Langsung ke konten utama

RESUME KULWAP IIP #2 MALANG RAYA W/ Ust. Nopriadi

🍯 Resume Kulwap IIP #2 Malang Raya 🍯
📆Kamis, 9 Juni 2016
⏰ Pk. 10:00-11:00

📜Tema: Menyemai Benih Ibadah Ramadhan untuk Si Kecil

🤓 Narasumber: Ust. Nopriadi
� Host: Bunda Finanzi Raizah
� Co-Host: Prima Dona Dewi Yanuari

===========
🕵 Siapakah Beliau? Ust. Nopriadi
Ust. Nopriadi Hermani Ph.D
￿

Tinggal di negeri seribu langgar, Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Selepas lulus sekolah menengah atas (SMA) merantau ke kota pelajar, Yogyakarta. Di Kota ini menunaikan amanah orang tua untuk menjadi seorang sarjana. � Tahun 1997 meraih gelar sarjana dari Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada. � Beberapa tahun kemudian menyelesaikan program master di Biomedical Engineering, Nanyang Technological University, Singapura. � Selanjutnya, meraih gelar Philosophy of Doctor (Ph.D.) di Tokyo Institute of Technology, Jepang, dengan spesialisasi Pattern Recognition & Machine Learning.
Sejak kuliah hingga sekarang menyenangi banyak berbagai disiplin keilmuan seperti psikologi, pengembangan diri, agama Islam, manajemen, organisasi, kepemimpinan, ilmu sosial-politik, ekonomi, sejarah, peradaban, falsafah ilmu, disamping tentu saja bidang sains & engineering.

￿Saat ini hidup bersama seorang istri (Tin Rahmawati) dengan tiga anak (Shafa, Althof dan Kautsar) di Yogyakarta. Menjadi seorang pendidik (educator) adalah nafas hidupnya. Sehari-hari mengajar di Jurusan Teknik Fisika, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada. Pernah mengajar di berbagai perguruan tinggi di Yogyakarta. Di samping mendidik di lembaga formal (perguruan tinggi), juga mengabdikan diri secara penuh pada pendidikan keluarga dan masyarakat.
❣The MODEL for Smart Parents￿ ❣
Beliau adalah penulis buku pengembangan diri spritual ideologis berbasis Islam yang berjudul The MODEL.
Buku yang telah masuk ke berbagai kalangan.
Berikut adalah profile narasumber kita. Selamat menikmati...

===========
Menyemai Benih Ibadah Ramadhan untuk si Kecil

Ramadhan adalah bulan penuh berkah. Ramadhan adalah bulan Al-Qur’an. Ramadhan adalah bulan Ibadah. Ramadhan adalah bulan perjuangan. Ramadhan adalah bulan penuh keutamaan yang tidak akan disia-siakan oleh seluruh kaum muslimin, termasuk anak-anak.
Dalam beberapa riwayat dapat kita ketahui bahwa para sahabat Nabi saw. dahulu sudah membiasakan anak-anak mereka untuk melaksanakan ibadah puasa. Disebutkan dalam hadis dari Rubayi’ binti Muawidz ra., bahwa Rasulullah saw. mengutus sahabat di pagi hari Asyura (10 Muharam) untuk mengumumkan,
“Barang siapa yang sejak pagi sudah puasa, hendaknya dia lanjutkan puasanya. Barang siapa yang sudah makan, hendaknya dia puasa di sisa harinya.”

Para sahabat mengatakan, “Setelah itu, kami pun puasa dan menyuruh anak-anak kami untuk puasa. Kami pergi ke masjid dan kami buatkan mainan dari bulu. Jika mereka menangis karena minta makan, kami beri mainan itu hingga bisa bertahan sampai waktu berbuka.” (HR. Bukhari)
Al-Hafizh Ibnu Hajar menjadikan hadis ini sebagai dalil untuk membiasakan anak-anak berpuasa sebagai sarana untuk latihan. Para ulama menganjurkan agar orang tua melatih anaknya untuk berpuasa jika mereka sudah mampu. Batas usianya mulai 7 tahun sampai 10 tahun.

Bagaimana anak-anak bisa menjadikan bulan ramadhan menjadi bulan yang istimewa? Ini semua tergantung orang tua men_tuning_ mereka. Tuning adalah istilah dalam buku The MODEL yang padanan katanya adalah “Setelan”. Men_tuning_ anak-anak berarti menyetel mereka agar memiliki kepribadian yang diinginkan, yang dalam hal ini turut merasakan keistimewaan bulan ramadhan dan mengisinya dengan amal ibadah.
Berikut ini beberapa tips yang biasa kami lakukan di rumah:

1. Sedini mungkin kami sudah memahamkan anak-anak dengan visi akhirat. Kami sering bacakan Qur’an maupun hadis tentang hari akhir, terutama tentang surga. Kami memberi penjelasan bagaimana keindahan surga. Dari sini mereka akan memiliki kesan yang sangat positif dengan surga yang disediakan Allah swt. bagi orang-orang yang bertakwa. Anak-anak kami pahamkan bahwa untuk meraih indahnya surga kita memerlukan banyak tiket menuju ke sana. Nah, tiket ini didapat melalui amalan yang baik.

2. Menjelang ramadhan kami mengkondisikan anak-anak dengan keutamaan bulan ramadhan. Hal biasa yang kami lakukan adalah dengan membacakan hadis panjang tentang bagaimana Rasulullah saw menyambut bulan ramadhan. Kami bacakan hadis ini menjelang bulan ramadhan. Dalam hadis ini jelas terlihat keutamaan-keutamaan bulan ramadhan. Mereka jadi paham bahwa pahala ibadah yang didapatkan di bulan ramadhan adalah jauh lebih besar dibandingkan bulan yang lain. Artinya, mereka paham bahwa beribadah di bulan ramadhan akan mendapatkan banyak tiket menuju surga. Dengan demikian keinginan mereka berpuasa dan melakukan ibadah di bulan ramadhan akan muncul dari keinginan dari dalam diri sendiri. Bukan dipaksakan oleh orang tua.

3. Biasakanlah mereka berpuasa tanpa membebani kesehatan mereka. Ini dilakukan dengan menakar kemampuan mereka dan memberi gizi yang baik. Bagi anak yang tidak kuat diberi keleluasaan untuk berbuka pas shalat dzuhur. Orang bilang "Puasa Beduk". Pengalaman menunjukkan, anak-anak yang sudah paham konsep pahala dan surga akan merasa sayang membatalkan puasa mereka. Mereka akan berusaha berjuang meneruskan puasa secara sempurna. Namun demikian kita harus tetap mempertahankan kondisi kesehatan mereka.

4. Memberikan contoh pada anak-anak bagaimana mengisi bulan ramadhan. Pepatah bijak mengatakan, “Mendidik anak pada dasarnya mendidik diri sendiri”. Artinya, kita tidak bisa berharap banyak akan perubahan positif anak bila kita tidak memberi contoh yang baik. Memberi tauladan adalah cara efektif dalam men_tuning_ mereka. Ini juga cara yang paling efektif dalam mengisi bulan ramadhan. Oleh sebab itu, kami akan mengajak mereka bersama-sama mengisi bulan ramadhan dengan berbagai macam ibadah seperti shalat tarawih, mengkhatamkan Al-Qur’an, ‘itikaf di masjid dan juga mengajak mereka ke forum-forum kajian yang saya isi.

5. Dengan modal visi akhirat, pemahaman tentang keutamaan bulan ramadhan, pembiasaan serta tauladan, maka anak-anak akan dengan suka cita mengisi bulan ramadhan. Ini misalnya bisa tergambar dari pengalaman saat anak-anak masih kecil. Sewaktu kami di Jepang dimana masjid jauh dari rumah, kami biasa melakukan shalat tarawih di rumah bersama teman-teman muslim yang tinggalnya berdekatan. Saat itu setiap malam kami meng_khatam_kan satu juz Al-Qur’an. Alhamdulillah anak-anak tidak merasa terbebani dengan 1 juz tiap malam. Bahkan mereka sangat menginginkan mengisi tarawih dengan satu juz Al-Qur’an.
Demikianlah beberapa tips kami dalam mengisi bulan ramadhan agar bersama anak-anak kita menyemai ibadah di bulan yang penuh keutamaan.

===========

1⃣ bunda Maya
Assalamualaikum
Ust usia ideal utk mengenalkan anak berpuasa dg praktek langsung sejak usia berapa tahun ya?
Dan apa saja dampak negatif jika terlalu dini/terlambat utk mengajak anak berpuasa?

▶ Seperti yang saya sampaikan di atas, sebaiknya anak-anak sudah bisa dilatih pada usia 7 tahun. Ini sebagaimana disarankan oleh para ulama. Sepertinya ini sama dengan hadits terkait memerintahkan anak untuk shalat.
Rasulullah saw bersabda, “Perintahkan anak-anak kalian untuk mengerjakan shalat ketika usia mereka mencapai tujuh tahun. Pukullah mereka jika meninggalkan shalat ketika usia mereka mencapai sepuluh tahun, serta pisahlah tempat tidur mereka (antara laki-laki dan perempuan)” (HR. Abu Dawud)
Jadi latihlah anak-anak untuk berpuasa pada usia itu. Tapi ini sebagai latihan Bu. Anak-anak tetap belum pada posisi wajib untuk berpuasa. Sehingga ketika di tengah jalan mereka terlihat sangat lelah, sebaiknya berbuka saja.
Kalau terlalu dini, misalkan usia 3 tahun, maka anak belum paham apa itu puasa. Mereka belum tamyiz. Yang mereka rasakan hanya sekedar penyiksaan.
Kalau terlambat, maka anak-anak nanti akan berat untuk berpuasa. Mereka sudah terbiasa tidak berpuasa sehingga ketika sampai kewajiban berpuasa mereka menjadi malas dan enggan. ✅

2⃣🙋🏻 bunda icha
Untuk anak usia 4-6 tahun, bagaimana cara kita mengenalkan tentang bulan ramadhan ust?

▶ Bunda Icha, dengan menunjukkan kepada anak bagaimana bunda Icha dan suami mengisi bulan ramadhan serta menunjukkan rasa gembira dan riang dalam bulan ramadhan adalah cara yang baik untuk mengenalkan mereka dengan bulan ramadhan. Bagaimana bunda dan suami mengisi bulan ramadhan juga cara yang baik untuk mengenalkan pada mereka. Terlebih bila bunda bercerita kepada anak tentang bulan ramadhan. Menceritakan keutamaan dan perjuangan para sahabat serta kaum muslimin selama bulan ramadhan.
Bisa juga dengan mengajak mereka bereksperimen dengan cara mempraktekkan puasa pada anak setengah atau seperempat hari.
Intinya sejak dini anak-anak dituning dengan makna positif untuk ramadhan dan amal ibadah di dalamnya. ✅

3⃣ 🙋🏻bunda endang
Sejak di.bacakan atau di tuning ramadhan usa brp.klo masih 2thn tahapan apa yg diajarkan?

▶ Bunda Endang, Saya kira pertanyaannya sama dengan bunda Icha. Usia 2 tahun, 4 tahun dan 6 tahun itu adalah usia di bawah 7 tahun. Sebaiknya kita tidak perlu terburu-buru mengenalkan semua bentuk ibadah dengan cara mempraktekkannya kepada anak-anak, terutama yang usianya masih teramat kecil. Mengenalkan kepada mereka cukup dengan menunjukkan bagaimana kita melakukannya di rumah dan kegembiraan kita dalam menyambut bulan suci ini. ✅

4⃣ 🙋🏻 bunda susi
Assalamu alaikum ust... pada bln Ramadhan begini pinginnya amalan beetambah, begitu jg si kecil. Tp kdg2 bukan anak2 yg tdk mau, tetapi ortunya yg malas. Misalnya pas subuh anak merengek ngajak ke masjid, ortunya yg ogah2an dan malah bilang 'kita sholat subuh di rmh aja yaa...'. bgmn kalo seperti ini ust???

▶ Bunda Susi,
Hmmm ... kasihan anaknya bunda kalau ortunya malas-malasan. Jangan sampai kita menjadi toxic parent atau orang tua beracun. 'Meracuni' anak-anak dengan pendidikan yang tidak baik, seperti malas dalam beribadah. Mungkin kata-katanya terlalu keras, orang tua beracun. Tapi memang saya pribadi khawatir dengan banyaknya orang tua yang tidak tahu bagaimana mendidik anak. Dalam buku The MODEL for Smart Parents saya menjelaskan tentang konsep Tuning. Kalau ada waktu bunda sekali bisa baca bukunya atau baca fanpage-nya.
Di sana saya menjelaskan bahwa rumah adalah atmosfer anak yang paling dekat dimana mereka pertamakali dituning cara hidupnya. Bila kita sadar bahwa yang men-tuning anak-anak kita tidak hanya rumah, tapi juga lingkungan maka kita pastinya akan sangat khawatir dengan tuning yang buruk dari lingkungan.

Orang tua yang baik saja tidak otomatis menghasilkan anak-anak baik karena lingkungan yang sangat buruk hari ini. Apalagi kalau di rumah mereka tidak mendapatkan tuning yang baik. Maka, hancurlah kepribadian anak-anak dan rusaklah kehidupan masa depan mereka.
Jadi mendidik anak-anak itu sama dengan mendidik diri sendiri.

Lihat fotonya disini.

Maaf ini agak panjang karena menurut saya serius.
Jadi, justru kita mestinya tambah bersemangat dalam beribadah karena menginginkan anak-anak kita menjadi pribadi yang baik.
Ketika mendengar anak-anak merengek mengajak shalat ke masjid, lalu ada orang tua yang enggan, terus terang saya jadi sangat kasihan pada anak tersebut.
Semoga kita bisa menjadi orang tua yang amanah sehingga anak-anak kita memiliki kehidupan yang baik di dunia dunia maupun akhirat. ✅

5⃣ 🙋🏻 bunda Prima
Ust. Bagaimana cara memberi contoh terbaik dalam mengelola emosi ketika bulan ramadhan seperti ini, kan puasa ndk cuma nahan lapar dan haus... Tp pas si kecil bikin ulah rasanya udah gemes aja. Takutnya di contoh si kecil, dan ibunya bilang puasa bukan cuma nahan lapar dan haus hanya sekedar wacana. Trims, ustadz.

▶ Bunda Prima,
Pertanyaan yang baik Bunda. Kewajiban kita memang untuk menahan emosi atau mengelola amarah saat di bulan ramadhan. Dan ... apa yang bunda tulis akan terjadi bila kita tidak mempraktekkan bagaimana mengelola emosi dengan baik.
Nah, masalah mengelola emosi adalah masalah kesadaran diri. Kita harus menyadari bahwa kita diberi Allah swt ruang untuk memilih setiap tindakan yang akan kita lakukan. Kita punya kemampuan memilih yang tidak dimiliki oleh hewan.
Maka dari itu kita harus melatih untuk memilih tindakan yang benar. Caranya dengan menjaga jarak dengan stimulan. Stimulan di sini misalnya ulah si kecil. Bunda coba tatap wajah dan tubuh anak bunda. Sampai kita menyadari bahwa mereka adalah anak-anak kita yang harus mendapatkan kehidupan masa depan yang baik.

Dari sana nanti kita akan menentukan respons apa yang harus kita lakukan ketika anak-anak begitu banyak gayanya. Pilihlah respons yang terbaik dan terukur.
Ada baiknya pula kita mengelola emosi dengan mengatur posisi tubuh. Dalam keadaan emosi sebaiknya kita duduk, berbaring, atau mengambil air wudhu. Mudah-mudahan kita semua terlatih dalam mengelola emosi dalam mendidik anak-anak. ✅

6⃣ 🙋🏻 bunda rella
Bagaimana menjelaskan dgn baik hal-hal seperti jumlah rakaat tarawih yg berbeda di setiap mesjid, atau kenapa orang yg solatnya tambah sedikit?

▶ Bunda Relia,
Tergantung usianya Bunda. Bila anak-anak sudah bertanya berarti dia memang ingin memahaminya. Sebagai orang tua kita harus berusaha memuaskan segala pertanyaannya. Dengan demikian maka kecerdasan dan kedewasaannya akan bertambah baik seiring dengan jawaban yang baik.

Kita sampaikan saja apa adanya kalau masalah jumlah rakaat yang berbeda itu dikarenakan adanya khilafiah. Khilafiah itu diperbolehkan dalam Islam. Itu sudah cukup. Paling tidak mereka jadi kenal dengan kata "khilafiah". Selanjutnya bila usia mereka sudah cukup besar, maka jelaskan saja arti khilafiah itu pada mereka.
Adapun masalah sholat yang bertambah sedikit menjelang hari raya, maka jelaskan saja bahwa selalu ada orang yang menginingkan kesempurnaan dalam melakukan amal baik dan ada yang semangatnya kecil. Lalu jelaskan dan buktikan bahwa orang tuanya (terutama bapak) termasuk yang ingin menyempurnakan amal. Ini jadi tuning positif untuk anak-anak. ✅

7⃣ 🙋🏻 Bunda Icha
Ust, jika kita sudah membentuk agenda ramadhan di rumah kita seperti ini, lalu anak kita berlibur di rumah kakek nenek nya tanpa kita, pastinya aktivitasnya berubah, biasanya rutin kita melaksanakan agenda, tetiba longgar sekali dirumah kakek neneknya, bagaimana menyikapi itu ustd

▶ Bunda, ini memang masalah yang sering terjadi. Itu artinya anak-anak mendapat dua macam tuning yang berbeda. Di rumah mungkin agak ketat dan di rumah kakek nenek sangat longgar.

Bila, anak-anak kita masih keci-kecil (di bawah 7 tahun) sebaiknya tidak usah terlalu ketat agenda yang ada di rumah. Yang ketat itu adalah agenda orang tua, bukan anak. Agar mereka bisa menyelami indahnya bulan ramadhan, bukan beban di bulan ramadhan.

Pas 7 tahun pun juga jangan terlampau membebani sehingga mereka tersiksa di bulan ramadhan. Nah, kalau sudah usia 10-an tahun maka bisa saja kita lebih ketat atas dasar kesadaran yang dimiliki anak dan orang tua.

Bila di rumah sudah ketat karena usia mereka juga sudah agak besar, sebaiknya di tempat kakek-neneknya dibuatkan agenda sesuai dengan komintmen bersama. Jalani agenda yang telah menjadi komitmen itu. Jangan sampai hanya anak yang diberi PR agenda, sementara orang tua tidak memiliki jadwal yang dapat menjadi contoh. Maksudnya, jadwal orang tua seharusnya juga lebih ketat dibandingkan anak-anak saat di rumah kakek neneknya.

==========

Sekian, semoga bermanfaat.
With Love,
Tim Kordi IIP #2 Malang Raya

Postingan populer dari blog ini

Terimakasih

Terimakasih Ucapan yang di sampaikan atas dasar kebaikan yang telah seseorang berikan kepada kita, baik berupa pertolongan maupun pemberian. Namun jarang sekali menemui seseorang berterimakasih atas dasar perlakuan buruk seseorang kepada kita ya? Boro-boro bilang makasii, melipir sambil diem aja udah untung yesh. :p Padahal pada dasarnya semuanya baik. Kenapa dasarnya baik? ๐Ÿ‘‡ Misal aja nih... Bisa jadi kita meminta kepada Allah agar kita memiliki hati yang lapang dan ikhlas. Ndak mungkin donk kalau kita ujug² ikhlas dan berhati lapang kalau ndak di kasih 'pelajaran-pelajaran' berharga dulu dari ujian kehidupan? Ibaratnya harapan² itu seperti berlian, pastilah kelihatan berkilau baik ketika sudah di tempa panas maupun belum. Namun ketika sudah di tempa panas, bentuknya akan lebih cantik lagi... lebih berkilau lagi... dan pastinya lebih bernilai tinggi. Kalau kata paksu, niat itu nilainya 1. Dan kalau di aktualiasi jadinya bernilai 10. . Niat kita agar hati kita lapang d

Hati ini milik Allah... <3

Hai hati, apa kabarmu hari ini? Aku berharap engkau sebaik yang aku inginkan... Bahkan lebih dari itu... Nice! I got my true feelings... Im hurt. Cause this missing piece. Hey, you over there, have you feel the same feelings like me? Sudahhh... Aku memang perlu untuk harus menganggap waktu dan jarak hanya sekedar angka. Bukan lagi sebagai kerangka yang membuatku semakin tua dalam hitungan angka itu, kan? Sisa waktu long distance semakin tipis saja, itu tandanya temu akan segera tergapai. Tapi jangan lupakan... Itu pula tanda long distance relationship ini semakin lama kita nikmati. Sebagaimana roti yang harus kita nikmati dengan selainya, entah coklat, susu, kacang, atau sekedar madu. Begitupula hubungan ini. Hak sepenuhnya ada di tanganmu, sayang. Harapku tak rumit. Hanya inginkan semua baik-baik saja, sampai berujung temu yang bukan sekedar harapku. Tapi juga harapmu. So? Will you go in chance make it come true? Or you just wanna make it enjoy by your side only? Entahlah. Hati in

Ikhlas :)

Pas jalan-jalan di linimasa twitter, dan nemu ini di akun @kupinang yang tak lain dan tak bukan adalah akun milik Ust. Mohammad Fauzil Adhim... Hihihi. Semoga bermanfaat bagi semuanya. :) Oleh: Ust. Mohammad Fauzil Adhim Inilah Sufyan bin Sa'id Ats-Tsauri, seorang ulama hadis yang sangat berpengaruh. Keutamaannya dalam ilmu hadis membuat Yahya bin Ma'in dan beberapa ulama lainnya memberi julukan "Amirul Mukminin fil Hadits". Hanya dua orang yang pernah mendapat julukan tersebut, satu lagi adalah Malik bin Anas, meskipun keduanya bukanlah orang yang menyukai gelaran-gelaran hebat yang disematkan kepadanya. Ini merupakan gelaran yang dikatakan orang atas dirinya, bukan dianugerahkan kepadanya lalu diterima dengan hati bangga. Sufyan Ats-Tsauri rahimahullah Ta'ala pernah mengingatkan kita, ”Tidaklah aku obati sesuatu yang lebih berat daripada mengobati niatku, sebab ia senantiasa berbolak-balik pada diriku.” Apa maknanya? Tidak ada yang lebih berat dalam