Langsung ke konten utama

RESUME KULWAP IIP SURABAYA RAYA W/ Ust. Aad

*Resume kulwap IIP SBY RAYA*
Hari: Selasa
Tgl: 6 September 2016
Waktu: 20.00-21.00
Narsum: Ustad Adriano Rusfi
Tema: Mendidik Anak dengan cinta dan tega.
Host: Farda
Co host: Rose

Materi:
Sungguh terharu membaca laporan pandangan mata tentang Rangmuda-rangmudi Sekolah Alam Surau Merantau yang cepat membangun kedewasaannya di perantauan Pare, Kediri.

Semalam, sayapun terpana dengan seorang laki-laki yang karena kedewasaannya saya kira telah berkeluarga. Ternyata ia baru berusia 18 tahun, namun telah merantau ke Bandung sejak berusia 15 tahun.

Duh, ternyata kenyamanan rumahlah yang telah membelenggu anak-anak kita untuk menjadi dewasa dan menghebatkan dirinya. Hanya butuh satu kemampuan ayahbunda untuk mendewasakannya : TEGA !!!

Tega adalah kemampuan untuk mengendalikan cinta dan kasihan. Itulah yang membedakan antara tega dengan benci

Tentang definisi tega ini, diungkapkan dengan sangat indah di Surah AnNur ayat 2 :

"...Janganlah welas-asih pada keduanya menghalangimu dari menegakkan agama Allah..."

Jadi, "rukun" tega ada 2 :
1. Welas-asih (cinta)
2. Tekad menegakkan prinsip

Kehidupan di luar sana sangat keras, kejam, penuh cobaan dan godaan. Dibutuhkan hati yang "tega" untuk melepas mereka ke dunia luar, seperti "teganya" orangtua-orangtua Minang tempo dulu memaksa anak laki-lakinya tidur di surau ketika telah baligh.

Bahkan boleh jadi ini "tanpa" term and condition, kecuali bahwa mereka sudah baligh. Ya, setega induk rajawali yang menjatuhkan anaknya dari sarang. Setega Ibrahim as meninggalkan keluarganya di gurun kering tanpa pernah menoleh sekalipun ke belakang.

Tanya jawab & chit chat :

1⃣ Assalamu'alaikum.
Saya Rose,
Apakah definisi "tega" yg dimaksudkan tadi termasuk misalnya memondokkan anak di pesantren atau sekolah boarding?
Ibu saya sdh berpesan (pdhl anak saya msh berusia balita skrng) kalau cucu2nya  tdk boleh dipondokkan krn mengingat pengaruh teman2 (jaman skrng) di pondok  bisa saja negatif dan posisi kita jauh dari anak (shg susah Mengontrolnya).
Bgmn nasihat Bapak?
Terimakasih

1⃣ Ibu Rose yang baik, yang dimaksudkan dengan tega adalah kemampuan untuk mengambil keputusan terhadap anak sesuatu yang tidak nyaman atau menyenangkan bagi anak, namun baik untuk masa depannya.

Jadi Hal ini tidak selalu terkait dengan mempesantrenkan anak atau tidak, karena mempesantrenkan anak namun di tempat yang nyaman, anak tidak melakukan apa-apa kecuali belajar, tidak ada resiko-resiko yang harus dipikul dalam kehidupannya, itu tidak termasuk dalam kategori tega.

Memasukkan anak ke sebuah Boarding School atau Pesantren, Padahal dia masih kecil, belum aqil-baligh, masih membutuhkan perhatian dan pendidikan dari orang tuanya, itu bukan termasuk tega. Bahkan menurut saya itu adalah sesuatu yang kejam dan merugikan anak ✅

2⃣ Assalamu'alaikum ustadz... Saya Ika, ibu dari Aisyah 9tahun. Apa bentuk tega yang bisa saya terapkan ke anak saya yang perempuan diusia nya sekarang?
Jazakallah

2⃣ Ibu Ika, untuk anak perempuan yang telah berusia 9 tahun bentuk ketegaan yang dapat kita lakukan adalah mulai mengajarkannya tanggung jawab tanggung jawab sebagai seorang anak perempuan seperti mencuci pakaiannya sendiri membantu orang tua memasak membantu orang tua merapikan rumah menyapu dan seterusnya.

Karena usianya masih 9 tahun, maka sifat aktivitasnya lebih banyak pada membantu, mensuport atau mengasisteni ibunya. ✅

3⃣ Anonim Ae

Karena anak belum gede-gede yg mau saya tanyakan pada usia berapakah "tega" itu harus ditegakkan...  saja juga bingung antara batasan "tega" dan "kejam" pada fase anak anak ini pak... Makasih

3⃣ Bunda Ae, keputusan-keputusan yang membutuhkan rasa tega terhadap anak tentunya baru akan kita mulai ketika anak telah memasuki usia mumayyiz, yaitu usia 7 tahun keatas dan seterusnya. Perbedaan antara tega dan kejam pada dasarnya tega itu adalah kemampuan untuk mengendalikan rasa cinta kita terhadap anak-anak kita , sehingga kita mampu melakukan sesuatu untuk menegakkan aturan aturan dan hukum-hukum Allah walaupun itu berat rasanya bagi kita untuk melakukannya.

Salah satu perbedaan antara tega dan kejam adalah : pada tega efeknya itu baik bagi masa depan seorang anak dan dasarnya adalah cinta. Sedangkan kejam dasarnya adalah Benci dan efeknya buruk bagi masa depan anak ✅

4⃣ Anonim Ni

Assalamu'alaikum wr.wb ustadz, sy ibu rumah tangga dg 1 anak usia 1,5 tahun. Alhamdulillah sy dikaruniai org tua yg proporsional, meski sy pernah jauh dari rumah selama 8 tahun sebelum menikah, sy tdk pernah merasakan kekurangan kasih sayang.

Kini sy menempati rumah yg dibeli suami sblm menikah berlokasi tepat disamping rumah ibu bapak mertua (krn tdk diizinkan utk jauh oleh org tuanya)

Karakter bpk ibu mertua sangat tdk tega dan sangat senang membantu kpd anak termasuk pd menantu dan cucunya (putri sy cucu pertama). Seperti: bapak mertua tiba2 datang membawa kain pel utk mengepel seluruh lantai rumah kami (padahal sblmnya sdh sy bersihkan). Hal lain ibu mertua agak kurang nyaman jika sy memasak sendiri utk suami, beliau lebih suka kami semua memakan masakan beliau. Dan itu sering terjadi dan hal2 serupa lain. Sy sdh menyampaikan baik2 perihal yg terjadi. Tetapi bpk ibu mertua tetap dan sll melakukannya dg alasan membantu sy krn sy mengasuh bayi. Baik sy membiarkannya utk menghargai mereka. Tetapi ternyata hal tsb membuat sy lemah. Sy merasa kurang terampil dlm melakukan pekerjaan2 rumah tangga. Sejujurnya sy krg nyaman dg kekhawatiran dan bantuan yg berlebihan dan sungguh tdk enak, sungkan rasanya. Seringkali sy ngotot kpd diri sendiri utk melakukan semua tugas2 rumah tangga. tetapi lagi2 krn msh ada bayi terkadang perihal memasak br mau dilaksanakan, ibu mertua sdh menyiapkan santapan utk kami. Mau masak jd tdk jd, krn mnrt beliau kami harus memakan masakannya sbg bentuk penghargaan. Sy pribadi sbg istri jg ingin memasak utk suami.

Selama ini sy berusaha mengambil jalan tengah sbg bentuk terimakasih dg mengajak ibu bpk makan diluar, menemani jalan-jalan, mengantarkan jk ada keperluan, menemani mereka ngobrol2 santai.

Yg mengusik di hati sy adalah terkadang sy merasa krg bebas dan krg terampil dlm menjalankan tugas2 rumah tangga.

Bagaimana sebaiknya menyikapi karakter mertua yg spt ini ustadz?
Terimakasih penjelasan dan nasihatnya 🙏🏻

4⃣ Bunda NI, salah satu bentuk tega adalah keberanian untuk mengambil keputusan untuk hidup sendiri, terpisah dari mertua maupun orang tua kita. Teganya dalam hal ini baik terhadap mertua dan orang tua, maupun terhadap diri sendiri.

Terhadap orang tua maupun Mertua, ini masuk dalam kategori tega karena boleh jadi mereka tidak menginginkan atau belum menginginkan kita berpisah dari mereka. Mereka masih menganggap kita adalah anak-anak mereka. Tapi kita harus tega mengambil keputusan berpisah ini, karena ini baik bagi masa depan kita dan terutama bagi masa depan anak-anak kita.

Terlalu banyak penelitian yang membuktikan bahwa anak-anak yang tinggal bersama kakek dan neneknya punya kecenderungan menjadi anak-anak yang manja, tidak mandiri, tidak memiliki ketegasan dan sebagainya.

Sedangkan untuk diri sendiri, mengambil keputusan berpisah dari mertua dan orang tua itu adalah karena kita harus tega menghadapi sebuah kehidupan yang sulit, pas-pasan, fasilitas minimal, ketidaknyamanan finansial, dan sebagainya.

Namun mari kita meyakini bahwa ketika kita telah mengambil keputusan menikah, pada saat itu kita seharusnya siap untuk hidup secara mandiri dan terpisah dari orang tua maupun mertua kita

Kemampuan kita dalam hidup mandiri dan mendidik anak biasanya melemah ketika kita masih saja tinggal dengan orang tua dan mertua ✅

5⃣ Hepi Gresik
Ustdz, saya ibu satu anak berusia 26 bulan, laki2. Saya dan suami punya beberapa peraturan dengan berbagai tingkatan, boleh, boleh dalam batasan, dan tidak boleh sama sekali. Nah yang menjadi masalah adalah ketika masuk dalam zona boleh dalam batasan, terkadang batasan itu jd agak renggang. Misalkan, anak saya boleh nonton vidio pada jam dan waktu yang telah saya tetapkan, tp pada kenyataanya ketika saya atau suami sedang lelah, atau sibuk thd suatu urusan, waktu tambahanya jadi banyak sekali apalagi ketika anak tdk sedang bersama saya. Saya jadi panik sendiri, kadang rayuan dan kata2 tegas sudah tdk mempan, jdnya saya paksa. dan si anak jd agak trauma. bagaimana menurut ustdz, apakah paksaan itu boleh dilakukan?

5⃣ Bunda Hepi dari Gresik , sebenarnya untuk anak yang masih berusia 26 bulan, istilah tega Barangkali belum tepat. Karena pada saat usia tersebut, kita masih berorientasi pada memenuhi hak-hak anak.

Belum ada kewajiban-kewajiban, batasan-batasan dan pantangan-pantangan secara spesifik pada anak usia tersebut, sebagaimana agama juga belum memberikan batasan-batasan pantangan-pantangan dan larangan-larangan yang sifatnya spesifik

Sedangkan hal-hal yang berhubungan dengan pendidikan tentang batasan-batasan, larangan-larangan dan pantangan-pantangan itu baru terjadi pada anak yang telah berusia diatas 7 tahun

Jadi dalam hal ini tidak terlalu keliru kalau seandainya Ibu ternyata agak longgar di dalam mengeksekusi batasan-batasan yang telah ditetapkan.

Dalam hal ini saya rasa tidak diperlukan pemaksaan pemaksaan tertentu pada anak apalagi jika ini dapat menimbulkan trauma.

Pembatasan pembatasan pada anak di usia ini pada dasarnya lebih diarahkan untuk mencegah anak dari melakukan sesuatu yang dapat membahayakan jiwanya ✅

6⃣ Widya -Sidoarjo
u melepas anak yg merantau apalagi baru memasuki usia aqil baligh tentu ada perasaan khawatir. Khawatir jika mereka terpengaruh dg lingkungan yg tdk baik. Bgm cara memanaj perasaan seperti ini?

6⃣ Bunda Widya dari Sidoarjo, kekhawatiran itu adalah tanda cinta, dan itulah yang membedakan antara tega dengan kejam. Jadi khawatir Itu wajar. Yang penting adalah bagaimana mengendalikan kehawatiran itu. Dan jangan sampai kekhawatiran itu membuat kita gagal untuk memutuskan hal-hal yang bisa mendewasakan anak kita.

Nah untuk mengendalikan dan mengelola rasa khawatir tersebut tentunya ada beberapa hal yang harus kita lakukan. Pertama  bekalilah anak kita seoptimal mungkin dengan segala persiapan fisik, mental, financial, agar kelak dia siap untuk memasuki kehidupan perantauan yang mandiri.

Selanjutnya barangkali anak kita tidak perlu langsung kita lepas sendiri. Dia bisa bersama teman-temannya dalam satu tim, didampingi oleh seorang mentor kedewasaan dan sebagainya. Karena itu pulalah yang dilakukan sekarang ini oleh sekolah Surau Merantau ✅

7⃣Nina
Pertanyaan saya
Seperti yang disampekan ust aad, cinta dan kasihsayanglah yang membedakan antara benci dan tega..
Untuk alasan yang bagaimana orang tua dikatakan tega, dan untuk hal yang bagaimana dikatakan tidak peduli?.
Contoh apakah misal dengan alasan orang tua harus bekerja dan meninggalkan anaknya, kemudian menyerahkan ke daycare, atau asisten rumah tangga itu boleh disebut juga "tega"?..
Pertanyaan serupa👉🏻 Ass ustad. Saya anna dr krian.
sejak usia berapa ustad sebaiknya memberlakukan prinsip tega dg anak. Untuk anak dbawah 5th.tega dg menegakan prinsip seperti apa kah sebaiknya?

7⃣ Bunda Nina saya rasa orang tua yang bekerja sehingga kemudian dia menitipkan anak anaknya kepada lembaga pendidikan anak, saya malah menganggapnya itu bukan tega tapi kejam.

Kenapa demikian ? karena pertama, pada usia tersebut justru dia butuh untuk bersama orangtuanya Bukan untuk ditinggal oleh orangtuanya. Pendidikan yang saya katakan tega adalah pendidikan di mana anak memang sudah seharusnya berpisah dari orang tuanya dan orang tuanya berani mengambil keputusan untuk membuat anak-anaknya meninggalkan orang tuanya . Itulah makna dari tega

Jadi sesuatu itu disebut tega jika dilakukan pada waktunya, dan disebut sebagai kejam jika dilakukan tidak pada waktunya.

Jadi secara umum pendidikan berbasis tega adalah pendidikan yang dilakukan setelah anak berusia 7 tahun, Sedangkan pada anak yang berusia sebelum 7 tahun tega itu adalah bentuknya membiarkan anak bebas melakukan sesuatu, walaupun mungkin itu beresiko buatnya, seperti dia memanjat, melompat-lompat dan sebagainya. Pada situasi itu tugas kita adalah melindunginya pada saat dia melakukan sesuatu yang membahayakan dirinya ✅

8⃣ Anonim TS
Ustadz, saya punya saudara perempuan. Diusianya sudah matang sekitar 26tahun, tidak ada greget sama sekali untuk mandiri, misal cari pekerjaan atau berbisnis. Masih sama orang tua, padahal sdh lulus kuliah. Kurang bisa memanajemen diri sendiri juga. Kalau sy amati mmg si adik dr kecil terbiasa dlm kondisi nyaman dan terfasilitasi. Katanya, sebelum ada jodoh ya tetep jd tanggung jawab ortu. Dari pandangan orangtuapun tidak tega melepas krn krg bertanggung jawab pd diri apalagi trhdp kepercayaan orang tua. Namun, ortu sbnrnya serba salah. Mgkn mmg terlambat dewasa secara aqil, Nah, untuk solusi kondisi sprti ini baiknya sbg saudara saya harus seperti apa ya Ustadz, apa dimagangkan begitu atau bagaimana?

8⃣ TS yang baik, saya rasa gadis perempuan tersebut dalam banyak hal tidak salah. Memang betul bahwa dia itu berada dalam tanggung jawab orangtuanya terutama secara finansial dan ekonomi. Nah Ketika nanti dia menikah maka tanggung jawab itu berpindah ke tangan suaminya

Namun demikian tetap ada hal-hal yang perlu kita lakukan terhadapnya, yaitu bagaimana dia mampu mengurusi diri sendiri, mengelola rumah tangga, menangani urusan-urusan kerumahtanggaan, mampu mengelola keuangan,  mampu bersikap taat dan patuh dan sebagainya. Dalam hal ini orangtuanya perlu tega untuk mendidiknya.

Sekali lagi, tidak ada kewajiban bagi seorang gadis atau perempuan untuk mencari pekerjaan atau berbisnis, karena kedua hal itu telah menjadi kewajiban orang tuanya atau suaminya kelak

Kalau toh harus ada hal yang dimagangkan pada dirinya maka pemagangan itu lebih bersifat pada kemampuan untuk mengelola rumah tangga,  dan untuk taat sebagai seorang perempuan.

Kalau dia lebih banyak menganggur di rumah saat ini barangkali waktunya dapat diisi dengan mengikuti kursus tata boga, tata busana, tata kelola rumahtangga dan sebagainya ✅

Closing statement dari narasumber :
Ada sebuah perintah Allah yang menarik dalam surat An Nur ayat yang pertama. Di sana Allah memerintahkan

"Janganlah belas kasih sayangmu membuat kalian urung untuk menegakkan agam Allah".

Ini adalah makna tega yang sebenarnya, bahwa tega itu mengandung dua unsur : unsur pertama adalah unsur belas kasih, sedangkan unsur kedua adalah konsistensi untuk tetap menegakkan hukum-hukum Allah, walaupun kita diliputi oleh belas kasih tersebut ✅

Postingan populer dari blog ini

Hati ini milik Allah... <3

Hai hati, apa kabarmu hari ini? Aku berharap engkau sebaik yang aku inginkan... Bahkan lebih dari itu... Nice! I got my true feelings... Im hurt. Cause this missing piece. Hey, you over there, have you feel the same feelings like me? Sudahhh... Aku memang perlu untuk harus menganggap waktu dan jarak hanya sekedar angka. Bukan lagi sebagai kerangka yang membuatku semakin tua dalam hitungan angka itu, kan? Sisa waktu long distance semakin tipis saja, itu tandanya temu akan segera tergapai. Tapi jangan lupakan... Itu pula tanda long distance relationship ini semakin lama kita nikmati. Sebagaimana roti yang harus kita nikmati dengan selainya, entah coklat, susu, kacang, atau sekedar madu. Begitupula hubungan ini. Hak sepenuhnya ada di tanganmu, sayang. Harapku tak rumit. Hanya inginkan semua baik-baik saja, sampai berujung temu yang bukan sekedar harapku. Tapi juga harapmu. So? Will you go in chance make it come true? Or you just wanna make it enjoy by your side only? Entahlah. Hati in...

karena Allah semuanya mudah...

RePost kali ini lupa asalnya dari mana... Hikz. :(:(:( Tapi, don't worry be happy... Post ini tetep inspiratif dan motivational banget khususnya buat para istri, ibu rumah tangga, yang bekerja full untuk keluarga tanpa bantuan assistant rumah tangga. Kalian hebat, semoga berbalas surga... :):) Bagus nih dibaca, apalagi saat semangat luntur. Atau capek-capeknya kita... ::ISTRIKU... BERHENTILAH MENGELUH!!!::   Kisah ini menceritakan sepasang suami istri yang memiliki tujuh orang anak. Suatu hari, suaminya melihat sang istri sedang menangis sambil memasak makanan. Melihat hal itu, suami bertanya, “Wahai Istriku, apa yang terjadi denganmu? Apa yang membuatmu menangis?” “Aku menangis karena merasa sangat lelah dalam mengurus keluarga dan melakukan semua pekerjaan rumah,” sahutnya. “Aku mengurus tujuh anak kita dengan berbagai tabiat mereka. Aku harus menyediakan makanan, membereskan rumah, mencuci baju yang sangat banyak. Aku bekerja 24 jam sehari....

Nonton yuck : How To Train Your Dragon I & II

Pernah nonton how to train your dragon? Kalau belum, film ini recommended banget buat kalian. Film pertama dulu, aku nonton sama suami. Home theatre di rumah. Ceritanya dijamin gak bikin kalian yang nonton kecewa. Memang sih, dari judulnya berkesan banget kalau film ini beda dari yang lain. Biasanya beberapa film memilih judul yang pendek, bisa diambil dari salah satu karakter, atau dari nama tempat, atau kapan kejadian itu terjadi. Contoh, Shrek , Kungfu Panda , The Maleficient , 2012 , dsb. Tapi di film ini panjang banget judulnya... Ya emang ada sih judul film yang juga panjang, a cloudy with a chance of meatballs contohnya. Ok! Tapi bukan tentang menarik atau tidaknya suatu judul, bukankah isi lebih penting? Di film ini, bener-bener bisa nguras emosi penontonnya, lengkap. Mulai dari petualangan, romance, pertemanan, dan keluarga. Kalian yang nonton, pasti akan menempatkan diri sebagai si ganteng Hiccup, seorang anak kepala suku. Dimana suku ini menganggap naga sebagai musuh ter...