Langsung ke konten utama

RESUME DISKUSI MATERI #2 MATRIKULASI

Resume Diskusi Materi #2 Matrikulasi

Narsum: Bunda Septi Peni Wulandani Koord. Mingguan : Hani K

1⃣ Assalamualaikum Bu Septi.
Kedua ortu suami adalah guru. Salah satunya adalah guru TK. Terkadang ada perkataan seperti harapan "nanti si kakak sekolah di sini saja ya, di TK nya kakung seperti ayah (suami) dulu". Kami berdua sebagai ortunya sepakat tetap menyekolahkan kakak di tempat sekarang kami domisili.
Bagaimana penjelasan alasan yang pas dan tepat ya Bu, agar ortu mengerti dan tidak kecewa jika harapannya tidak terpenuhi.
Terimakasih Ibu
_Arin--IIP Bali_
Mbak Arin, yang pertama kita harus menghormati usul atau pendapat ortu kita dengan "senyum" dulu, kemudian ajak anak untuk belajar memilih dari awal mana yang cocok dengan dirinya. latih untuk bicara langsung dengan kakungnya dengan cara anak tersebut. setelah itu baru kita bicara antar orang dewasa, dengan memberikan berbagai penguat mengapa memilih sekolah yang sekarang, tanpa harus menjelekkan sekolah kakungnya. Ini urusan komunikasi saja✅


2⃣ Bu, kalau kurikulumnya tidak berurutan (bunsay dulu baru buncek misalnya), bagaimana penyesuaiannya? Ini juga yang saya hadapi di RB Bisnis. Permasalahan ibu-ibu di RB tsb adalah manajemen waktu tapi disisi lain butuh memiliki penghasilan (salah satu poin di bunpro dan bunsha). Mohon masukannya.
_Ratih--IIP Bandung_
Teh Ratih, karena ini adalah pijakan, maka idealnya memang berurutan. Untuk perempuan yang sudah berkeluarga maka, pijakannya adalah sbb :
Bunsay - Buncek - Bunpro - Bunshal
Sedangkan untuk perempuan yang belum berkeluarga atau sudah berkeluarga belum punya anak, maka bisa diubah ke :
buncek - bunpro - bunshal - bunsay
Bagaimana dengan para perempuan yang sudah berkeluarga tapi karena kondisi ekonomi harus masuk bunpro terlebih dahulu. Maka harus menginvestasikan waktu lebih banyak untuk menguatkan bunsay dan buncek. Karena Bunda Produktif yang tidak didasari ilmu bunda sayang dan bunda cekatan, biasanya akan timpang dan terjadi ketidakseimbangan dalam hidupnya. Maka penuhi dulu ilmunya , Allahlah yang akan memahamkan kita, seiring berjalannya waktu✅


3⃣ Bu Septi:
● bagaimana langkah-langkah menemukan misi spesifik hidup?
● Apa saja pokok ilmu yang mendukung manajamen keluarga?
_Prima--IIP Malang2_
Mbak Prima, bersabar ya, itu ada di materi matrikulasi berikutnya tentang proses menemukan misi spesifik hidup, dan Ibu sebagai Manager keluarga. Terus semangat mengikuti ilmu ini setahap demi setahap ✅


4⃣ Assalamualaikum bu septi..
Saya senang sekali bisa tergabung dalam komunitas ini,,
Materi kali ini banyak yang saya tanyakan :
1. Berkaitan dgn bunda sayang : dalam kaitannya mendidik anak, ilmu apa saja yg seharusnya dimiliki seorang ibu?
banyak, mulai dari komunikasi produktif , mendidik kemandirian anak, sampai dengan keluarga multimedia ( kurikulum bunda sayang)
2. Berkaitan dgn bunda cekatan : seringkali sy masih keteteran dlm membereskan rumah,kadang klo sy fokus ke rumah,anak2 jadi terbengkalai. ketika sy fokus ke anak, rumah jadi berantakan.. apa ini karena sy yg belum bisa memanage waktu ya? bagaimana solusinya?
Ada ilmunya bun, ilmu ini ada di kurikulum bunda cekatan. Bagaimana menata rumah dengan konsep 5 R, kemudian bagaimana menentukan prioritas dalam pekerjaan-pekerjaan rumah kita. Mulai dari mendidik anak dikuatkan prosesnya terlebih dahulu, kemudian baru tambah menata rumah, memasak makanan sehat atau yang lainnya. Prioritas ini beda antar ibu yang satu dengan ibu yang lain. Tidak ada benar dan salah, yang ada hanya beda prinsip hidup, dan itu sah-sah saja
3. Berkaitan dgn bunda produktif :
Sekarang ini saya selain menjadi ibu,juga bekerja sbg guru freelance di lembaga bimbingan belajar, selain itu biasanya saya juga menjadi penulis lepas,, tapi akhir-akhir ini sering tdk produktif dlm menghasulkan tulisan,, bagaiman cara bisa tetap produktif dengan mengasuh dua balita. Kuncinya hanya satu belajar MANAJEMEN WAKTU kemudian melatih diri untuk menentukan KOMITMEN sesuai kemampuan kita ( jangan semuanya disanggupin) dan KONSISTEN dengan pilihan kita✅
_Dian K--IIP Surabaya Raya_


5⃣ Saya ingin menguatkan ranah bunda sayang karena dgn 4 anak umur msh sangat muda, 7th 5th 2th 3bulan..
Bgm cara memotivasi dan mengarahkan kreatifitas mereka diusia mereka masing2?
Utk kk nomor 1 yg menyenangi melukis,apakah sy all out mendorong kesukaannya dan tdk perlu memperlihatkan hal lain?
Utk kk nomor 2 yg blm jelas kesukaannya,bgm sy menandai apa yg dia sukai?
Terimakasih utk jawabannya bu.
_Asty--IIP Sulsel_
Untuk anak-anak usia 2-7 th saatnya mereka mengkayakan wawasannya, maka perbanyak dulu wawasan anak dengan berbagai aktivitas di semua bidang. Ijinkan mencicipi satu persatu. Bagaimana anak bisa bilang suka A dan tidak suka B, kalau sama-sama belum pernah merasakan aktivitas A dan B.
Setelah kaya wawasan, masuk tahap kaya aktivitas, artinya anak merasakan satu persatu. di tahap ini ijinkan bergonta-ganti. karena itu artinya NORMAL. Kitalah yang harus pintar mensiasati hati agar tidak ikut mematikan keinginan anak-anak.
Tahap berikutnya kaya gagasan, beri ruang anak untuk memilih aktivitas yang dia suka dan bisa, kemudian beri tantangan untuk sampai selesai di setiap tahap belajarnya. jangan karena ada yang tidak dia sukai , langsung minta ganti lagi. ✅


6⃣ Bu mau tanya ketika kita sudah mantap dengan menjadi Full Home mommy yang InsyaAlloh ingin menjadi profesional, namun terkadang masih suka terdengar nada-nada sumbang dari keluarga dan lingkungan sekitar mengenai ibu yang Full home... Bagaimana cara meyakinkan diri bahwa ini adalah pilihan yang sudah dibuat dan kita bisa ajeg dengan pilihan kita?
_Fiena--IIP Bandung_
Teh Fiena, kalau saya dulu berusaha untuk menutup mata dan telinga sekenceng-kencengnya, kemudian mengafirmasi diri, bahwa ini pilihan terbaik, dan saya akan menghargai pilihan saya. Karena kadangkita minta orang lain menghargai profesi/ pilihan hidup yang kita ambil, diri kita sendiri justru tidak menghargainya. Apa contohnya?
Dulu saya selalu pakai daster all day, ini adalah bukti bahwa diri saya sendiri saja tidak menghargai pilihan profesi yang saya ambil.
Maka prinsipnya adalah
*"For THINGS to CHANGE, I must CHANGE FIRST"*
mulailah berubah dari diri kita sendiri, setelah itu saya gunakan prinsip selanjutnya
"Selama ALLAH dan RASULNYA" tidak MURKA, maka saya akan jalan terus" ✅


7⃣ Untuk menjadi ibu profesional apakah tahapan2 tersebut harus dilaksanakan fokus secara bertahap, bisakah unt semua tahapan tsb dilakukan secara bersamaan, terutama unt tahapan ibu produktif bisakah sambil kita lakukan unt aktualisasi diri dan membantu ekonomi keluarga? Makasih bu
_Nurhalita--IIP Tangerang_
Mbak Nurhalita, silakan lihat jawaban saya di pertanyaan teh Ratih di atas ya , mirip soalnya✅


8⃣ Bunda, saya punya 5 anak dan ayah mereka sudah meninggal 5 tahun yang lalu. Saya mantan ibu guru pernah mengajar di TK dan SD. 3 anak saya sekolah formal sambil pesantren, alhmdllh fitrah2 sudah muncul dan saya lanjutkan untuk membmbingnya terus.
Dua putra saya usia 7&5 th hati kecil saya ingin meng HS kan mereka tapi mereka lbh suka masuk sekolah formal, selama masa sekolah ini banyak hal yang kontra dgn mindset saya, sehingga justru saya merasa khawatir thd mereka, saya jadi kurang percaya pada sekolah, mereka juga jadi sering bolos sekolah, saya harus bagaimana bun, mohon pencerahan terima kasih!
_Siti--IIP Cianjur_
Mbak Siti, ajak anak-anak untuk mengenal berbagai pilihan cara belajar sebanyak-banyaknya. Sekolah itu memang salah satu cara, dan HS itu juga salah satu cara. Keduanya tidak bisa dipaksakan, dan tidak bisa dinilai bahwa yang sekolah lebih baik dari HS atau sebaliknya. Yang ada hanyalah anak diberikan wawasan alternatif kemudian diberikan ruang untuk memilih. Seberapa galau orangtuanya, tetap tidak boleh menggiring anak untuk memilih salah satu cara belajar tersebut, apalagi mendiktekannya ke anak ✅


9⃣ Bu, bagaimana utk para ibu yang bekerja?saya terkadang suka galau sebagai ibu. Tp saya bersyukur dg pekerjaan saya selain membantu perekonomian keluarga, jam kerja saya tidak ada sehingga sy masih bs urus rumah. Dalam sebulan sy keluar kotabsekita 3-8 hari tp setelah itu sy full dirumah karna selebihnya pekerjaan bs dikerjakan dirumah. Tp kalo sy sudah keluar kota disitu perasaan sy mulai berkecamuk. Anak sy titipkan ke Mbahnya. Karna tidak memungkinkan membawa anak saya dalm perjalanan jauh. Dan sy jg tetap ingin menjadi sosok ibu profesional. Bagaimana saran ibu septi?karna jujur saja, sy masih harus bekerja karna utk membantu suami saya karna kami harus membiayai adik2 dr kami berdua sekolah utk membantu ortw kami msg2.terimankasih.
_Lisa--IIP Kalteng-Kalbar_
Mbak Lisa di Ibu Profesional semua ibu adalah ibu bekerja, yaitu ibu yg bekerja di ranah publik dan ibu yg memilih bekerja di ranah domestik, dua-duanya harus dikerjakan dg sungguh2.
Karena Allah tidak pernah pilih kasih dalam menitipkan anak-anak di rahim perempuan, semua perempuan berhak mendapatkan amanah tsb baik yg bekerja di ranah publik maupun domestik.
Sehingga Allah sudah menempatkan masing-masing ujian dalam mendidik anak sesuai dengan kemampuannya.
Maka belajar dengan sungguh-sungguh, agar kita bisa menjadi orang yg dipercaya di mata Allah dalam mengemban amanahNya.
Saya berikan testimoni dari fasilitator matrikulasi yang memilih bekerja di ranah publik ya, biar pas, karena saya dari awal bekerja di ranah domestik
_Jawaban Nio-Depok:_
Sedih itu sangat manusiawi dan wajar. Namun kemudian kita harus mengevaluasi, apakah niat dan misi kita bekerja di ranah publik? Seurgent apa bagi keluarga kita. Jawaban akan terpulang pada kondisi keluarga kita sendiri. Jika bekerja diluar merupakan ikhtiar dalam menjemput rizki bagi keluarga dan sifatnya sangat urgent maka bungkus keberangkatan kita bekerja dengan niat mencari rezeki mulia sekaligus meningkatkan jam terbang misi di ranah publik. InsyaAllah kesedihan kita terarah menjadi lebih produktif dan doakan anak anak kita selalu dalam penjagaan Allah ketika kita tidak bersama mereka.
Satu hari 24 jam, bekerja di ranah publik 8-9 jam kerja maka pos waktu berikutnya adalah mengejar ketertinggalan waktu kualitas bersama anak. Pulang kerja harus diniatkan untuk mengisi energi baru membersamai anak anak sambut kegirangannya dengan senyum lebar dan pelukan sehangat mentari, obrolan seharian, dongeng dsb. Tentunya jika ibu butuh waktu untuk menyiapkan diri (mandi, makan) maka mintalah waktu pada anak anak untuk itu, kemudian kembali kepada mereka.
Dalam jelang tidurnya saat kondisi RASA maka bisikkan kalimat positif bahwa bunda mengajak anak anak untuk ikhlas dan berdoa untuk bunda supaya kualitas kerja bunda baik dan efisien sehingga bisa tepat waktu pulang, berikan penguatan kita akan bercengkrama lagi selepas bunda di rumah dan saat weekend adalah saat saat yang amat sangat dinanti. Paginya katakan kepadanya, Nak bersama Opung ya, semangat ya nak, maem yang baik main yang asik jangan lupa istirahat dll nabti sore kita jumpa lagi... dengan lembut dan yakin ..Sehingga bila memungkinkan besok2 jika sudah terbiasa anak anak akan mengantarkan bunda dengan salim hangat, senyuman dab lambaian tangan, bunda hati hati ya, semangat kerjanya, semoga sukses ya Bunda
Terapkan walau anak masih balita dan belum bisa memberikan feedback melalui kalimat. Karena gesturenya dan binar matanya nanti yang akan berbicara. ✅


🔟 Assalamu'alaykum warahmatullahi wabarakatuh,bu Septi yth,mohon maaf saya banyak mendapat pertanyaan dr luar IIP yg melihat bahwa IIP hanya program2 antara ibu dan anak,tetapi tidak melibatkan hubungan ibu dengan ayah dan ibu dg mertua atau orangtua,mohon maaf sebelumnya,dan terimakasih.
_Watie--Bogor_
Mbak Watie, semua perlu tahapan mbak. Dan kita baru mulai langkah-langkah awal pembelajaran. Saat ini memperkuat diri kita sebagai ibu, istri dan perempuan dengan berbagai ilmu yang harus dipraktekkan. Setelah diri kita kuat, maka hubugan dengan pihak lain akan makin mudah. Kalau IIP ini ibarat gajah, teman-teman di luar IIP baru lihat kakinya saja, dan itupun baru satu kaki, belum bisa melihat secara utuh. Ada grand designnya, maka koordinator kota yang harus bersabar mengamalkan ilmu setahap demi setahap di Ibu Profesional.


1⃣1⃣ Assalamualaikum Ibu...
1. Bagaimana cara yg tepat mendidik anak dengan karakter pemimpin?
Anak sya tidak mau langsung ya kl di panggil atau di mintain tolong....
Tapi ketika dia mengingin kan sesuatu itu harus,dan dominan dia mengatur.
Bgmn baiknya ibuu..
Berikan peran untuk mengatur dan menjadi decision maker. Misal kak kita mau jalan-jalan, kakak yang tentukan ya kita mau jalan kemana. Kak , menurutmu yang baik untuk ibu yang mana ya? . Intinya berikan peran sebanyak-banyak
nya ke anak untuk memimpin.
2. Bagaimana cara memotifasi diri sendiri untuk tetap bersungguh2, dan semangt dlm menuntut ilmu dan menjadi ibu profesional, karena terkadang suka ada perasaan 'saya sendirian' tidak ada teman, sedangkan teman seperjuangan sudah sukses dengan karirnya masing2 di luar rumah... mhon pencerahan nya...
Mbak Wayan gunakan prinsip ini
Andaikata ada seribu ibu yang bersemangat menuntut ilmu demi keluarganya, maka salah satunya itu adalah saya.
Andaikata ada seratus ibu yang bersemangat,maka salah satunya adalah saya
Andaikata hanya ada SATU saja ibu yang bersemangat di dunia ini, ITULAH SAYA
Jadilah bukti, jangan menunggu orang lain memberikan bukti.
_Wayan--IIP Bekasi_


1⃣2⃣ Bu Septi,apakah tahapan untuk menjadi ibu profesional itu harus urut dari bunda sayang,cekatan,produktif & sholeha? atau bisakah dilakukan bersamaan?terima kasih
_Eva--IIP Jepara_
Lihat jawaban-jawaban di atas ya mbak ✅


1⃣3⃣ Bu septi yg terhormat mau tanya
1.Bagaimana melatih kemandirian anak umur 7 th dan 4 th?
2.Bagaimana pola mendidik anak yg karakternya berbeda?.
_Fitriyati--IIP Jepara_
mbak fitri, untuk kemandirian, ibunya harus jadi RATU TEGA. di ilmu melatih kemandirian anak, saya sudah berikan tahapan-tahapannya. Silakan mbak Fitri buka lagi buku bunda sayang atau bersabar mengikuti tahapan belajar di Ibu Profesional.
karena disana saya tuliskan, tahapan per usia. kalau saya tulis disini jadi panjang sekali. Selamat belajar ya mbak.
Anak dengan karakter yang berbeda, maka kita perlu memahami dulu ciri-ciri karakter tersebut dan memberikan penangan yang tepat. Misal anak dengan karakter pemimpin, maka harus diberi peran menjadi pemimpin yang baik. Anak dengan karakter follower juga harus diberi peran agar bisa menjadi follower yang baik. Semua ada porsinya dan ada perannya. Tidak pernah ada yang salah, hanya tidak pas ditempatkannya saja.

1⃣4⃣ Ibu Septi sholehah.. Jika pemahaman istri dan suami dalam hal mendidik anak belum sejalan, bagaimana menyamakan pemahamannya? Ada di tahapan mana penyamaan faham tersebut [Bunda sayang, dst.] dan bagaimana aplikasinya?
Jazaakillaah..
_Nurul--IIP Bandung_
teh Nurul, kita dan suami dibesarkan dengan orangtua yang berbeda dan cara yang berbeda. Shg perbedaan cara pandang dalam mendidik anak itu pasti adanya dan itu NORMAL
Setiap anggota keluarga itu memiliki karakter, ada
*√ PERFORMANCE CHARACTER*, dan
*√ MORAL CHARACTER*
Maka yg perlu kita samakan pertama kali adalah di moral karakternya terlebih dahulu.
Untuk performance character bisa berbeda saling bersinergi.
Samakan dulu value-value keluarga yg akan diperjuangakan antara kita dan suami.
Setelah itu harus memperbanyak "family forum" sarana kita untuk ngobrol bareng, berinteraksi satu sama lain, agar makin sepaham.
Materi ini nanti ada di kelas bunda sayang. ✅


1⃣5⃣ Assalamualaikum Bu Septi, mulai usia berapakah anak² mulai bisa ditinggal untuk menapaki tangga bunda produktif atau bunda shaliha?
Dan apakah idealnya memang harus tuntas dulu bunda sayang dan bunda cekatan sebelum kita menapaki tangga selanjutnya?
_Maya--IIP Malang_
Mbak Maya, Wa'alaykumsalam wr.wb . Sebenarnya tidak ada istilah anak akan ditinggal ketika kita memasuki ranah produktif. Mereka tetap dilibatkan dengan cara yg akan mereka pilih sendiri.
Berdasarkan pengalaman saya, saya full menemani anak-anak dari mereka lahir - usia 8 th ( anak pertama).kemudian mengajak mereka bertiga terlibat di aktivitas produktif kami.
Prinsip saya dan pak dodik saat itu, tidak akan pernah meninggalkan anak-anak tanpa kehadiran salah satu diantara kami sampai usia mereka 12 th. Kemanapun kami pergi unt urusan produktif, maka anak-anak selalu ada disamping kami. Andaikata saya dan pak dodik berpisah kota, maka kami tawarkan ke anak-anak, ikut ibu atau ikut bapak.
Setelah anak-anak memasuki usia 12 th. Selalu kami berikan pilihan. Mau ikut ibu belajar bla..bla..., atau ikut bapak belajar bla...bla.., atau mau menentukan lokasi belajar sendiri?
Dan ternyata 12 th ke atas mereka sdh memiliki dunia sendiri. Sekarang kami tinggal berdua menapaki tangga-tangga produktivitas. ✅


1⃣6⃣ Karena satu dan yang lain hal saya sekarang harus tinggal bersama orang tua maka dari itu kadang pola pengasuhan anak disetir/ada campur tangan orangtua karena merasa lebih berpengalaman dan lebih tahu.
Bagaimana cara kita menegaskan dan memberitahu ke orangtua bahwa kita punya pola pengasuhan sendiri utk anak kita..
Dgn tanpa mengurangi rasa hormat kita thd orgtua, kadang sebelum dikasih tau dan diarahkan orgtua sudah marah lebih dulu.. Terima kasih.
_Aris--IIP Bekasi_
Mbak Aris, yang sabar ya mbak. Kita perlu memahami bahwa orangtua kita melakukan hal tersebut atas dasar kasih sayang. Maka kita terima rasa itu terlebih dahulu.
Selanjutnya lakukan komunikasi dg orangtua, sampaikan rencana pola pendidikan mbak dan suami ke orangtua. Kemudian berbagilah peran. Jadikan orangtua kita salah satu fasilitator bagi pendidikan anak-anak kita. Berikan satu jurusan khusus yg orangtua kita punya pengalaman di bidang tsb.
Insya Allah dengan cara ini ortu kita masih merasa diperlukan keberadaannya. ✅


1⃣7⃣ Assalamu'alaykum bu Septi, saya ingin bertanya apakah yang hal utama yang harus diperhatikan dalam mendidik anak usia remaja terutama jika dalam fase sebelumnya kita belum meletakkan pondasi yang benar? Masih bisakah dilakukan perbaikan dalam mendidik? Dan benarkah pendapat cara menyikapi anak remaja adalah dengan menjadikan mereka seperti teman?
_Farida Ariyani--IIP Depok_
Mbak Farida, wa'alaykumsalam wr.wb Tidak ada kata terlambat mbak. Karena mendidik anak itu bukan "sprint" ( lari jarak pendek) melainkan "marathon" ( lari jarak jauh). Jadi bukan cepat-cepatan sampai garis finish, melainkan ketahanan kita untuk selalu berproses menuju garis finish.
Kalau saya tidak pernah memasukkan anak-anak ke fase remaja. Fase mereka hanya ada dua. Pre aqil baligh dan aqil baligh.
Ketika memasuki aqil baligh, saatnya anak-anak menjadi partner hidup kita. Sudah tidak lagi di wejangi, di atur dll. Mereka harus diberi kebebasan unt menjadi decision maker unt hidupnya.
Apabila pra syarat kemampuan ini belum terpenuhi, berikan peran sebanyak-banyaknya. Dari hal-hal kecil.
Misal:
Kak, ayo kita makan diluar, kakak yg menentukan ya kita makan dimana.dll
Jadilah sahabat mereka yg baik. ✅


1⃣8⃣ 1. Apakah tahapan-tahapan untuk menjadi ibu profesional itu harus baku seperti itu? Bagaimana jika saat ini kita sedang menjalankan passion kita yang berarti sedang ada pada tahap bunda produktif sedangkan masih banyak yg harus diperbaiki pada tahap bunda sayang dan bunda cekatan, apa yg sebaiknya dilakukan? Apakah kembali dulu dari awal dan meninggalkan produktivitas kita?
Teh Lida, tidak harus ditinggalkan, tapi dilengkapi. Maka berikan waktu lebih unt bersungguh-sungguh mengejar ilmu kita yg masih kurang di ranah bunda sayang dan bunda cekatan.
2. Bagaimana jika minat kita dalam produktivitas mengharuskan kita lebih banyak keluar rumah misal menjadi pembicara dan berdakwah, apa yg sebaiknya dilakukan dengan kondisi anak yg masih berusia balita?
_Lida--IIP Bandung_
Kalau saya dalam posisi teh Lida, maka selama anak balita, saya akan ambil prioritas seminar/event yg mengijinkan saya bawa anak/atau ada kids cornernya.
Setelah itu membawa asisten dari rumah yg khusus menemani anak-anak kita. ✅


1⃣9⃣ bu Septi untuk menapaki jalan ikhtiar menjadi ibu profesional ada 4 tahapan tersebut.
Seorang ibu baru belajar bunSay dan BunCek itupun baru tahap belajar ketika akan mengaplikasikan, Allah beri cobaan suami sakit berat dan harus mendampingi keluar masuk RS, merawat dll. sementara 2 balita belum mendapat aplikasi secara utuh dari materi bunsay trsebut.
Disisi lain ibu ini juga dituntut untuk mengambil alih peran mencari nafkah.
Apa yg harus dilakukan sementara ibu ini ingin bertanggung jawab sepenuhnya pada pendidikan kedua balitanya?
_Yani--IIP Jogja_
Mbak Yani, yakinlah bahwa sejatinya antara pekerjaan, berkarya dan mendidik anak itu adalah tiga hal yg saling berkaitan dan sejalan. Tidak ada yg harus dikorbankan.
Maka sebaiknya ambil yang utama kemudian breakdown-kan.
Mendidik anak --> karya-karya apa saja yg bisa kita hadirkan ---> mandiri finansial tanpa harus meninggalkan anak. ✅


2⃣0⃣ 1. Bu Septi, bagaimana jika misalnya seorang ibu dengan anak usia 0-3 tahun yg seharusnya masih tahap bunda sayang, full perhatian ke anak, tp ternyata bisa mendapatkan pekerjaan sesuai passion sehingga mampu mandiri secara finansial? Bisakah kedua pilar tersebut berjalan bersama? Dengan catatan pekerjaan tersebut tidak menyita banyak waktu dan kalaupun harus keluar rumah hanya seminggu sekali.
Selama tanggung jawab pendidikan anak sepenuhnya ada di tangan kita. Dan selama menjalankan aktivitas produktivitas ada proses pendelegasian yg jelas. Tidak asal pasrah.
Berproseslah terus sampai menemukan formula yg paling tepat.
Rejeki itu pasti, kemuliaanlah yg harus dicari. Kemuliaan ibu ada pada anak dan keluarganya. 

2. Bagaimana dengan ibu bekerja di luar yg mempunyai anak usia 0-12 tahun krn tuntutan kondisi ekonomi keluarga? Dimana pekerjaannya menyita waktu dari pagi sampai petang dan sang anak diasuh oleh pembantu? Apakah ibu tsb masih bisa dikatakan memberikan perhatian penuh kpd anak dgn ttp ASIx dan tetap sayang sekali kepada anaknya?
_Savira--IIP Tangerang_
Mbak Savira, membiarkan anak diasuh oleh pembantu tanpa pendidikan intensif kita ke pembantu, ini namanya pembiaran.
Maka luangkan waktu mbak unt melatih orang dewasa di sekitar anak-anak, kalau terpaksa memang harus meninggalkan mereka dari pagi-petang. ✅


2⃣1⃣ Assalamualaikum bu Septi.. Semoga ibu selalu diberikan kesehatan, membimbing kami di kelas matrikulasi.
Yg ingin saya tanyakan, apakah indikator jika kita boleh berlajut ke pilar ilmu selanjutnya? (mis dr bunsay ke buncel, dst)
Bagaimana efeknya jika satu pilar ilmu belum sepenuhnya 'lulus' tapi beralih ke tahapan pilar ilmu selanjutnya?
Terimakasih bu Septi
_Ratna--IIP Jogja_
Mbak Ratna, di IIP ini indikatornya adalah PEDE. Kita punya keyakinan dalam mendidik anak-anak, mengelola rumah tangga dg menerapkan ilmu-ilmu yg ada di bunsay dan buncek.
Karena ini pijakan, maka idealnya memang setiap tahap harus kuat pijakannya, karena tangga berikutnya masih tinggi.
Kalau belum kuat di pijakan awal sdh pindah ke pijakan berikutnya, biasanya terjadi ketidakseimbangan. Minimal dg masuk di Ibu Profesional kita akan makin paham road map kita. Shg bisa mengatakan ON TRACK atau OFF TRACK


2⃣2⃣ 1. Bu Septi selama ini saya merasa sudah produktif dengan passion saya yaitu berdagang,tp knp yaa setelah tipe kepribadian saya muncul dan tersalurkan, jadi tdk produktif?
Misal,,passion kita berdagang dan kita sdh mrasa enjoy, easy, excelent, tp suatu wktu kita diberi keprcayaan utk brgbung di keg.sosial sbg koordinator dan kita popular, dan ternyata sangat menyita waktu dan pikiran shg mmbuat kita tdk produktif lagi (ga sempat promosi produk), jadi saya malah ngejar target dr keg.sosial tsb dan meninggalkan passion saya. bagaimana agar keduanya bisa bersinergi?
Kuncinya adalah cari aktivitas sosial yg menambah jam terbang ranah passion kita.
2. Indikatornya apa ya bu anak senang dan bangga dididik sama ibunya?
Indikatornya anak akan mencontoh banyak perilaku baik dari kita
Karena anak-anak mungkin bisa salah memahami perkataan kita, tapi mereka tidak pernah salah meng-copy.
3. Management pengelolaan rumah tangga, point2nya apa saja bu?
Terima Kasih
_Rini--IIP Karawang_
Manajemen waktu, manajemen menu, manajemen keuangan, manajemen pendidikan, manajemen resiko, manajemen mengelola rutinitas, manajemen menata rumah. ✅


2⃣3⃣ 1. Sejak usia berapakah anak mulai diajarkan untuk masuk sekolah entah itu PAUD/TK/Sekolah agama (TPA) baik itu supaya anak bisa belajar bersosialisasi atau mendapatkan pelajaran lain dikarenakan keterbatasan ilmu atau fasilitas atau media pembelajaran di rumahnya?
Lihat kesiapan anak, kalau mereka sudah minta segera kenalkan, maka saran saya perkuat ilmu kita agar "home based education" ( pendidikan berbasis keluarga) bisa mewarnai kehidupan anak-anak, shg masuk sekolah itu hanya pelengkap pendidikan kita di rumah, bukan yg utama. 


2. Adakah tips mengenai pembagian waktu antara untuk mengasuh anak dan mengerjakan pekerjaan lainnya supaya tidak keteteran jika tidak ada ART di rumah?
_Hani Rosfadhila--IIP Cirebon_
Kalau saya dari:
√ Subuh-jam 07.00 ( mengerjakan pekerjaan rumah tangga)
√ Jam 7-14 full bersama anak
√ Jm 14-17 menyelesaikan aktivitas sosial masyarakat dan komunitas
√ Jam 17-20 bersama anak-anak
√ Jam 20 ke atas menyelesaikan pekerjaan rumah yg belum selesai-istirahat. ✅


2⃣4⃣ Pengertian anak menurut undang-undang sebagai berikut:
1. Menurut UU No.25 tahun 1997 ttg ketenagakerjaan
Pasal 1 angka 20
“ anak adalah orang laki-laki atau wanita yang berumur kurang dari 15 tahun”
2. Menurut UU RI No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak
Pasal 1 angka 1
“Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan.”
Berdasarkan sifat fitra anak yang dipaparkan Ibu Septi, bahwasannya anak mempunyai sifat dasar yang senang belajar dan juga mempunyai sifat dasar yang senang bermain serta permainan. Dari dua hal tersebut, saya melihat bahwasannya belajar dan bemain bisa berjalan beriringan tanpa harus bertentangan. namun.kenyataannya tidak jarang saya menemui bahwa anak menganggap kegiatan belajar sebagai beban, biasanya terjadi pada anak usia diatas 13 tahun.
Pertanyaan saya, adakah tips/saran ataupun cara yang efektif sehingga anak pada usia diatas 13tahun menganggap belajar bukan sebagai beban? Mengingat pada usia tersebut pendampingan orang tua terhadap anak bekaitan dengan belajar tidak seintensif pada anak usia dibawah 12tahun.
_Dwi Indah--IIP Bandung_
Teh Dwi Indah, manusia itu sebenarnya homoludens, makhluk yg senang bermain. Maka yg paling tepat adalah kita belajar melalui bermain, bukan dengan bermain.
Anak-anak berapapun usianya, selama belajar sesuatu yg dipaksakan atau yg bukan kebutuhan mereka pasti akan malas, karena sistem limbik di otaknya menolak hal tsb.
Maka masuklah lewat materi-materi yg memang diperlukan anak. Sehingga antara belajar dan bermain ini satu paket, demikian juga antara bekerja dan refreshing.
Dalam dunia kerja ada istilah gamification, silakan dipelajari lebih lanjut semoga membantu. ✅


2⃣5⃣ Ibu, saya ingat ibu pernah berkata, sebelum mendidik anak, kita selesaikan urusan dengan diri sendiri dulu, ini maksudnya bagaimana bu, bagaimana jika kita melewati step ini?
_Wiwik--IIP Bandung_
Teh Wik, hanya orang yg sudah selesai dengan dirinya sendiri yg bisa melakukan sesuatu untuk orang lain.
Berdamai dengan masa lalu kita, menerima kondisi yg ada saat ini dengan sepenuh hati, dan bersihkan jiwa dari segala ambisi keduniawian.
Kalau kita melewati step ini biasanya ada yg jadi korban dan ada yg luka.
Bisa jadi anak kita. Bisa jadi pernikahan kita. ✅


2⃣6⃣ Assalamualaikum wr wb.
Saya menyadari bahwa beberapa poin tahapan awal menjadi ibu profesional, telah terlewat sedang anak sudah beranjak besar.
Langkah/strategi apa yang harus kami tempuh untuk mengejar ketinggalan tersebut? Misal: membangun ikatan yang kuat dalam keluarga belum menemukan solusinya, sekalipun telah banyak upaya dilakukan.... Terimakasih bu Septi.
_Vaya--IIP Bandung_
Mbak Vaya, perbanyak family forum ya mbak. Sesering mungkin beraktivitas bersama. Belajar mendengarkan suara anak. ✅


2⃣7⃣ "Terkait dengan 'anak adalah mahluk pembelajar', bagaimana kalau ada kasus, anak2 kita sudah terlanjur tdk hobi belajar, lebih memilih bermain dr pd belajar. (misalnya saja belajar rutin untuk pelajaran sekolahnya). Bagaimana kita mengubah kebiasaan tersebut ya bu? Dan bgmn menciptakan suasana belajar yg menyenangkan?
_Minhatul Maula--IIP Jakarta_
Mbak Minhatul Maula, mulailah dari bidang yg disukai anak, bukan dari kewajiban-kewajiban pelajaran yg harus diselesaikan. ✅


2⃣8⃣ Bagaimana menjadi Ibu Produktif di saat kita memiliki balita? Saat ini saya memiliki anak kembar usia 3 tahun. Rasanya kalau sedang mengerjakan pekerjaan rumah tangga saja terkadang saya merasa kurang fokus krn anak2 yg masih belum bisa mandiri. Ditambah lagi kalau saya ingin membuka bisnis di luar. Mohon masukannya Bu Septi. Terima kasih
_Sukma--IIP Pekanbaru_
Mbak Sukma, fokus satu-satu. Pakai manajemen waktu yg baik. Latih deep habit, dan ubah shallow works menjadi deep works.
Produktif itu tidak selalu diukur dengan uang. ✅


2⃣9⃣ Mau tanya bu, bagaimana dengan kurikulum Bunda sayang yang harus saya jalankan sedangkan saya belum mempunyai anak, jadi dari mana saya harus mulai??
_Iis Rahmawati--IIP Bandung_
Teh Iis, anak itu ada dua, anak biologis dan anak ideologis. Anak biologis adalah anak yg lahir dari rahim kita, sdg anak ideologis adalah anak-anak yg hadir karena kesamaan values dan chemistry yg kita miliki. Bisa murid kita, anak-anak yg berada dibawah pengasuhan kita dll. Setelah dapat ilmu bunda sayang, segeralah mencari anak-anak ideologis sebanyak-banyaknya. ✅


* # HK*
☘ ☘ ☘ ☘ ☘ ☘ ☘

Postingan populer dari blog ini

Hati ini milik Allah... <3

Hai hati, apa kabarmu hari ini? Aku berharap engkau sebaik yang aku inginkan... Bahkan lebih dari itu... Nice! I got my true feelings... Im hurt. Cause this missing piece. Hey, you over there, have you feel the same feelings like me? Sudahhh... Aku memang perlu untuk harus menganggap waktu dan jarak hanya sekedar angka. Bukan lagi sebagai kerangka yang membuatku semakin tua dalam hitungan angka itu, kan? Sisa waktu long distance semakin tipis saja, itu tandanya temu akan segera tergapai. Tapi jangan lupakan... Itu pula tanda long distance relationship ini semakin lama kita nikmati. Sebagaimana roti yang harus kita nikmati dengan selainya, entah coklat, susu, kacang, atau sekedar madu. Begitupula hubungan ini. Hak sepenuhnya ada di tanganmu, sayang. Harapku tak rumit. Hanya inginkan semua baik-baik saja, sampai berujung temu yang bukan sekedar harapku. Tapi juga harapmu. So? Will you go in chance make it come true? Or you just wanna make it enjoy by your side only? Entahlah. Hati in...

karena Allah semuanya mudah...

RePost kali ini lupa asalnya dari mana... Hikz. :(:(:( Tapi, don't worry be happy... Post ini tetep inspiratif dan motivational banget khususnya buat para istri, ibu rumah tangga, yang bekerja full untuk keluarga tanpa bantuan assistant rumah tangga. Kalian hebat, semoga berbalas surga... :):) Bagus nih dibaca, apalagi saat semangat luntur. Atau capek-capeknya kita... ::ISTRIKU... BERHENTILAH MENGELUH!!!::   Kisah ini menceritakan sepasang suami istri yang memiliki tujuh orang anak. Suatu hari, suaminya melihat sang istri sedang menangis sambil memasak makanan. Melihat hal itu, suami bertanya, “Wahai Istriku, apa yang terjadi denganmu? Apa yang membuatmu menangis?” “Aku menangis karena merasa sangat lelah dalam mengurus keluarga dan melakukan semua pekerjaan rumah,” sahutnya. “Aku mengurus tujuh anak kita dengan berbagai tabiat mereka. Aku harus menyediakan makanan, membereskan rumah, mencuci baju yang sangat banyak. Aku bekerja 24 jam sehari....

Nonton yuck : How To Train Your Dragon I & II

Pernah nonton how to train your dragon? Kalau belum, film ini recommended banget buat kalian. Film pertama dulu, aku nonton sama suami. Home theatre di rumah. Ceritanya dijamin gak bikin kalian yang nonton kecewa. Memang sih, dari judulnya berkesan banget kalau film ini beda dari yang lain. Biasanya beberapa film memilih judul yang pendek, bisa diambil dari salah satu karakter, atau dari nama tempat, atau kapan kejadian itu terjadi. Contoh, Shrek , Kungfu Panda , The Maleficient , 2012 , dsb. Tapi di film ini panjang banget judulnya... Ya emang ada sih judul film yang juga panjang, a cloudy with a chance of meatballs contohnya. Ok! Tapi bukan tentang menarik atau tidaknya suatu judul, bukankah isi lebih penting? Di film ini, bener-bener bisa nguras emosi penontonnya, lengkap. Mulai dari petualangan, romance, pertemanan, dan keluarga. Kalian yang nonton, pasti akan menempatkan diri sebagai si ganteng Hiccup, seorang anak kepala suku. Dimana suku ini menganggap naga sebagai musuh ter...