Langsung ke konten utama

Mengamalkan, lebih Dari sekedar Hafal...

Tadi sore aku belajar dari sebuah acara televisi. HafidzQuran...

Namanya nailatus, dipanggil naila... Umurnya baru menginjak 5 tahun. Alhamdulillah dikaruniai ilmu yang subhanallah hebat. Bukan hanya ilmunya dalam menghafal quran yang membuat ku, atau bahkan pemirsa lain tercengang. Meski pada sesi tanya jawab, ia masih belum bisa menjawab... Wajarlah, mungkin dia masih terlalu kecil untuk mengenal semua ilmu. Tapi jangan hanya memandangnya sebelah mata ya, hanya karna ia tak dapat menjawab pertanyaan juri. Bukankah ada yg lebih membuat kita bahagia, dengan umurnya yg masih 5 tahun, sudah bisa menghafalkan quran dengan tajwidnya yang fasih. Jangankan dia, saya saja yang sudah mulai beruban ini membaca quran saja masih belum pecus. Bukankah ini patut disyukuri?

*tobecontinued

*next

Namanya juga kompetisi, ada yg harus berakhir awal namun bukan suatu kekalahan karena dengan ia berani mengikuti kompetisi, ia telah menang dari ribuan makhluk bumi lainnya. Namun ada pula yang bertahan hingga akhir, mereka kebanyakan sering menyebutnya pemenang karena berhasil menaklukan lawan terbanyak dalam kompetisi. Biasanya pula, pemenang selalu memiliki skill yang lebih tinggi.

Dan hari itu, naila mengalaminya. Hari wisuda, para juri menyebutnya untuk eliminasi peserta dengan tujuan mendapatkan 1 pemenang.

Hari itu naila, jatuh di bottom 3 yang akan menjemput wisudanya. Dan benar saja. Juri dibuat bingung harus menentukan siapa bottom 3 yang akan pulang. Dengan beberapa test tambahan, test pertama hafidz quran oleh mereka secara sambung menyambung. Test mereka lalui dengan sangat baik, tanpa ada kesalahan dari pihak manapun. Test kedua, kecepatan hafidz... Dan Naila menjadi satu-satunya yg bertahan di deretan wisudawati. Saya rasa, sekalipun namanya adalah wisuda. Tetap saja, anak sekecil Naila, telah paham wisuda dalam sebuah kompetisi. Itu artinya bukan yang mereka lihat sebagai pemenang. Setelah dia diumumkan harus mengakhiri kompetisinya, dia langsung sujud. *jleb rasanya! Pemenang biasa melakukannya. Sujud syukur karena menang dan mendapatkan trophy, derajat yang tinggi dari pada kompetitor lain. Setidaknya pemandangan biasa jika kita melihat pemenang kompetisi yang melakukan itu semua. Tapi dia jauh dari itu semua. Bukan top three, di wisudawati yang tergolong awal untuk mengakhiri kompetisi ini. Subhanallah, jika saya yang berdiri disana untuk ukuran gadis sekecil itu. Saya mungkin akan lebih memilih menangis sejadinya. Bukankah dalam kompetisi, kemenangan adalah salah satu tujuan? Naila... Begitu lapang hatinya menghadapi ini semua. Dari sini, saya belajar sesuatu... Apapun bentuknya, kapanpun, dimanapun, izinNya atas kita harus selalu disyukuri. Aku malu. :( gadis sekecil itu sudah begitu dewasanya... Your parents will be proud to have you, Nak. Jika tidak. Aku orang pertama yang akan mempertahankan kebanggaan itu untukmu, im your new fans. Semoga anak tante penulis ini kelak, dikaruniai ilmu yang sempurna seperti yang kau dapatkan ketika masih sekecil sekarang.

Bukan hanya itu, yang membuat saya tak berhenti dari decak kagum dan air mata haru. Sungguh Allah Maha Baik, Maha Sempurna menciptakan mu dengan mimpi-mimpi besar bunda kepada anaknya setelah melihatmu, Nak. Saat itu, host pemandu acara tersebut 2 laki-laki dan 2 perempuan. Ketika proses wisuda hampir selesai. Host laki-laki itu memeluk tubuh kecilmu, tanpa ada tetes air mata dari mata indahmu. Dan engkau memberikan bentakan kecil "heehhhh". Dan seketika host laki-laki itu kaget, dan menjauhkan tubuhnya dari memelukmu. Para juri yang salah satunya Ust. Yusuf Mansyur, harus berderai air mata melihatmu melakukannya. Bukan bentakan melawan kepada orang yang lebih tua, bukan pula dengan maksud tidak menghormatinya. Dia sadar sentuhan itu bukan muhrim, maka dia lakukan itu semata-mata untuk menjaga kehormatan dirinya sendiri. Subhanallah...

Lagi dan lagi, saya dibuat luluh oleh cerita ini. Bukan drama. Melainkan alami terjadi dalam diri Naila, gadis kecil hafidz quran di usianya yang baru menginjak 5 tahun dengan tanggung jawab yang besar dalam dirinya, berakhlaqul karimah mengamalkan Al-Quran yang dia hafalkan. Subhanallah...

Kami yg telah hampir beruban ini, layak belajar darimu, Nak. Jadilah yang terbaik di jalanNya, Nak. Semoga Allah mudahkan jalanmu...

Kuasa Allah memang teramat luas, jauh melebihi pemikiran hambaNya. Hari itu nayla bebas dari wisuda. Dan diberi kesempatan untuk membuktikan itu semua esok hari di depan juri lagi...

Onna.
@bedroom 04:30 140714

Postingan populer dari blog ini

Terimakasih

Terimakasih Ucapan yang di sampaikan atas dasar kebaikan yang telah seseorang berikan kepada kita, baik berupa pertolongan maupun pemberian. Namun jarang sekali menemui seseorang berterimakasih atas dasar perlakuan buruk seseorang kepada kita ya? Boro-boro bilang makasii, melipir sambil diem aja udah untung yesh. :p Padahal pada dasarnya semuanya baik. Kenapa dasarnya baik? 👇 Misal aja nih... Bisa jadi kita meminta kepada Allah agar kita memiliki hati yang lapang dan ikhlas. Ndak mungkin donk kalau kita ujug² ikhlas dan berhati lapang kalau ndak di kasih 'pelajaran-pelajaran' berharga dulu dari ujian kehidupan? Ibaratnya harapan² itu seperti berlian, pastilah kelihatan berkilau baik ketika sudah di tempa panas maupun belum. Namun ketika sudah di tempa panas, bentuknya akan lebih cantik lagi... lebih berkilau lagi... dan pastinya lebih bernilai tinggi. Kalau kata paksu, niat itu nilainya 1. Dan kalau di aktualiasi jadinya bernilai 10. . Niat kita agar hati kita lapang d

Ikhlas :)

Pas jalan-jalan di linimasa twitter, dan nemu ini di akun @kupinang yang tak lain dan tak bukan adalah akun milik Ust. Mohammad Fauzil Adhim... Hihihi. Semoga bermanfaat bagi semuanya. :) Oleh: Ust. Mohammad Fauzil Adhim Inilah Sufyan bin Sa'id Ats-Tsauri, seorang ulama hadis yang sangat berpengaruh. Keutamaannya dalam ilmu hadis membuat Yahya bin Ma'in dan beberapa ulama lainnya memberi julukan "Amirul Mukminin fil Hadits". Hanya dua orang yang pernah mendapat julukan tersebut, satu lagi adalah Malik bin Anas, meskipun keduanya bukanlah orang yang menyukai gelaran-gelaran hebat yang disematkan kepadanya. Ini merupakan gelaran yang dikatakan orang atas dirinya, bukan dianugerahkan kepadanya lalu diterima dengan hati bangga. Sufyan Ats-Tsauri rahimahullah Ta'ala pernah mengingatkan kita, ”Tidaklah aku obati sesuatu yang lebih berat daripada mengobati niatku, sebab ia senantiasa berbolak-balik pada diriku.” Apa maknanya? Tidak ada yang lebih berat dalam

Hati ini milik Allah... <3

Hai hati, apa kabarmu hari ini? Aku berharap engkau sebaik yang aku inginkan... Bahkan lebih dari itu... Nice! I got my true feelings... Im hurt. Cause this missing piece. Hey, you over there, have you feel the same feelings like me? Sudahhh... Aku memang perlu untuk harus menganggap waktu dan jarak hanya sekedar angka. Bukan lagi sebagai kerangka yang membuatku semakin tua dalam hitungan angka itu, kan? Sisa waktu long distance semakin tipis saja, itu tandanya temu akan segera tergapai. Tapi jangan lupakan... Itu pula tanda long distance relationship ini semakin lama kita nikmati. Sebagaimana roti yang harus kita nikmati dengan selainya, entah coklat, susu, kacang, atau sekedar madu. Begitupula hubungan ini. Hak sepenuhnya ada di tanganmu, sayang. Harapku tak rumit. Hanya inginkan semua baik-baik saja, sampai berujung temu yang bukan sekedar harapku. Tapi juga harapmu. So? Will you go in chance make it come true? Or you just wanna make it enjoy by your side only? Entahlah. Hati in