Langsung ke konten utama

Marhaban Yaa Ramadhan Kareem

Marhaban yaa Ramadhan kareem...
Alhamdulillah, tahun ini masih dipertemukan dengan bulan yang penuh berkah ini. Alhamdulillah lagi, tahun ini tahun pertama aku berpuasa dengan tanggung jawab tambahan sebagai seorang istri. Seharusnya hal yang saya tuliskan se-menyenangkan perasaan ini ya... Perasaan  seorang istri yang menikmati ramadhan tahun ini sebagai ramadhan pertama bersama suami.

Tapi sayang... :(

Astaghfirullahaladzim, segala pengampunan hanya dari sisi Allah pada makhluk yang masih belum tahu diri ini. Tau kenapa? Mungkin sebagian akan menganggap saya kurang bersyukur karena hal ini, dan termasuk Allah juga. Maaf kan ya Allah. Semoga Allah mengampuni segala keluh kesah kami sebagai sepasang suami istri yang terpisah jarak dan waktu, tepat di ramadhan dan lebaran pertama kami menjalani biduk rumah tangga. Hikz, sedihnya banget ya Allah.

Hari aku tulis ini, adalah H+6 suami stay di Cina. Entah kenapa pihak kampus menberikan jadwal pas 70 hari tepat di bulan ramadhan dan lebaran. Tidak tahukah mereka, berapa banyak hati yang telah rapuh karena keputusan ini... :(

Long Distance Marriage, :(

Ga nyangka harus menikmati masa-masa kayak gini sebelumnya. Aku dulu bahkan selalu berandai-andai sebelum menikah, "jika saja suami ku kelak dinas keluar kota, aku akan ikut dan selalu ada disampingnya apapun yang terjadi...". Tapi angan tetap jauh dari kenyataan, apa karena kali ini suami bukan lagi ke luar kota? haha, seharusnya aku dulu berandai "jika suamiku kelak dinas ke luar kota, ke luar pulau, bahkan keluar negeri, aku akan ikut dan selalu ada disampingnya apapun yang terjadi...". Konyol ya? tapi kedengeran excite, buktinya dulu waktu ada family gathering ke Jogja, aku masih bisa ikut. tapi kenapa sekarang ke luar negeri gak bisa ikut? hahaha, entah ini perasaan apa. Ngelantur kemana-mana. Semoga untuk yang berikutnya, harapanku terwujud. Amiin.

Oke, back to sadness moment i ever had. Bingung ini karunia atau ujian. Lagi-lagi, dan untuk kesekian kalinya fikiran ini masih bergelayut indah di kepalaku. Waktu ramadhan tahun ini, kadang iri lihat pasangan-pasangan yang menikmati ramadhan ini dengan cerita-cerita versi mereka. Ada yang tahun ini menikmati ramadhan pertamanya sebagai newlywed. Ada cerita tentang siapin sahur suami, tilawah bareng, sholat jamaah bareng suami, buka puasa bareng, berangkat tarawih bareng, dan yang paling seru ngabuburit bareng tiap sore menjelang berbuka. I wanna feel something like them all enjoy with their spouse. bukan hal yang baru aku iri kayak gini, dulu waktu masih single tiap liat ada yang menikmati puasa bareng pasangannya juga suka iri gini. Kalau udah nikah kan wajar, aku iri. Nah kalau masih pacaran? banyak di luar sana seperti ini. Yang menikah kalah exist sama yang masih pacaran. Kenapa sih sama Allah bukan mereka aja yang dipisahkan sementara, kenapa aku yang waktunya cari pahala full bareng-bareng suami yang harus terpisah jarak dan waktu?

Ya Allah, sungguh aku tak tak benar-benar faham apa yang terbaik bagi kami. Meski ini di hujani perih, hati yang pedih meski tak tersakiti. Meski di hiasi rindu yang menggebu di hari yang kelabu. La tahzan innallaha ma'ana. Mmmm, :l Mungkin ini adalah cara Allah menjadikan kami insan yang yang lebih kuat, insan yang lebih bertanggung jawab kepada kewajiban yang di berikan, insan yang lebih dekat kepadaNya suatu hari nanti. Bisa jadi tangis yang sekarang terus bercucuran, tergantikan dengan senyum samapai telinga yang luar biasa tak terkira nantinya.

Bukankah apa-apa yang kami lakukan, yang telah terjadi, yang sedang terjadi, dan yang akan terjadi semuanya karena izin Allah. Namun belum tentu apa yang Allah izinkan adalah yang Allah ridloi. Semoga Allah senantiasa meridloi rindu yang hanya mampu aku luapkan dalam doa untuk suamiku tercinta, lindungillah suamiku dimapun ia berada, mudahakanah segala urusannya, murahkanlah rezekinya, kuatkanlah imannya, lindungilah ia dari godaan-godaan syetan yang musyrik serta jauhkanlah ia dari segala fitnah, dan berkahilah keluarga kami kebahagiaan dunya wal akhiroh. Amiin...

Onna,
@homey, 010714 10:37 Take care, hunny. :*

Postingan populer dari blog ini

Terimakasih

Terimakasih Ucapan yang di sampaikan atas dasar kebaikan yang telah seseorang berikan kepada kita, baik berupa pertolongan maupun pemberian. Namun jarang sekali menemui seseorang berterimakasih atas dasar perlakuan buruk seseorang kepada kita ya? Boro-boro bilang makasii, melipir sambil diem aja udah untung yesh. :p Padahal pada dasarnya semuanya baik. Kenapa dasarnya baik? 👇 Misal aja nih... Bisa jadi kita meminta kepada Allah agar kita memiliki hati yang lapang dan ikhlas. Ndak mungkin donk kalau kita ujug² ikhlas dan berhati lapang kalau ndak di kasih 'pelajaran-pelajaran' berharga dulu dari ujian kehidupan? Ibaratnya harapan² itu seperti berlian, pastilah kelihatan berkilau baik ketika sudah di tempa panas maupun belum. Namun ketika sudah di tempa panas, bentuknya akan lebih cantik lagi... lebih berkilau lagi... dan pastinya lebih bernilai tinggi. Kalau kata paksu, niat itu nilainya 1. Dan kalau di aktualiasi jadinya bernilai 10. . Niat kita agar hati kita lapang d

Ikhlas :)

Pas jalan-jalan di linimasa twitter, dan nemu ini di akun @kupinang yang tak lain dan tak bukan adalah akun milik Ust. Mohammad Fauzil Adhim... Hihihi. Semoga bermanfaat bagi semuanya. :) Oleh: Ust. Mohammad Fauzil Adhim Inilah Sufyan bin Sa'id Ats-Tsauri, seorang ulama hadis yang sangat berpengaruh. Keutamaannya dalam ilmu hadis membuat Yahya bin Ma'in dan beberapa ulama lainnya memberi julukan "Amirul Mukminin fil Hadits". Hanya dua orang yang pernah mendapat julukan tersebut, satu lagi adalah Malik bin Anas, meskipun keduanya bukanlah orang yang menyukai gelaran-gelaran hebat yang disematkan kepadanya. Ini merupakan gelaran yang dikatakan orang atas dirinya, bukan dianugerahkan kepadanya lalu diterima dengan hati bangga. Sufyan Ats-Tsauri rahimahullah Ta'ala pernah mengingatkan kita, ”Tidaklah aku obati sesuatu yang lebih berat daripada mengobati niatku, sebab ia senantiasa berbolak-balik pada diriku.” Apa maknanya? Tidak ada yang lebih berat dalam

Hati ini milik Allah... <3

Hai hati, apa kabarmu hari ini? Aku berharap engkau sebaik yang aku inginkan... Bahkan lebih dari itu... Nice! I got my true feelings... Im hurt. Cause this missing piece. Hey, you over there, have you feel the same feelings like me? Sudahhh... Aku memang perlu untuk harus menganggap waktu dan jarak hanya sekedar angka. Bukan lagi sebagai kerangka yang membuatku semakin tua dalam hitungan angka itu, kan? Sisa waktu long distance semakin tipis saja, itu tandanya temu akan segera tergapai. Tapi jangan lupakan... Itu pula tanda long distance relationship ini semakin lama kita nikmati. Sebagaimana roti yang harus kita nikmati dengan selainya, entah coklat, susu, kacang, atau sekedar madu. Begitupula hubungan ini. Hak sepenuhnya ada di tanganmu, sayang. Harapku tak rumit. Hanya inginkan semua baik-baik saja, sampai berujung temu yang bukan sekedar harapku. Tapi juga harapmu. So? Will you go in chance make it come true? Or you just wanna make it enjoy by your side only? Entahlah. Hati in