Langsung ke konten utama

Mendidik Anak ala Rasulullah

Oleh: Winda Maya Frestikawati

Dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu, ia berkata : Rasulullahshallallahu ‘alayhi wa sallambersabda,”Ajarilah, permudahlan, jangan engkau persulit, berilah kabar gembira, jangan engkau beri ancaman. Apabila salah seorang dari kalian marah, hendaknya diam.” (Diriwayatkan oleh Ahmad dan Bukhari dalam kitab al Adab al Mufrad)

Berbagai metode pendidikan dapat disimpulkan dari hadist-hadist Nabishallallahu ‘alayhi wa sallam dan perilaku sosial beliau kepada anak-anak. Selain itu, dari dialog langsung yang beliau lakukan kepada anak-anak atau kepada para bapak tentang cara memperlakukan anak-anak mereka.

Banyaknya metode Islam ini dapat dipakai oleh para orang tua dan pendidik untuk diterapkan dalam setiap aspek kehidupan anak, baik dari sisi akal maupun kejiwaannya. Karena metode inilah yang nantinya menerangi jalan mereka, mempersembahkan berbagai solusi untuk permasalahan-permasalahan yang mereka hadapi dalam membangun kepribadian, bimbingan dan pembentukannya sesuai dengan metode tersebut. Metode tersebut terbagi menjadi lima dasar yang kemudian tercabang dari setiap dasar itu berbagai kaidah asasi dalam metode pendidikan Nabi untuk anak.

#Menampilkan Suri Teladan yang Baik
Suri teladan yang baik memiliki dampak yang besar pada kepribadian anak. Sebab mayoritas yang ditiru anak berasal dari kedua orang tuanya. Bahkan dipastikan pengaruh paling dominan berasal dari kedua orang tuanya.”Kedua orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Majusi, atau Nasrani”.Diriwayatkan oleh Abu Dawud dari Abdullah bin Amirrahiyallau ‘anhu,ia berkata :Suatu hari ibuku memanggilku , sementara Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam duduk di rumah kami. Dia (sang ibu) katakan,”Kemarilah aku beri sesuatu.” Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam bertanya kepadanya,”Apa yang ingin engkau berikan kepadanya (Abdullah)?.” Dia menjawab,”Aku akan memberikannya buah kurma.” Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam bersabda,”Sesungguhnya apabila engkau tidak memberikan apapun, itu akan dicatat sebagai suatu dusta,”Kedua orang tuanya selalu dituntut untuk menjadi suri teladan yang baik. Karena seorang anak yang berada dalam masa pertumbuhan selalu memperhatikan sikap dan ucapan kedua orangtuanya. Dia jug abertanya tentang sebab mereka berlaku demikian. Apabila baik, maka akan baik juga akibatnya.”Kemampuan seorang anak untuk mengingat da mengerti akan segala hal sangat besar sekali. Bahkan bisa jadi lebih besar dari yang kita kira. Sementara sering kali kita melihat anak sebagai makhluk kecil yang tidak bisa mengerti atau mengingat.”

#Mencari Waktu yang Tepat untuk Memberi Pengarahan
Memilih waktu yang tepat efektif meringankan tugas orang tua dalam mendidik anak. Hal ini dikarenakan sewaktu-waktu anak bisa menerima nasihatnya, namun terkadang juga pada waktu lain ia menolak keras. Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam selalu memerhatikan secara teliti waktu dan tempat yang tepat untuk mengarahkan anak, dan menumbuhkan akhlak yang baik dalam diri anak. Berikut tiga waktu mendasar dalam memberi pengarahan kepada anak :

1. Dalam perjalanan
Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam memberikan pengarahan ketika di jalan dan ketika keduanya sedang melakukan perjalanan, baik berjalan kaki ataupun naik kendaraan. Pengarahan ini tidak dilakukan dalam kamar tertutup, tetapi di udara terbuka ketika jiwa si anak dalam keadaan sangat siap menerima pengarahan dan nasihat.
Diriwayatkan dari Ibu Abbasrahiyallau ‘anhuma :Nabishallallahu ‘alayhi wa sallamdiberi hadiah seekor bighal oleh Kisra. Beliau menungganginya dengan tali kekang dari serabut. Beliau memboncengku di belakangnya. Kemudian beliau berjalan. Tidak berapa lama, beliau menoleh dan memanggil,”Hai anak kecil.” Aku jawab'”Labbaika, wahai Rasulullah.” Beliau bersabda,”Jagalah agama Allah, niscaya Dia menjagamu..” BahkanRasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam menyampaikan suatu rahasia kepada seorang anak di tengah perjalanan agar dia mengingatnya. Hal ini tidak lain karena besarnya penerimaan si anak pada waktu-waktu semacam ini.

2. Waktu makan
Nabi shallallahu ‘alayhi wa sallam makan bersama anak-anak. Beliau memerhatikan dan mencermati sejumlah kesalahan. Kemudian beliau memberi pengarahan dengan metode yang dapat mempengaruhi akal dan meluruskan kesalahan-kesalahan yang dilakukan.
Diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dari Umar bin Abi Salamah rahiyallau ‘anhuma, ia berkata :Aku masih anak-anak ketika berada dalam pengawasan Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam. Tanganku bergerak kesana kemari di nampan makanan. Rasulullahshallallahu ‘alayhi wa sallambersabda kepadaku,”Hai anak kecil, ucapkanlah basmalah, makanlah dengan tangan kanan dan makanlah apa yang ada didepanmu.” Sejak itu  begitulah caraku makan.

3. Waktu anak sakit
Sakit dapat melunakkan hati orang-orang dewasa yang keras. Anak kecil ketika sakit, ada dua keutamaan yang terkumpul padanya untuk meluruskan kesalahan-kesalahannya dan perilakunya bahkan keyakinannya, yakni keutamaan fitrah anak dan keutamaan lunaknya hati ketika sakit. Rasulullahshallallahu ‘alayhi wa sallamtelah memberi pengarahan kepada kita atas hal ini. Beliau menjenguk anak Yahudi yang sedang sakit dan mengajaknya masuk Islam. Kunjungan itu menjadi kunci cahaya bagi anak tersebut.
Diriwayatkan oleh Bukhari dari Anas rahiyallau ‘anhu, ia berkata :

Seorang anak Yahudi yang menjadi pelayan Nabi shallallahu ‘alayhi wa sallam sakit. Nabishallallahu ‘alayhi wa sallam datang menjenguknya. Beliau duduk di dekat kepalanya dan bersabda kepadanya,”Masuk Islamlah engkau.” Dia melihat ke arah bapaknya yang saat itu juga berada disana. Si Bapak berkata,”Turutilah Abul Qasim.” Maka, dia pun masuk Islam. Nabishallallahu ‘alayhi wa sallam pergi sambil berdoa,”Segala puji bagi Allah yang telah menyelamatkannya dari api neraka.”


#Bersikap Adil dan Menyamakan Pemberian untuk Anak
Ini adalah dasar ketiga yang setiap orang tua dituntut untuk selalu konsisten dalam melaksanakannya agar mereka dapat merealisasikan apa yang mereka inginkan, yaitu bersikap adil dan menyamakan pemberian untuk anak-anak. Karena kedua hal ini memiliki pengaruh yang sangat besar sekali dalam sikap berbakti dan ketaatan anak.
Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam telah menjelaskan secara gamblang kepada kita tentang suatu kaidah yang agunga salam pencapaian bakti anak dan ketundukannya kepada kedua orang tua, yaitu bersikap adil dan menyamakan pemberian. Penjelasannya sebagai berikut.

Diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dari Nu’man bin Basyir rahiyallau ‘anhuma, bahwa bapaknya membawanya menghadap Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam dan berkata,”Sesungguhnya aku akan memberikan seorang budakku kepada anakku ini.” Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam bertanya,”Apakah seluruh anakmu engkau beri pemberian yang sama dengan pemberianmu kepadanya?”. Dia menjawab,”Tidak”. Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam bersabda,”Jangan engkau persaksikan aku dalam kejahatan”.Kemudian beliau melanjutkan,”Apakah engkau mau kalau sikap berbakti yang mereka berikan sama?”. Dia menjawab,”Ya”. Rasulullahshallallahu ‘alayhi wa sallambersabda,”Kalau begitu tidak”.


Sering kali anak-anak bertengkar bahkan berkelahi. Maka agar jiwa-jiwa kecil itu menjadi suci dan jauh dari sifat dengki, harus dilerai dan ditegakkan kebenaran seadil-adilnya, yang benar dibenarkan yang salah disalahkan. Kabar gembira kepada para orang tua dan pendidik yang berlaku adil tentang besarnya pahala di hari kiamat di samping realisasi tujuan pendidikan di dunia. Diriwayatkan oleh Muslim dari Abdullah bin Amr bin Ashrahiyallau ‘anhu, ia berkata :

“Sesungguhnya orang-orang yang berlaku adil di sisi Allah berada di mimbar-mimbar yang terbuat dari cahaya di samping kanan ar Rahman Azza wa Jalla, kedua TanganNya adalah kanan, yaitu orang-orang yang berlaku adil pada keputusan, keluarga dan apa yang mereka kuasai.”


#Menunaikan Hak Anak
Menunaikan hak anak dan menerima kebenaran darinya dapat menumbuhkan perasaan positif dalam dirinya dan sebagai pembelajaran bahwa kehidupan itu adalah memberi dan menerima. Di samping itu juga merupakan pelatihan bagi anak untuk tunduk kepada kebenaran, sehingga dengan demikian dia melihat suri teladan yang baik di hadapannya. Membiasakan diri dalam menerima dan tuntuk pada kebenaran membuka kemampuannya untuk mengungkapkan isi hati dan menuntut apa yang menjadi haknya. Sebaliknya, tanpa hal ini akan menyebabkannya menjadi orang yang tertutup.
Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam  tetap menerima kebenaran dari seorang anak kecil. Beliau mengajarkan dan memberi pengarahan kepada kita untuk selalu menerima kebenaran dari anak kecil tanpa disertai kesombongan, perasaan tinggi hati dan merendahkan anak kecil tersebut. Diriwayatkan oleh Ibnu Asakir dan ad Dailami dari Ibnu Mas’udrahiyallau ‘anhu, ia berkata :

Aku berkata kepada Nabishallallahu ‘alayhi wa sallam,”Ajarilah aku beberapa kalimat yang bersifat universal dan bermanfaat.” Beliau bersabda,”Beribadahlah kepada Allah dan jangan engkau sekutukan Dia dengan sesuatu apa pun. Selalu berpegang teguhlah dengan Al Qur’an dalam kondisi apapun. Terimalah kebenaran dari siapapun yang membawanya, baik masih anak-anak atau sudah dewasa, walaupun kamu benci dan jauh. Tolaklah kebatilan dari siapapun yang membawanya, baik masih anak-anak atau sudah dewasa, walaupun kamu cintai dan dekat.”


#Doa
Doa merupakan landasan asasi yang setiap orang tua dituntut untuk selalu konsisten menjalankannya. Mereka juga harus selalu mencari waktu-waktu dikabulkannya doa yang dijelaskan oleh Rasulullahshallallahu ‘alayhi wa sallam. Bagaimanapun juga, doa kedua orang tua selalu dikabulkan disisi Allah SWT. Dengan doa, rasa sayang akan semakin membara, rasa cinta kasih akan semakin tertanam kuat di hati sanubari kedua orang tua, sehingga kuduanya akan semakin tunduk kepasa Allah SWT dan berusaha sekuat tenaga untuk dapat memberikan yang terbaik bagi anak mereka untuk masa depannya.
Diriwayatkan oleh Abu Dawud bahwa Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam bersabda :

Janganlah  mendoakan keburukan atas diri kalian, janganlah mendoakan keburukan atas anak-anak kalian, janganlah mendoakan keburukan atas pembantu-pembantu kalian, janganlah mendoakan keburukan atas  harta kalian, ketika bertepatan dengan waktu Allah menurunkan pemberian kepada kalian, sehingga doa kalian dikabulkan.”


Daripada menjadi penyebab rusaknya anak dengan mendoakan keburukan kepadanya, lebih baik kita mendoakan kebaikan kepadanya sebagaimana yang dilakukan Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam yang mendoakan kebaikan bagi anak-anak, sehingga Allah memberkati masa depan mereka dengan amal shaleh, harta benda, dan anak yang banyak.

#Membelikan Anak Mainan
Kedua orang tuanyalah yang memberikan mainan kepada anak-anak. Mereka membeli mainan untuk anak sesuai dengan usia dan kemampuannya. Mereka memberikan mainan itu kepada anaknya untuk mulai menyibukkan pikiran dan indranya sehingga dapat tumbuh sedikit demi sedikit. Agar mainan yang dibelikan dapat memberikan manfaat yang maksimal bagi anak, kedua orang tua sepatuunya memiliki beberapa kriteria di bawah ini untuk mainan anak :

Apakah mainan yang akan dibeli dapat memicu si anak agar dapat selalu bergerak yang dengannya jasmaninya menjadi sehat?Apakah termasuk mainan yang dapat menumbuhkan rasa ingin tahu dan inisiatif?Apakah termasuk mainan bongkar pasang?Apakah mainan tersebut mendorong si anak untuk meniru tingkah lau dan cara berpikir positif orang dewasa?
Apabila jawabannya Ya, maka mainan tersebut sesuai dengan si anak dan bermanfaat ditinjau dari segi pendidikan.

#Membantu Anak untuk Berbakti dan Mengerjakan Ketaatan
Mempersiapkan segala macam sarana agar anak berbakti kepada kedua orang tua dan menaati perintah Allah SWT dapat membantu anak untuk berbakti dan mengerjakan ketaatan serta mendorongnya untuk selalu menurut dan mengerjakan perintah. Menciptakan suasana yang nyaman mendorong si anak untuk berinisiatif menjadi orang terpuji. Sealin itu kedua orang tua berarti telah memberikan hadiah terbesar bagi anak untuk membantunya meraih kesuksesan. Diriwayatkan oleh ath Thabrani dari Abu Huraihahrahiyallau ‘anhu :

Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallambersabda,”Bantulah anak-anak kalian untuk berbakti. Barang siapa yang menghendaki, dia dapat mengeluarkan sifat durhaka dari anaknya.”


Ada tanggung jawab besar di pundak kedua orang tua dalam membantu anak untuk berbakti. Di samping itu mereka juga memiliki kemampuan untuk melenyapkan sifat durhaka dari anak mereka, yaitu dengan hikmah, nasihat yang baik dan waktu yang tepat.

#Tidak Suka Marah dan Mencela
Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam tidak banyak mencela perilaku anak-anak. Diriwayatkan oleh Ahmad dari Anas rahiyallau ‘anhu, ia berkata :

Aku menjadi pembantu Nabishallallahu ‘alayhi wa sallamselama sepuluh tahun. Tidaklah beliau memberiku perintah, lalu aku lama mengerjakannya, atau tidak aku kerjakan sama sekali, melainkan beliau tidak mencelaku. Apabila ada salah satu anggota keluarga beliau yang mencelaku, beliau bersabda,”Beiarkanlah dia. Kalau dia mampu, pasti dilakukannya.”


Metode yang dipakai oleh Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam  ini menumbuhkan perhatian mendalam dan rasa malu pada diri anak kecil bernama Anas. Dia menemukan hal ini dalam diri Rasulullahshallallahu ‘alayhi wa sallam .
Ketika seorang bapak mencela anaknya, pada dasarnya dia sedang mencela dirinya sendiri. Sebab bagaimanapun juga dialah yang telah mendidik anak tersebut.

Tulisan ini saya rangkum dari satu satu materi pada buku Prophetic Parenting – Cara Nabi Mendidik Anakkarya DR.Muhammad Nur Abdul Hafizh Suwaid, yang sangat penting untuk kita ketahui bersama sebagai pendidik generasi penerus. Selain sebagai cacatan pribadi saya, semoga resume ini bermanfaat untuk seluruh orang tua.

Salam HE,
Winda Maya Frestikawati

Repost: Onna
@homey, 210515 18:10

Postingan populer dari blog ini

Terimakasih

Terimakasih Ucapan yang di sampaikan atas dasar kebaikan yang telah seseorang berikan kepada kita, baik berupa pertolongan maupun pemberian. Namun jarang sekali menemui seseorang berterimakasih atas dasar perlakuan buruk seseorang kepada kita ya? Boro-boro bilang makasii, melipir sambil diem aja udah untung yesh. :p Padahal pada dasarnya semuanya baik. Kenapa dasarnya baik? 👇 Misal aja nih... Bisa jadi kita meminta kepada Allah agar kita memiliki hati yang lapang dan ikhlas. Ndak mungkin donk kalau kita ujug² ikhlas dan berhati lapang kalau ndak di kasih 'pelajaran-pelajaran' berharga dulu dari ujian kehidupan? Ibaratnya harapan² itu seperti berlian, pastilah kelihatan berkilau baik ketika sudah di tempa panas maupun belum. Namun ketika sudah di tempa panas, bentuknya akan lebih cantik lagi... lebih berkilau lagi... dan pastinya lebih bernilai tinggi. Kalau kata paksu, niat itu nilainya 1. Dan kalau di aktualiasi jadinya bernilai 10. . Niat kita agar hati kita lapang d

Hati ini milik Allah... <3

Hai hati, apa kabarmu hari ini? Aku berharap engkau sebaik yang aku inginkan... Bahkan lebih dari itu... Nice! I got my true feelings... Im hurt. Cause this missing piece. Hey, you over there, have you feel the same feelings like me? Sudahhh... Aku memang perlu untuk harus menganggap waktu dan jarak hanya sekedar angka. Bukan lagi sebagai kerangka yang membuatku semakin tua dalam hitungan angka itu, kan? Sisa waktu long distance semakin tipis saja, itu tandanya temu akan segera tergapai. Tapi jangan lupakan... Itu pula tanda long distance relationship ini semakin lama kita nikmati. Sebagaimana roti yang harus kita nikmati dengan selainya, entah coklat, susu, kacang, atau sekedar madu. Begitupula hubungan ini. Hak sepenuhnya ada di tanganmu, sayang. Harapku tak rumit. Hanya inginkan semua baik-baik saja, sampai berujung temu yang bukan sekedar harapku. Tapi juga harapmu. So? Will you go in chance make it come true? Or you just wanna make it enjoy by your side only? Entahlah. Hati in

Ikhlas :)

Pas jalan-jalan di linimasa twitter, dan nemu ini di akun @kupinang yang tak lain dan tak bukan adalah akun milik Ust. Mohammad Fauzil Adhim... Hihihi. Semoga bermanfaat bagi semuanya. :) Oleh: Ust. Mohammad Fauzil Adhim Inilah Sufyan bin Sa'id Ats-Tsauri, seorang ulama hadis yang sangat berpengaruh. Keutamaannya dalam ilmu hadis membuat Yahya bin Ma'in dan beberapa ulama lainnya memberi julukan "Amirul Mukminin fil Hadits". Hanya dua orang yang pernah mendapat julukan tersebut, satu lagi adalah Malik bin Anas, meskipun keduanya bukanlah orang yang menyukai gelaran-gelaran hebat yang disematkan kepadanya. Ini merupakan gelaran yang dikatakan orang atas dirinya, bukan dianugerahkan kepadanya lalu diterima dengan hati bangga. Sufyan Ats-Tsauri rahimahullah Ta'ala pernah mengingatkan kita, ”Tidaklah aku obati sesuatu yang lebih berat daripada mengobati niatku, sebab ia senantiasa berbolak-balik pada diriku.” Apa maknanya? Tidak ada yang lebih berat dalam