Langsung ke konten utama

Kesederhanaan yang luar biasa!

Kemarin di rumah kedatangan tamu yang berkepentingan sama ibu mertua. Mungkin orang ini bisnis jual beli tebu gitu. Kan musim panen tebu hampir tiba, tawar menawar deh sama ibu...

Dan bukannya nguping juga sih, cuma pas kedengeran aja. Yang emang beliau ngomongnya kenceng banget. Di tambah lagi ruang tamunya deket sama tempat aku setrika yang saat itu di ruang tengah. Ga salah kan ya klu jadinya aku denger...

Setelah ibu dan beliaunya, sama suami juga ngumpul di depan ngobrol ngalor ngidul yang aku ga sepenuhnya paham sih apa yang mereka omongin dari tadi. Hehe.

Namun, pas denger selentingan dari beliau di sela-sela obrolan mereka langsung aja nih telingaku peka. Beliau bilang, *dalam bahasa jawa "Dahulu, orang punya (kaya), tapi merasa ga punya. Jadi yg penting bisa makan kenyang, anak bisa sekolah. Udah tenang. Beda sama jaman sekarang, orang ga punya, tapi selalu merasa punya. Jadinya, mau motor kredit, apa-apa kredit... Karena mereka merasa harus punya. Harus punya. Padahal mereka belum mampu" dengan logat orasi halus semacam kedatangan Mario Teguh saja.

Simplenya beliau bilang ini sih. "Wong jaman biyen, ono gak di ono-ono ne. Wong jaman saiki, gak ono di ono-ono ne". Maaf ya, bahasa translatenya jadi acakadul.

Hmm, gak salah beliau bilang seperti itu. Bener banget malah, kenyataannya memang ga jauh beda dari yang beliau sampaikan. Masih ga percaya? Coba aja liat eyang kung atau eyang putri di sekitar kalian. Orang-orang tua jaman dulu, minta satu. Diturutin. Udah. Beda sama yang muda-muda ini a.k.a orang jaman sekarang, yg didalamnya termasuk saya juga. Minta satu. Pengennya masih ini. Masih itu. Seperti ga akan ada habisnya jika kita masih di pimpin hawa nafsu. Astaghfirullahaladzim...

Jadi kesimpulan yang dapat saya tarik, dahulu syukur memimpin mereka. Tapi sekarang hawa nafsu yang memimpin kita. Hingga membuat kita hanyut dalam ambisi ingin memiliki. Apapun caranya...

Bersyukurlah. Allah telah berjanji, menambah nikmat kepada siapa-siapa yang mensyukuri segala sesuatu yang di gariskan olehNya.

Syukur ditangan siapa yang merasa cukup meski dalam kesederhanaan.

Onna,
@homey, 110614 20:16

Postingan populer dari blog ini

Terimakasih

Terimakasih Ucapan yang di sampaikan atas dasar kebaikan yang telah seseorang berikan kepada kita, baik berupa pertolongan maupun pemberian. Namun jarang sekali menemui seseorang berterimakasih atas dasar perlakuan buruk seseorang kepada kita ya? Boro-boro bilang makasii, melipir sambil diem aja udah untung yesh. :p Padahal pada dasarnya semuanya baik. Kenapa dasarnya baik? 👇 Misal aja nih... Bisa jadi kita meminta kepada Allah agar kita memiliki hati yang lapang dan ikhlas. Ndak mungkin donk kalau kita ujug² ikhlas dan berhati lapang kalau ndak di kasih 'pelajaran-pelajaran' berharga dulu dari ujian kehidupan? Ibaratnya harapan² itu seperti berlian, pastilah kelihatan berkilau baik ketika sudah di tempa panas maupun belum. Namun ketika sudah di tempa panas, bentuknya akan lebih cantik lagi... lebih berkilau lagi... dan pastinya lebih bernilai tinggi. Kalau kata paksu, niat itu nilainya 1. Dan kalau di aktualiasi jadinya bernilai 10. . Niat kita agar hati kita lapang d

Ikhlas :)

Pas jalan-jalan di linimasa twitter, dan nemu ini di akun @kupinang yang tak lain dan tak bukan adalah akun milik Ust. Mohammad Fauzil Adhim... Hihihi. Semoga bermanfaat bagi semuanya. :) Oleh: Ust. Mohammad Fauzil Adhim Inilah Sufyan bin Sa'id Ats-Tsauri, seorang ulama hadis yang sangat berpengaruh. Keutamaannya dalam ilmu hadis membuat Yahya bin Ma'in dan beberapa ulama lainnya memberi julukan "Amirul Mukminin fil Hadits". Hanya dua orang yang pernah mendapat julukan tersebut, satu lagi adalah Malik bin Anas, meskipun keduanya bukanlah orang yang menyukai gelaran-gelaran hebat yang disematkan kepadanya. Ini merupakan gelaran yang dikatakan orang atas dirinya, bukan dianugerahkan kepadanya lalu diterima dengan hati bangga. Sufyan Ats-Tsauri rahimahullah Ta'ala pernah mengingatkan kita, ”Tidaklah aku obati sesuatu yang lebih berat daripada mengobati niatku, sebab ia senantiasa berbolak-balik pada diriku.” Apa maknanya? Tidak ada yang lebih berat dalam

Hati ini milik Allah... <3

Hai hati, apa kabarmu hari ini? Aku berharap engkau sebaik yang aku inginkan... Bahkan lebih dari itu... Nice! I got my true feelings... Im hurt. Cause this missing piece. Hey, you over there, have you feel the same feelings like me? Sudahhh... Aku memang perlu untuk harus menganggap waktu dan jarak hanya sekedar angka. Bukan lagi sebagai kerangka yang membuatku semakin tua dalam hitungan angka itu, kan? Sisa waktu long distance semakin tipis saja, itu tandanya temu akan segera tergapai. Tapi jangan lupakan... Itu pula tanda long distance relationship ini semakin lama kita nikmati. Sebagaimana roti yang harus kita nikmati dengan selainya, entah coklat, susu, kacang, atau sekedar madu. Begitupula hubungan ini. Hak sepenuhnya ada di tanganmu, sayang. Harapku tak rumit. Hanya inginkan semua baik-baik saja, sampai berujung temu yang bukan sekedar harapku. Tapi juga harapmu. So? Will you go in chance make it come true? Or you just wanna make it enjoy by your side only? Entahlah. Hati in