RESUME KULWAPP IIP MLGRAYA 4
Kamis, 24 Des'15
Host: Susi Firdausa
Co-Host: Suci Wulansari
Notulen: Refasisila M.
🍃🌸🍃🌸🍃🌸🍃🌸🍃
Edifikasi narasumber
Narasumber kita malam ini bernama lengkap Bendri Jaisyurrahman, biasa dipanggil ustadz Bendri. Beliau tinggal di DKI Jakarta bersama keluarganya.
Seabreg kegiatan mewarnai kehidupan ustadz yg aktif sbg penggagas dan penggiat komunitas @SahabatAyah. Mulai dari trainer, motivator, penulis, konselor anak keluarga dan pernikahan, pembina SAHAJA (sahabat anak dan remaja), pembina Q-Gen (Qur'anic Generation), pengurus MIUMI (majelis intelektual dan ulama muda indonesia) cabang DKI Jakarta, pengajar di Ar Rahman Pre Wedding Academy.
Beliau punya akun twitter @ajobendri, akun fb Bendri Jaisyurrahman yg sdh diikuti oleh lbh dari 8.000 orang, dan jg fanpage Bendri Jaisyurrahman dgn penyuka lbh dari 700 orang.
〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰
👨🏻 Suami istri 👸🏻
Oleh: Bendri Jaisyurrahman
Mari bayangkan situasi ini. Suami baru pulang kerja dalam kondisi lelah. Masih menggerutu akibat macet di jalan yang kian tambah parah. Belum lagi, terbayang ultimatum dari atasan akan adanya pengurangan karyawan di perusahaan. Ditambah dengan kejadian kena tilang gara-gara ‘menjomblo’ sendirian dalam mobil ketika melintasi area three in one. Plus perut yang udah kayak ban motor. Seharian isinya angin doang, hehe..
Masih belum dramatik ya? Ok. Kita tambah. Pas di lampu merah dicolek bencong yang dandanannya bikin hilang nafsu makan. Diperparah lagi dengan isi dompet yang jika memandangnya seperti melihat batu nisan kekasih yang tiada. Bercucuran air mata menatapnya. Kebayang kan suasana tragisnya?
Begitu tiba di rumah, ternyata istri menyambut dengan cemberut dan keluh kesah. Bukan dengan senyuman dan air kopi hangat. Ampasnya aja yang tersisa, rasa pahit hingga ke dada.. Tetiba istri memberikan sebuah surat dari sekolah yang kesekian kalinya tentang perilaku anak yang mencemaskan. Diembel-embeli kalimat pengantar
“Kita harus evaluasi anak-anak kita. Kapan Mas bisa bicara?”
Duh horor. Benar-benar menyeramkan. Ini lebih menakutkan daripada film Annabelle. Dan lebih memusingkan dibandingkan senandung Cherrybelle. Bagi sebagian lelaki, ajakan mengevaluasi pengasuhan anak dari istri ibarat hadirnya debt collector ke rumah untuk menagih utang dengan mengutus orang berbadan besar yang lingkar lengannya aja udah kayak bola dunia yang terpajang di lemari sekolah.
Makin mencemaskan jika kondisi emosi suami lagi gak nyaman dan pikiran kusut karena masalah kerjaan. Maka menjadi ‘patung’ sesaat dalam situasi tersebut adalah upaya penyelamatan diri segera. Suami hanya bisa diam. Seraya mengademkan hati dengan nonton TV atau main Angry Birds di HP. Istri makin kesal. Dianggap suami cuek sama urusan anak. Cuma mau ‘ngebuat’ aja. Gak ikut memelihara. Persis kayak Dewa Brahmana dalam ajaran Hindu yang sekedar mencipta. Urusan memelihara, itu tanggung jawab Wishnu, katanya.
Sebegitunya kah para lelaki? Apa betul mereka cuek dan tak peduli dengan urusan anak? Sehingga paling malas kalau diminta evaluasi masalah buah hati mereka?
Tentu tidak. Bagi lelaki, menjadi ayah adalah impian tertinggi mereka. Ini lebih hebat dibandingkan jadi Superman, Spiderman atau Salesman. Ups. Bahkan lebih keren daripada pemeran sinetron Ganteng-ganteng Serigala.
Panggilan ‘ayah’, ‘papa’, ‘abi’ dari seorang anak adalah senandung cinta paling indah yang begitu syahdu. Menjadikan diri mereka naik kelas tanpa perlu ngambil raport hehe..emangnya anak SD? Maksudnya membuat diri mereka makin bernilai dan berharga. Terlebih jika anak yang hadir sesuai dengan harapan.
Jika pernikahan tak menjadikan mereka ‘ayah’ tersebab anak yang dirindukan tak jua hadir, hidup terasa tak lengkap. Berbagai upaya akan dilakukan demi hadirnya buah hati. Sehingga sejatinya keberadaan anak sekaligus kebaikan dan segudang prestasinya adalah kebutuhan dasar bagi para lelaki.
Jadi, bukannya mereka menolak diri untuk mengevaluasi. Mereka hanya tak ingin harga diri mereka jatuh. Sebab, evaluasi yang dilakukan istri tentang anak mirip dengan hak angket anggota dewan kepada pemerintah.
Intinya, mempertanyakan dan mempersalahkan kebijakan mereka sebagai kepala keluarga. Ujung-ujungnya ‘impeachment’ dari istri dalam bentuk boikot urusan pelayanan domestik. Ini yang dikhawatirkan. Itulah kenapa cueknya mereka adalah upaya mengulur waktu. Syukur-syukur istri akhirnya menyerah dan melupakan. Dan akhirnya perilaku anak pun makin jauh dari harapan.
Maka, mengevaluasi anak-anak ke suami tidaklah salah. Wajib bahkan. Namun harus tau tekniknya. Agar suami secara sadar terlibat dalam pengasuhan. Tak perlu lah pakai gaya sindiran. Atau kode-kodean. Kecuali jika sang suami tercatat sebagai anggota intelijen. Paham bahasa kode-kodean. Meletakkan buku parenting di meja suami atau nge-tag artikel pengasuhan ke Wall FB nya. Ini gak efektif. Suami merasa ditoyor dari belakang secara diam-diam. Egonya naik, pesan nya ditolak. Istri juga yang rugi.
Pakailah cara elegan yang disukai suami. Caranya bagaimana? Hmmm kasih tau gak ya? ‘mendadak alay’ Kasih tau dong kakak hehe…
Sebenarnya banyak cara untuk menaklukkan hati suami agar mau peduli dan siap mengevaluasi masalah anak. Salah satunya belajar dari kisah Ummu Sulaim. Ia harus menerima kenyataan pahit anaknya wafat di saat suami tak di rumah. Padahal ia tau, anak tersebut kebanggaan suaminya. Maka, ia pun mencari ide agar bisa menyampaikan pesan ‘pahit’ ini ke suaminya tanpa melukai perasaannya.
Mulailah ia berdandan yang cantik layaknya bidadari. Seraya memasak makanan kesukaan suami. Ia tau, untuk menyampaikan kabar buruk maka senangkan hati suaminya dulu. Targetnya adalah meminimalisir penolakan dan reaksi negatif dari sang suami.
Begitu suami sudah terpuaskan kebutuhan perut dan di ‘bawah perut’ nya, kabar duka itu pun disampaikan dengan cara santun. Dan ajaib. Suami menerima hal ini dengan lapang. Tidak sampai gebrak meja atau teriak lantang. Sebab, sejatinya Ummu Sulaim telah memberikan jamu yang pahit dengan campuran madu. Pahitnya tak terasa. Tersamarkan oleh manisnya madu.
Di sinilah hikmahnya. Bahwa untuk mengajak suami mengevaluasi diri khususnya dalam pengasuhan harus tau kapan waktunya. Saat suami nyaman dan terpuaskan oleh istri maka, silakan sampaikan. Kalau perlu sekalian minta tambahan uang belanja atau dibeliin Galaxy S5.
Tapi ingat, saat bicara pun tak boleh panjang kata. Lelaki biasanya tertarik dengan pembicaraan yang dimulai dengan 10 kata pertama. Setelah suami tertarik, maka lanjutkan ke pembicaraan inti. Lambat laun suami terbiasa untuk mengevaluasi diri bersama istri. Silahkan praktekkan.
Kesimpulannya, jadi suami sekaligus ayah harus mau mengevaluasi diri agar tujuan pengasuhan tercapai. Dan sebagai istri sekaligus ibu, pandai-pandailah berbicara kepada suami. Biasakan selalu dengan kalimat positif.
Salam
@ajobendri
〰〰〰〰〰〰〰〰
🌸TANYA JAWAB:
1⃣ bunda ari - pacitan
Assalamu'alaikum ustadz, saya Ari dari Pacitan. Apakah perlu suami-istri punya area privasi? (Misalnya hp, dompet,tas itu gak boleh saling lihat)
Jawab:
Waalaikumussalam wr wb...
Suami istri dalam islam diibaratkan laksana pakaian (2:187) dimana tujuannya justru menutupi privasi dan aib kepada pihak lain. Bukan kepada pasangannya. Jika privasi mulai dilakukan, maka itu tanda tidak percaya yang akhirnya merenggangkan ikatan cinta. Dan dari sinilah setan menghembuskan sifat was was yg mengakibatkan prahara dalam rumah tangga. Dengan kata lain, privasi dalam rumah tangga sejatinya senjata yg akan membunuh rasa cinta setahap demi setahap hingga pada akhirnya hubungan nikah hambar dan saling curiga. Privasi hanya dilakukan jika terkait dengan dosa terutama di masa lalu dan si pelaku sudah taubat. Maka biar ia dan Allah saja yg tau, tak perlu diumbar meski kepada pasangan. Wallahu a'lam ✅
2⃣ bunda icha - malang (iip malang 3)
bagaimana membangun komunikasi jika yg lebih dominan atau banyak bicara sang istri?
Jawab:
Istri banyak bicara itu fitrah. Sebab wanita memang memiliki struktur otak yg memang berkaitan dgn kemampuan bicara dan bahasa.
Bahkan wanita yg sehat jiwanya minimal keluar 20rb kata per hari. Kalau gak terpenuhi, bahasa tubuhnya kelihatan gak nyaman. Gendong anak bawaannya kesal. Karena tak ada ruang utk bicara.
Itulah kenapa ciri rumah tangga surga adalah memiliki kebiasaan utk selalu bicara berhadap hadapan (ash shaffat ayat 50).
Kebalikannya suami jika bicara singkat. Jika ada masalah cenderung diam. Maka ibu ibu sering kesal dan marah, udan sms banyak banyak ke suami cuman dibalas 'ok' atau 'sip'. Atau 'bungkus'.
Padahal sms nya ampe 8 paragraf hehe.
Ini tandanya ibu menikahi lelaki normal.
Nah komunikasi yg dibangun dgn suami istri menandakan relasi yg digambarkan dlmquran dalam surat annisa ayat 34. Lelaki adalah qowwam bagi wanita. Nah qowwam salah satunya memang mendengarkan keluh kesah dari istri.
Jadi sah sah aja jika suami jarang bicara dan istri lebih sering.
Tinggal masalahnya bagaimana suami meningkatkan skill utk belajar mendengar dan menyimak curhatan istri.
Sebab suami hebat cirinya adalah yg menyediakan telinga yg memancing gairah istri utk terus bercerita.
Nah salah satu tekniknya adalah merespon dgn ucapan 'hmmm..., ya Allah...subhanallah,,,gitu ya? Ckckckck'.
Dan seluruh anggota tubuh menghadap ke istri menandakan respon terhadap pembicaraan istri
Tunda dulu untuk menasehati. Sebab ciri wanita siap dinasehati ada 4 :
1. Nafasnya sudah teratur
2. Omongannya gak muter muter
3. Tangannya nyaman dipegang
4. Punggungnya nyaman diusap.
Nah jika suami belum siap memberikan respon ini, maka istri pun harus bersabar mencari waktunya. Sebab curhat pun harus lihat waktu yg tepat sebagaimana artikel di atas.
Jika dirasa suami tak mampu memberikan ruang utk bicara, maka ibu harus punya mekanisme personal utk katarsis emosi agar tak menular energi negatif ke suami atau anak yg malah perparah situasi. Salah satunya adalah dgn menulis. Ibu yg memiliki suami yg agak dingin wajib bisa menulis. Sebab menulis itu menentramkan emosi dan menjernihkan pikiran (imam nawawi). Sambil mulai membuka jalan utk bisa bicara dgn suami. Diantaranya mulai pembicaraan yg terkait dgn hobi dan kesukaan suami.
Suami cepet merespon jika bahan bicara sesuai kebutuhannya. Misalnya ngomongin indahnya poligami #ups. Hehe. Suami langsung cepat respon deh. Atau yg lainnya juga bisa. Setelah itu baru arahkan ke pembicaraan yg ringan ringan dulu. Kalau tradisi ngobrol biasa dilakukan maka hal hal yg berat pun mudah utk dibahas. Wallahu a'lam ✅
3⃣ bunda fiyan - malang (iip malang 1)
Assalamualaykum..
Ustd Bendri,
Mau tanya..
Saya saat ini sdg hamil, kan katanya bumil itu kan perasaannya harus "positif" ya.. Nah bagaimana cara sy memanagement emosi sy..Sdh faham sih klo emosi sy nanti akan berdampak pada baby sy..tp terkadang lingkungan sekitar yg tidak /krg mendukung..jd bgmn caranya sy memanage diri/hati dan emosi dr lingkungan (tanpa mengeluh 😁)?
Boleh kah sy mengungkapkan perasaan sy (berkata "sy tdk suka", "sy kecewa" dsb)? Apakah itu termasuk mengeluh?
Pernah sy coba ungkapkan k suami, tp akhirnya menimbulkan sedikit ketidakcocokan dg suami, mgkn krn hal yg sy sampaikan tsb berhubungan dg keluarganya. Bgmn cara mengkomunikasikan dg baik kpd suami?
Jawab:
Waalaikumussalam wr wb. Yg pertama kali suami harus pahami adalah hak ibu hamil. Ada dalam surat maryam ayat 26 'Maka makan dan minumlah kamu dan bersenang senanglah'. Artinya ibu hamil itu boleh makan yg enak, minum yg enak dan wajib bersenang senang. Itulah kenapa quran memberikan istilah hamil dgn kalimat al busyro Alias kabar gembira. Sebab memang ibu hamil harus gembira.
Dan ini terkait dgn hak anak. Sebab emosi ibu amat mempengaruhi anak. Suami harus tau dulu, bahwa menjadi ayah hebat bermula dari menjadi suami hebat. Berikutnya, ibu yg hamil membawa beban sekaligus hormon kehamilan yg tidak stabil. Maka memang harus dipahami oleh suami bahwa menyikapi ibu hamil jgn sama dgn menyikapi wanita normal.
Ketidaknormalan ini bukan berarti negatif. Namun karena pengaruh kehamilan terhadap emosi yg akibatkan situasi tidak normal. Karena tidak normal itulah energi sabar suami harus dua kali lipat. Sementara bagi istri harus mulai membagi waktu agar emosi stabil diantaranya :
1. Me time (utk bersenang senang sendiri) tentu kesenangan yg sesuai syariat dan tidak berlebihan
2. Couple time (bersama pasangan luangkan waktu berdua saja)
3. Family time (jika ada anak, ajak kebersamaan)
4. Social time (aktualisasi diri bersama kawan kawan)
Diskusikan hal ini dgn suami.
Selanjutnya, ibu hamil harus mulai peka terhadap stimulan emosi negatif untuk sebisa mungkin dihindari. Misalnya lapar, sinetron penguras air mata, ketemu tetangga yg nyebelin, ngantuk, dll. Kenali pemicu stress dan emosi negatif kemudian antisipasilah.
Adapun berkeluh kesah boleh saja. Dengan menyebutkan perasaan. Namun jika dirasa malah memicu konflik krn suami yg kurang peka cukup tulis saja dalam diary harian sepuasnya. Wallahu a'lam ✅
4⃣ bunda putri - malang
Ustadz, bagaimana menjaga agar hubungan suami istri tetap harmonis dan romantis seperti pengantin baru.? Dan menjadikan pasangan suami istri terlihat dewasa secara pemikiran dan tindakan.? Krn banyak org under estimate terhadap kematangan pasangan baru. Terimakasih ustadz.
Jawab:
Rumus pertama adalah meyakini bahwa keromantisan berasal dari Allah. Sebab Allah yg pengikat hati.
Allah katakan dalam surat al anfal ayat 63 'Dialah Allah yg menyatukan hati mereka. Seumpama kamu menginfakkan harta di muka bumi untk satukan hati manusia, TIDAK BAKALAN bisa. Tetapi Allah lah yg satukan hati mereka'.
Maka, romantisme dibangun bukan dengan segudang puisi dan seikat bunga apalagi bunga bangkai. Bukan itu!
Juga bukan karena beribu ribu kalimat rayuan gombal yg dihafal, 'bapak kamu supir angkot ya? Soalnya kamu ngetem terus di hati aku'. Bukan.
Rumus romantisme adalah semakin kuat dengan Allah maka Allah kuatkan ikatan hati antar pasangan. Maka, evaluasi yg harus dilakukan pertama kali terhadap pasutri adalah spiritualitas. Ketika mulai sensitif gampang marah dan cemburuan, itu tersebab hub kepada Allah yg melemah. Maka PR nya adalah kuatkan ibadah. Sholat malam dan tilawah jgn absen. Niscaya makin mesra meski sudah jadi penganten veteran. Sebab Allah yg kuatkan. Dah resepnya itu dulu✅
©IIP MlgRaya 4