Langsung ke konten utama

70 days without, begins!

26 Juni 2014, hari kamis menangis. Tak lagi manis. Pagi-pagi buta bangun dari tidur, menyiapkan segala keperluan suami berangkat ke Cina. I know this day's so dark for me. Bodoh benar aku menyiapkan semuanya seakan aku telah rela suami pergi,  padahal air mata bulir demi bulir telur saja menetes dan berhasil membuat mata ini sembap! Panas!

Pagi kamis, perjalanan kali ini aku harap berjalan lambat. Bukan berharap macet, yang sayapun tak suka. Bagaimana bila waktu bergerak lambat untuk kali ini saja? Agar dapat ku sesap lebih lama detik-detik waktu ini bersamamu. Tapi apalah dayaku bersekutu dengan waktu... 09:00 sampai di Juanda International Airport.  Mati-matian aku membuat rasa ini takluk di dalam diriku. Tapi aku kalah, aku di kendalikan ego yang membuncah ini. Tell me how i can stop this tears over? :(

10:45 pulang, suami check in. Inilah kali pertama kami pergi bersama namun pulang tanpa suami. Sebagian hatiku luruh entah dimana, tercecer berserakan di bandara itu seiring keberangkatannya mungkin... Hari ini pula tak terjadi hal ini. Setiap kami pergi tanpa dia, dan kami pulang, sudah ada dia yang menyambut kami. Tapi nanti tak kan ada dia lagi, bahkan sampai beberapa hari kedepan. Bukan lagi 1 atau 2 hari. Ini lebih dari 1 atau 2 bulan.

Hmm, -,-
Perjalanan pulang, tak luput dari doa "semoga suami dilindungi, dan aman perjalanannya". Belum sampai kami di Malang, 15:18 suami mengirim whatsapp bilang kalau sudah sampai Kuala Lumpur International Airport. Alhamdulillah. Lega rasanya dapat kabar pertama dari suami. Meski tetep aja sedih. Jauh sih. :(

Suami cerita FirstFlight nya yang katanya kayak naik giant roller coaster dalam waktu yang lebih lama. Masak iya sih? Berhubung aku juga belum pernah FirstFlight, jadi ya aku "ok" in aja kata suami...

Belum lama rasanya ngobrol sama suami, dan kami telah selamat sampai di rumah... Tapi suami udah mau lanjut flight lagi. Hikz, tambah jauh lagi. :( Shanghai. :(

Udah check in, tapi beberapa saat kemudian suami Wa lagi. Ngabarin kalau flight delay, dan karena cuaca buruk. Hikz. Ya Allah, apalagi ini... Khawatir tingkat dewa. Lindungilah. Lindungilah. Lindungilah suamiku, ya Allah.

Baru 15 menit aja kita ber Wa ria, dan suami izin flight lagi. 18:00 waktu Malang = 19:00 waktu KL. Sudah cari-cari info kapan pesawat suami sampai di Shanghai. Karena sama suami tadi belum sempet dijawab waktu aku nanya tadi. Akhirnya nemu juga. 00:35 waktu Shanghai. Capek dan gak bisa ngapa-ngapa in selain nunggu. Aku tidur, dan pasang alarm jam 23:00 waktu Malang. Ok, aku bangun sesuai dengan alarm. Aku check lagi di info flight maskapai. (not yet arrived). Jam 23:40. Padahal harusnya sudah sampai kan? Tapi kok gak ngabari nih si suami? Uft, mulai resah ga karuan. Aku cari info flight pihak bandara. Shanghai, pesawat suami landed on time. Tapi masih saja gak percaya, karena aku udah pesen sampai Shanghai harus cepet hubungi rumah. :( mungkin aja, info flight ini ndak update... Mulai gak percaya siapa-siapa.

Aku kirim pesan ke nomer temennya yang 1 flight, maupun yang udah sampai kemarin. Yang 1 flight gak ada kabar apapun. Yang nyampek kemarin juga gak dapat kabar dari temen-temennya, tapi dia bilang... "kalau infonya udah landing berarti udah di bis mbak, 4 jam perjalanan Shanghai-Yangzhou" semoga saja benar adanya... Tanpa kabar langsung masih sulit untuk percaya.

Setelah subuh, aku hubungi lagi temannya. Barangkali ada kabar. Ternyata masih NIHIL.

Hufft, isinya pagi ini cuma doa agar suamiku di lindungi. Dan prasangka baik, Allah selalu menjaga suamiku.

Alhamdulillah, 07:08 waktu Malang. Temennya suami menghubungi. Bilang kalau suami sudah sampai di Yangzhou dengan sehat selamat. Dan bonus foto pertamanya di tempat itu.

Setelah dari jam 23-00-07:00 tanpa kabar, it's enough make me crazy. Dari saat ini, gak pengen mengulang kejadian ini untuk esok atau lusa atau nanti. Cukup ayah saja yang seperti ini. Bisa-bisa bunda hipertensi kalau yang di khawatir kan gak mau hubungi kayak gini. Jadi maaf ya, Nak. Fudzna gak boleh pergi jauh kalau ndak sama ayah bunda. Cukup ayahmu saja yang membuat bunda mengga seperti malam itu. :(

Onna,
@homey, 290614 20:26

Baik-baik disana, ayah. Sehat terus. Dan cepet pulang. 70-5-1 days to go. :):)

Postingan populer dari blog ini

Terimakasih

Terimakasih Ucapan yang di sampaikan atas dasar kebaikan yang telah seseorang berikan kepada kita, baik berupa pertolongan maupun pemberian. Namun jarang sekali menemui seseorang berterimakasih atas dasar perlakuan buruk seseorang kepada kita ya? Boro-boro bilang makasii, melipir sambil diem aja udah untung yesh. :p Padahal pada dasarnya semuanya baik. Kenapa dasarnya baik? 👇 Misal aja nih... Bisa jadi kita meminta kepada Allah agar kita memiliki hati yang lapang dan ikhlas. Ndak mungkin donk kalau kita ujug² ikhlas dan berhati lapang kalau ndak di kasih 'pelajaran-pelajaran' berharga dulu dari ujian kehidupan? Ibaratnya harapan² itu seperti berlian, pastilah kelihatan berkilau baik ketika sudah di tempa panas maupun belum. Namun ketika sudah di tempa panas, bentuknya akan lebih cantik lagi... lebih berkilau lagi... dan pastinya lebih bernilai tinggi. Kalau kata paksu, niat itu nilainya 1. Dan kalau di aktualiasi jadinya bernilai 10. . Niat kita agar hati kita lapang d

Ikhlas :)

Pas jalan-jalan di linimasa twitter, dan nemu ini di akun @kupinang yang tak lain dan tak bukan adalah akun milik Ust. Mohammad Fauzil Adhim... Hihihi. Semoga bermanfaat bagi semuanya. :) Oleh: Ust. Mohammad Fauzil Adhim Inilah Sufyan bin Sa'id Ats-Tsauri, seorang ulama hadis yang sangat berpengaruh. Keutamaannya dalam ilmu hadis membuat Yahya bin Ma'in dan beberapa ulama lainnya memberi julukan "Amirul Mukminin fil Hadits". Hanya dua orang yang pernah mendapat julukan tersebut, satu lagi adalah Malik bin Anas, meskipun keduanya bukanlah orang yang menyukai gelaran-gelaran hebat yang disematkan kepadanya. Ini merupakan gelaran yang dikatakan orang atas dirinya, bukan dianugerahkan kepadanya lalu diterima dengan hati bangga. Sufyan Ats-Tsauri rahimahullah Ta'ala pernah mengingatkan kita, ”Tidaklah aku obati sesuatu yang lebih berat daripada mengobati niatku, sebab ia senantiasa berbolak-balik pada diriku.” Apa maknanya? Tidak ada yang lebih berat dalam

Hati ini milik Allah... <3

Hai hati, apa kabarmu hari ini? Aku berharap engkau sebaik yang aku inginkan... Bahkan lebih dari itu... Nice! I got my true feelings... Im hurt. Cause this missing piece. Hey, you over there, have you feel the same feelings like me? Sudahhh... Aku memang perlu untuk harus menganggap waktu dan jarak hanya sekedar angka. Bukan lagi sebagai kerangka yang membuatku semakin tua dalam hitungan angka itu, kan? Sisa waktu long distance semakin tipis saja, itu tandanya temu akan segera tergapai. Tapi jangan lupakan... Itu pula tanda long distance relationship ini semakin lama kita nikmati. Sebagaimana roti yang harus kita nikmati dengan selainya, entah coklat, susu, kacang, atau sekedar madu. Begitupula hubungan ini. Hak sepenuhnya ada di tanganmu, sayang. Harapku tak rumit. Hanya inginkan semua baik-baik saja, sampai berujung temu yang bukan sekedar harapku. Tapi juga harapmu. So? Will you go in chance make it come true? Or you just wanna make it enjoy by your side only? Entahlah. Hati in