Langsung ke konten utama

RESUME KULWAP IIP JATIMSEL W/ Pak Bukik

RESUME KULWAP IIP JATIM SELATAN
KAMIS, 22 SEPTEMBER 2016
TEMA : *SUDAHKAH ANAK MERDEKA UNTUK BELAJAR*
NARA SUMBER : BUKIK SETIAWAN, S.Psi

Host : Handayani Retno Hapsari
Co Host : Kabul Defiyanti

Sudahkah Anak Merdeka untuk Belajar?
💌💌💌💌💌💌💌💌
Bakat Anak – Selain merdeka atas paksaan belajar, anak butuh merdeka untuk belajar.
💌
Hari kemerdekaan bangsa Indonesia memberikan banyak inspirasi bagi banyak keluarga. Terutama, tentang bagaimana kemerdekaan bisa dimulai dari rumah mereka sendiri, yang meliputi kemerdekaan anak dalam belajar. Meskipun tidak mudah, anak pertama kali perlu bebas atas paksaan belajar dari luar – yang seringkali datang dari orangtuanya sendiri. Barulah anak bisa merengkuh kemerdekaan berikutnya: merdeka untuk belajar.
💌
Seperti yang telah saya singgung dalam artikel sebelumnya, Erich Fromm menyebut dua definisi kebebasan dalam bukunya Escape from Freedom. Namun mungkin Anda punya satu kekhawatiran: kalau anak tidak dipaksa belajar, apakah mereka akan tetap belajar? Anggapan ini biasanya didasarkan bahwa anak dianggap sebagai kertas kosong, yang tidak memiliki maupun mampu menumbuhkan dorongan untuk belajar dari dirinya sendiri. Itu sebabnya, orangtua sibuk menyuruh anak belajar.
💌
Saat anak masih kecil, kita menyaksikan sendiri, dan bahkan kerepotan melihat pertanyaan-pertanyaan yang mereka lontarkan. Kita melihat sendiri bahwa anak punya keingintahuan yang besar, tanpa diajari orangtuanya untuk bertanya. Namun ingatan ini seringkali dikalahkan saat kita menyaksikan kenyataan lain ketika anak bersekolah. Anak enggan belajar, merasa tidak semangat, dan sebagainya. Ada banyak faktor yang menyebabkan perubahan tersebut, namun kita sendiri seringkali gagal mengingat bahwa anak punya keingintahuan yang besar dan mau belajar banyak hal.
💌
Apa bukti bahwa anak punya dorongan alami untuk belajar?
Eksperimen Sugata Mitra di India dan dan proses belajar yang dilakukan Sergio Juarez Correa di Meksiko, menunjukkan bahwa anak secara alami punya dorongan untuk belajar, tanpa perlu kehadiran bahkan paksaan dari orang dewasa.
Bahkan anak jalanan pun bisa mengatur dirinya sendiri untuk belajar.
💌
Sugata Mitra meletakkan komputer yang sebentar saja sudah dikuasai anak-anak India untuk berselancar di dunia maya, padahal mereka tidak pandai berbahasa Inggris. Sergio Juarez Correa yang mengajar di sebuah sekolah yang bersebelahan dengan tempat penampungan sampah, memberi kesempatan pada murid-muridnya untuk bertanya, memilih materi yang ingin mereka ketahui. Anak tidak perlu disuruh belajar, cukup membiarkan mereka belajar, ujar Sugata Mitra. Dengan kata lain, anak memegang kendali dalam proses belajarnya.
💌
Dari sisi psikologi, saat anak memegang kendali dalam proses belajarnya, ini disebut sebagai otonomi. Dikembangkan dalam kerangka teori determinasi diri, Edward Deci dan Richard Ryan dalam jurnal On Happiness and Human Potentials: A Review of Research on Hedonic and Eudaimonic Well-Being, menyebutkan bahwa menjadi otonom adalah kebutuhan alami manusia, sekaligus salah satu jalan menuju kebahagiaan. Artinya, menuntaskan target belajar yang tumbuh dari keinginan anak sajalah yang akan membuat anak bahagia. Saat target belajar bukan berasal dari diri anak – yang berarti kondisi-kondisi di mana anak dipaksa belajar – meskipun ia berhasil menyelesaikannya, ia tidak akan bahagia.
💌
Pengembangan bakat anak adalah salah satu kesempatan yang dapat Ayah Ibu sediakan agar anak berkesempatan merasa merdeka untuk belajar. Anak sudah sibuk dengan berbagai pelajaran yang harus ia pelajari di sekolah, sehingga saat anak berkesempatan untuk menekuni bakat dan kegemarannya, anak belajar untuk memegang kendali atas proses belajarnya.
💌
Tentu saja, pilihan bakat harus berasal dari diri anak, bukan karena tren maupun permintaan orangtua. Kita sebagai orangtua bertanggung jawab menyediakan kesempatan eksplorasi yang memadai bagi anak, agar ia dapat memilih fokus belajar yang tepat untuk dirinya.
💌
❓ Apa upaya Ayah Ibu agar anak mulai mengelola sendiri proses belajarnya❓
💌💌💌💌💌💌💌💌
FAQ

1⃣ Sari, Malang.
Bagaimana cara memunculkan kebutuhan belajar anak secara mandiri, ditengah tuntutan kurikulum yg membebani seperti sekarang?
1⃣  Pertanyaan buat kita sebagai orangtua, apa yang lebih penting buat anak? Apa sebenarnya tujuan kita mendidik anak?  Mampu mengikuti kurikulum atau tumbuh menjadi anak mandiri. Kalau memang Anda mementingkan anak mengikuti kurikulum, ya konsekuensinya kemandirian anak akan terabaikan.

Berbeda kalau tujuan kita adalah kemandirian anak. Prioritaskan pada hal-hal yang membangun kemandirian anak. Jangan khawatir anak terlihat lebih lambat dibandingkan teman-temannya selama Anda yakin anak sedang berproses untuk belajar secara mandiri. ✅

2⃣ Sari, Malang
Apakah aman mengikutkan anak usia 7 tahun dalam suatu lomba?
2⃣ Saya tidak menyarankan. Kompetisi punya dampak merusak dibandingkan membangun kegemaran belajar. (Hasil riset bisa dibaca di ( http://temantakita.com/berprestasi/). Anak mungkin terlihat gemar belajar tapi hanya karena menjelang kompetisi. Tanpa kompetisi, kegemaran belajar akan menghilang. Kecanduan kompetisi! ✅

3⃣ Sy dwi mau nanya
Anak pertama sy 10th, kelas IV sd. Sejak awal memasuki kelas IV ini mengalami perubahan dlm proses belajarnya. Yg dulunya rajin, semangat, antusias skrng mengalami kebalikannya. Pernah sy tanyakan katanya tertekan di kelas, pusing bolak balik nulis dsb.
Mmng scr beban pelajaran lbh berat krn kata gurunya thn ke 4 ini pondasi utk kelas keatas nantinya.
Sy kok merasa gimana gitu pak,,, tdk tahu hrs melakukan apa.
Gimana ya pak? Apa yg hrs sy lakukan?
3⃣  Dugaan saya (baca: dugaan), Anak Ibu mengalami kelelahan belajar. Belajar adalah proses belajar sepanjang hayat tapi sebagian guru menganggap belajar hanya penting pada masa ia mengajar.

Apa yang bisa Ibu lakukan? Sama seperti yang harus kita lakukan pada orang dewasa yang kelelahan. Break! Pertama, kurangi tuntutan pada anak untuk sukses akademis. Percayalah, sukses akademis bukan segalanya. Kedua, ajak dan beri kesempatan anak melakukan aktivitas yang disukainya. Ketiga, luangkan waktu (20 - 30 menit) melakukan percakapan ringan setiap hari. (Baca http://temantakita.com/20-pertanyaan-keren-sepulang-sekolah/  | Panduan percakapan ada di buku saya Bakat Bukan Takdir) ✅

4⃣  Bunda Lina
Apa beda minat dan bakat? Mungkinkah anak tidak berminat pada bakatnya?
4⃣  Minat adalah kertetarikan pada suatu obyek/aktivitas. Jadi tergantung dengan kehadiran obyek/aktivitas tersebut. Bila obyek/aktivitas menghilang, minat juga akan berkurang dan bahkan menghilang.  Bakat adalah aktivitas/karya yang dihargai oleh masyarakat. Disebut bakat, bila anak menggunakan potensinya, melakukan proses belajar sesuai minatnya dan menghasilkan karya yang membuatnya bangga dan bermanfaat buat masyarakat.

Secara alami, tidak mungkin anak tidak berminat pada apa yang menjadi bakatnya. Bila anak tidak berminat, ada dua kemungkinan:
1. Ada kejadian traumatis yang membuatnya kehilangan minat.
2. Bukan bakatnya. ✅

5⃣  Bagaimana kh proses belajar yg sebaiknya di lakukan untuk anak 2th? Apakah mengalir saja? Ataukah ada hal-hal yg perlu di lakukan ortu untuk menggali bakatnya?

Bagaimana pendapat anda tentang penggunaan teknologi digital dalam menggali minat dan bakat anak?
Prima--IIP 2 Malang Raya
5⃣  Cara belajar terbaik buat anak adalah bermain menggunakan segala sesuatu yang ada di sekitarnya. Ketika bermain, anak sedang berperan sebagai pembelajar terbaik (penuh rasa ingin tahu, melakukan eksperimen/mencoba, dan mengambil kesimpulan dari eksperimennya).  (Sudah nobar the beginning of life? Atau membaca buku saya, Anak Bukan Kertas Kosong? :) )

Jadi kalau orangtua ingin mengenali potensi anak, ajak anak bermain, lakukan beragam permainan yang mencakup seluruh kecerdasan majemuk anak. Stimulasi, amati, nilai dan refleksikan. (Kalau mau belajar, bisa baca buku Bakat Bukan Takdir atau ikut #KelasTakita )

Teknologi digital adalah alat bantu. Boleh digunakan bila 1. Ada tujuannya. 2. Cara lain tidak memungkinkan atau sulit dilakukan. ✅

6⃣ Lia pasuruan
Assalamualaikum, apakah setiap hal yg dipelajari anak atas kemauannya sendiri pasti "pas" dg jiwa anak? Bagaimana peran orangtua agar hal yg dipelajari anak tetap d koridor hal2 yg baik dan positifn
6⃣  Tidak selalu, tapi kebanyakan lebih pas karena anak punya perasaan dan pikiran sendiri untuk menilai kemauan dan tindakannya. Siapa yang lebih paham diri kita kalau bukan kita sendiri?

Peran orangtua? Peran orangtua yang penting tapi selama ini diabaikan adalah memandu proses refleksi. Dalam proses refleksi, anak menjadi penilai terhadap perilakunya sendiri. Bangun percakapan yang memperbincangkan perilaku anak sehari-hari. Semisal: hari ini, kamu main apa yang seru? Siapa teman kamu yang baik hari ini? Apakah kamu puas dengan nilai yang kamu dapatkan?   (Baca http://temantakita.com/20-pertanyaan-keren-sepulang-sekolah/  | Panduan percakapan ada di buku saya Bakat Bukan Takdir)✅
Proses refleksi hasil belajar bisa dibaca juga di https://wiwinhendriani.com/2015/12/19/sekedar-percakapan-ringan-10-tentang-proses-belajar/

7⃣ Kl bukan kosong bgmn dgn hadits Islam, nadrani dan yahudinya seseorang bapaknyalah yg berperan, trus kl dkaitkan dgan proses berpikir bukankah qt g ngerti sesuatu jika tdak ad info sblumnya yg mrmberitahu contoh kisah nabi ibrahim as.mhn penjelasannya nggeh..
Bunda Ainun
7⃣ Beda konteks. Saya tidak bersedia mendiskusikan hadis karena bukan bidang keahlian saya. Saya hanya akan menjelaskan konsep Anak bukan kertas kosong (ABKK). ABKK berarti anak sejak lahir telah mempunyai kemauan dan kemampuan belajar. Anak bukan kertas kosong yang bisa dicekoki dengan pengetahuan oleh orang dewasa. Stimulasi dari orang dewasa yang ada di sekitarnya memang penting bagi tumbuh kembang anak, tapi bukan dengan memberitahu, menceramahi, melarang, memberi hadiah atau memberi hukuman.

Bagaimana anak mendapatkan pengetahuan, bukanlah dengan mendengar ceramah orang dewasa. Tapi dengan mengamati, merenung, berpikir menggunakan pikirannya sendiri, dan mendiskusikan hasil pikirannya dengan orang lain. Apakah kita sebagai orangtua sudah siap menjadi teman diskusi yang tidak menghakimi? ✅

8⃣ Bunda Ainun
Anak seringkali belajar krn paksaan d sebabkan krn tuntutan kurikulum.contoh anak mau mau sd d tk sdh hrs bs baca tulis apakah ini benar?klo tdk bgm sikap seharusnya orang tua biar tdk memaksakan brlajar kpd anak krn tuntutan td.syukron mhn jawabannya
8⃣  Kurikulum tidak pernah menuntut kok. Sumpah! Kurikulum hanya tumpukan dokumen yang bisu tuli. Anak dipaksa belajar bukan oleh kurikulum, tapi oleh orang dewasa (guru dan orangtua). Jadi seharusnya tugas orang dewasa adalah menjaga dan melindungi anak dari tuntutan yang tidak rasional, bukan justru terbawa arus menekan anak.

Apa yang bisa dilakukan? Sebagian kecil orangtua, memilih homeschooling. Sebagian lagi, memilih sekolah yang tuntutan akademisnya paling sedikit. Sebagian lagi, berhenti menjadi penuntut kesuksesan akademis. Bila anak sudah tertekan di sekolah, janganlah ditekan lagi di rumah. Setidaknya di rumah, anak bisa menjadi dirinya sendiri, melakukan yang bermakna buatnya.  ✅

9⃣ Mau nnya...terkait materi itu untuk anak usia berapa?
Sepemahamn sya, dibawah 2 th msih bljr sensori-motorik. *jadi sya gk nymbung ma mksd kertas kosng. Kalau emg usia sekolah ya wajar klo bukan kertas kosng soalnya udah terisi berbagai macam hehe
Makasih pak 😊😊😊
Bunda Lila
9⃣  Pernah punya pengalaman menyusui? Pernah menemui anak-anak pura-pura menangis agar ibunya datang? Hingga dua bulan, perilaku anak mayoritas dipandu oleh insting (menggenggam dan menghisap). Tapi setelah itu, anak sudah mempelajari perilaku orang disekitarnya, membangun strategi agar kebutuhannya terpenuhi. Kalau anak adalah kertas kosong, bagaimana anak bisa bersiasat?

Ya, anak bukan kertas kosong. Anak lahir sebagai pembelajar terbaik. Semua ciri pembelajar ada pada anak-anak, bukan pada orang dewasa. Siapa yang lebih banyak bertanya? Siapa yang lebih sering mencoba? Mereka adalah anak-anak.  ✅

Resume by © Kordi IIP Jatimsel ®

Postingan populer dari blog ini

Hati ini milik Allah... <3

Hai hati, apa kabarmu hari ini? Aku berharap engkau sebaik yang aku inginkan... Bahkan lebih dari itu... Nice! I got my true feelings... Im hurt. Cause this missing piece. Hey, you over there, have you feel the same feelings like me? Sudahhh... Aku memang perlu untuk harus menganggap waktu dan jarak hanya sekedar angka. Bukan lagi sebagai kerangka yang membuatku semakin tua dalam hitungan angka itu, kan? Sisa waktu long distance semakin tipis saja, itu tandanya temu akan segera tergapai. Tapi jangan lupakan... Itu pula tanda long distance relationship ini semakin lama kita nikmati. Sebagaimana roti yang harus kita nikmati dengan selainya, entah coklat, susu, kacang, atau sekedar madu. Begitupula hubungan ini. Hak sepenuhnya ada di tanganmu, sayang. Harapku tak rumit. Hanya inginkan semua baik-baik saja, sampai berujung temu yang bukan sekedar harapku. Tapi juga harapmu. So? Will you go in chance make it come true? Or you just wanna make it enjoy by your side only? Entahlah. Hati in...

karena Allah semuanya mudah...

RePost kali ini lupa asalnya dari mana... Hikz. :(:(:( Tapi, don't worry be happy... Post ini tetep inspiratif dan motivational banget khususnya buat para istri, ibu rumah tangga, yang bekerja full untuk keluarga tanpa bantuan assistant rumah tangga. Kalian hebat, semoga berbalas surga... :):) Bagus nih dibaca, apalagi saat semangat luntur. Atau capek-capeknya kita... ::ISTRIKU... BERHENTILAH MENGELUH!!!::   Kisah ini menceritakan sepasang suami istri yang memiliki tujuh orang anak. Suatu hari, suaminya melihat sang istri sedang menangis sambil memasak makanan. Melihat hal itu, suami bertanya, “Wahai Istriku, apa yang terjadi denganmu? Apa yang membuatmu menangis?” “Aku menangis karena merasa sangat lelah dalam mengurus keluarga dan melakukan semua pekerjaan rumah,” sahutnya. “Aku mengurus tujuh anak kita dengan berbagai tabiat mereka. Aku harus menyediakan makanan, membereskan rumah, mencuci baju yang sangat banyak. Aku bekerja 24 jam sehari....

Nonton yuck : How To Train Your Dragon I & II

Pernah nonton how to train your dragon? Kalau belum, film ini recommended banget buat kalian. Film pertama dulu, aku nonton sama suami. Home theatre di rumah. Ceritanya dijamin gak bikin kalian yang nonton kecewa. Memang sih, dari judulnya berkesan banget kalau film ini beda dari yang lain. Biasanya beberapa film memilih judul yang pendek, bisa diambil dari salah satu karakter, atau dari nama tempat, atau kapan kejadian itu terjadi. Contoh, Shrek , Kungfu Panda , The Maleficient , 2012 , dsb. Tapi di film ini panjang banget judulnya... Ya emang ada sih judul film yang juga panjang, a cloudy with a chance of meatballs contohnya. Ok! Tapi bukan tentang menarik atau tidaknya suatu judul, bukankah isi lebih penting? Di film ini, bener-bener bisa nguras emosi penontonnya, lengkap. Mulai dari petualangan, romance, pertemanan, dan keluarga. Kalian yang nonton, pasti akan menempatkan diri sebagai si ganteng Hiccup, seorang anak kepala suku. Dimana suku ini menganggap naga sebagai musuh ter...