Oleh: Winda Maya Frestikawati
Diskusi pada hari Rabu, 25 September 2014 kemarin, memiliki topik Memaknai Rumah sebagai Basis Peradaban, dengan subtopikMakna belajar, peran orang tua dan lingkungan. Dipimpin langsung oleh Bunda Septi Peni Wulandani, diskusi kali ini lebih kepada hal teknis pada pelaksanaan home education.
Bakat setiap anak berbeda- beda dan unik. Tugas orang tua adalah mengeluarkan bakat alamiah anak sampai menjadi hal produktifnya di masa depan. Tahap yang perlu dilakukan orang tua hingga menemukan bakat unik anak antara lain :
Usia 0-7 tahun ajaklah anak-anak untuk kaya akan wawasan.
Pebanyak mengenal ayat-ayat Allah yang tersebar di muka bumi. Berikan hal wajib yang tertulis di Al Qur’an dan Al Hadist. Contohnya : Disana tidak ada perintah sekolah, melainkan yang ada adalah Iqra’ dan Thalabul Ilmi. Sekolah adalah salah satu cara, bukan satu-satunya cara.
Tahapan anak kaya wawasan adalah iman, akhlak, dan adab. Maka sarana mengenal ayat-ayat Allah tersebut dalam rangka menongkatkan aqidah anak tentang kecintaannya kepada Allah.
Tahap berikutnya setelah mengajarkan adab yaitu mengajarkan berbicara yang baik, karena Rasul itu tabligh.
Langkah untuk memberkaya wawasan ini adalah dengan bermain GAME BERTANYA dimanapun dan kapanpun. Stimulus anak untuk selalu bertanya jika melihat apapun. Game bertanya caranya dengan melemparkan satu topik, lalu anak akan bertanya how, where, what, when, who, why, which one?
Usia 8-14 tahun pandu anak-anak untuk kaya akan gagasan.
Di usia ini anak boleh bergonta-ganti ide, mengulang dan menjajagi berbagai macam aktivitas.
Diusia ini Game Bermain ditingkatkan dengan ditambah pertanyaan mengapa, mengapa tidak, dan bagaimana jika? Lalu anak-anak akan menjalankan percobaan dari hasil ide JIKA nya itu.
Hal ini akan merangsang anak untuk mengeluarkan ide-ide yang baru.
Usia 14 tahun ke atas, coach anak untuk bisa kaya amalan.
Mereka mengerjakan project dengan tuntas, kegiatan yang mereka lakukan selesai. Biasanya di usia ini anak-anak sudah terlihat bakat uniknya. Bakat unik tidak akan muncul pada anak yang aktivitasnya hanya 1 hal dan seragam. Bakat unik ini merupakan fasilitas yang diberikan Allah untuk menjalani misi hidup anak.
Bakat adalah kemampuan yang diulang terus menerus sehingga menjadi produktif. Kuncinya BUAT ANAK KAYA, karena hanya orang kaya yang bisa memilih (Septi Peni Wulandani)
Memberikan kebebasan anak untuk memilih sejak dini perlu dilakukan oleh orang tua. Berikan wawasan pada pilihan alternatif tersebut beserta konsekuensinya, sehingga anak bisa mengambil keputusan yang tepat untuk dirinya, berani untuk bertanggung jawab atas pilihannya dan konsekuensi yang ditimbulkan dari pilihan tersebut.
Contoh : Memberikan pilihan tentang sekolah untuk anak usia masuk SD (7tahun). Anak ingin belajar di sekolah A, sekolah B, sekolah C, atau tidak sekolah?
Untuk usia 0-7 tahun bermainlah bersama anak. Proses pendidikan dibuat dengan permainan. Prinsipnya membuat menu bermain dengan anak menjadi 3 menu yaitu menu pagi, siang, dan malam.
#Menu Pagi : dari bangun tidur sampai jam mask sekolah
#Menu Siang : jam belajar anak-anak di sekolah. Menu siang ini mau dititipkan di warung luar rumah atau mau dimasak sendiri oleh orang tua. Jika ternyata lembaga di luar kurang sesuai dengan milestone pendidikan keluarga, langsung ambil anak untuk belajar dengan orang tua.
#Menu Malam : dari pulang sekolah sampai mau tidur.
Hasil yang bagus adalah anak sekolah atau tidak sekolah tetap diputuskan oleh anak, biarkanlah anak yang memutuskan pilihannya. Tapi orang tua tetap wajib melaksanakan home education di rumah.
Kesimpulan dari diskusi kita yaitu home education adalah konsep pendidikan menyeluruh dan transeden, menjadi dasar dari miniatur sebuah lembaga yaitu keluarga. Dimana hal tersebut bukan semata persoalan ilmu yang harus dikuasai, tapi lebih dari itu, berkaitan dengan keyakinan (iman). Dari keyakinan akan tumbuh sebagai kesadaran, dari kesadaran maka tumbuh komitmen, dan dari komitmen akan tumbuh perilaku,
Salam HE,
Winda Maya Frestikawati
Repost: Onna
@homey, 210515 18:13