegiatan bebas. Sore muraja'ah.

6⃣ Bunda Inaak

Tips menjaga kewarasan selama HS? Kalo boleh tau, _Me Time_-nya Ummu Jita apa ya? alokasi "Me Time" spt apa?

Jawab:
Hmmm....gmn ya? Kayaknya santai aja sih. Me time banyak insyaa Allah Selalu ingat aja niat kita. Insyaa Allah pikiran tetap waras.

Tanya:
Tips biar santai gmn?

Jawab:
Ingat saja nnt kita akan dimintai pertanggungjawaban di hadapan Allah. Bayangkan, apa yg akan kita sampaikan di hadapan-Nya. Bayangkan, setelah kita meninggal, apakah kita meninggalkan generasi yg kuat? Bisakah anak2 kita berdoa kebaikan utk kita stl kita meninggal?

Bosan, jenuh, itu manusiawi. Tapi jangan berlarut2. Segera cari solusi.
Solusi sementara bisa menelpon teman baik yg mengajak kebaikan, atau sekedar makan mie ayam pedasss favorit😉

〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰
🔅🔆🔅🔆hsmnh🔆🔅🔆🔅
〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰
👥facebook.com/hsmuslimnusantara
👥FB: HSMuslimNusantara Pusat
📷 instagram: @hsmuslimnusantara
🐤 twitter: @hs_muslim_n
🌐 web:
hsmuslimnusantara.org

Postingan populer dari blog ini

Terimakasih

Terimakasih Ucapan yang di sampaikan atas dasar kebaikan yang telah seseorang berikan kepada kita, baik berupa pertolongan maupun pemberian. Namun jarang sekali menemui seseorang berterimakasih atas dasar perlakuan buruk seseorang kepada kita ya? Boro-boro bilang makasii, melipir sambil diem aja udah untung yesh. :p Padahal pada dasarnya semuanya baik. Kenapa dasarnya baik? 👇 Misal aja nih... Bisa jadi kita meminta kepada Allah agar kita memiliki hati yang lapang dan ikhlas. Ndak mungkin donk kalau kita ujug² ikhlas dan berhati lapang kalau ndak di kasih 'pelajaran-pelajaran' berharga dulu dari ujian kehidupan? Ibaratnya harapan² itu seperti berlian, pastilah kelihatan berkilau baik ketika sudah di tempa panas maupun belum. Namun ketika sudah di tempa panas, bentuknya akan lebih cantik lagi... lebih berkilau lagi... dan pastinya lebih bernilai tinggi. Kalau kata paksu, niat itu nilainya 1. Dan kalau di aktualiasi jadinya bernilai 10. . Niat kita agar hati kita lapang d

Hati ini milik Allah... <3

Hai hati, apa kabarmu hari ini? Aku berharap engkau sebaik yang aku inginkan... Bahkan lebih dari itu... Nice! I got my true feelings... Im hurt. Cause this missing piece. Hey, you over there, have you feel the same feelings like me? Sudahhh... Aku memang perlu untuk harus menganggap waktu dan jarak hanya sekedar angka. Bukan lagi sebagai kerangka yang membuatku semakin tua dalam hitungan angka itu, kan? Sisa waktu long distance semakin tipis saja, itu tandanya temu akan segera tergapai. Tapi jangan lupakan... Itu pula tanda long distance relationship ini semakin lama kita nikmati. Sebagaimana roti yang harus kita nikmati dengan selainya, entah coklat, susu, kacang, atau sekedar madu. Begitupula hubungan ini. Hak sepenuhnya ada di tanganmu, sayang. Harapku tak rumit. Hanya inginkan semua baik-baik saja, sampai berujung temu yang bukan sekedar harapku. Tapi juga harapmu. So? Will you go in chance make it come true? Or you just wanna make it enjoy by your side only? Entahlah. Hati in

Ikhlas :)

Pas jalan-jalan di linimasa twitter, dan nemu ini di akun @kupinang yang tak lain dan tak bukan adalah akun milik Ust. Mohammad Fauzil Adhim... Hihihi. Semoga bermanfaat bagi semuanya. :) Oleh: Ust. Mohammad Fauzil Adhim Inilah Sufyan bin Sa'id Ats-Tsauri, seorang ulama hadis yang sangat berpengaruh. Keutamaannya dalam ilmu hadis membuat Yahya bin Ma'in dan beberapa ulama lainnya memberi julukan "Amirul Mukminin fil Hadits". Hanya dua orang yang pernah mendapat julukan tersebut, satu lagi adalah Malik bin Anas, meskipun keduanya bukanlah orang yang menyukai gelaran-gelaran hebat yang disematkan kepadanya. Ini merupakan gelaran yang dikatakan orang atas dirinya, bukan dianugerahkan kepadanya lalu diterima dengan hati bangga. Sufyan Ats-Tsauri rahimahullah Ta'ala pernah mengingatkan kita, ”Tidaklah aku obati sesuatu yang lebih berat daripada mengobati niatku, sebab ia senantiasa berbolak-balik pada diriku.” Apa maknanya? Tidak ada yang lebih berat dalam