Langsung ke konten utama

RESUME KULWAP IIP #2 MALANG RAYA W/ Ust. Harry Santosa

🐾💐💐💐🐾💐💐💐🐾

Kulwap 🎀 IIP #2 Malang Raya

"Apa dan Bagaimana Home Education"
                                                                                      👳🏻Narasumber : Ust.Harry Santosa
Founder MLC sekaligus praktisi Home Education sejak 1994
👰🏻Host : Bunda Yani
👰🏻co Host : Bunda Lana

Kamis, 28 Januari 2016
----------------------------

Bagian 1
💖 Home Education
(Pendidikan berbasis Rumah)

Peradaban sesungguhnya berawal dari sebuah rumah, dari sebuah keluarga. Home Education itu sifat wajib bagi kita yang berperan sebagai penjaga amanah. Karena sesungguhnya HE itu adalah kemampuan alami dan kewajiban syar’i yang harus dimiliki oleh setiap orang tua yang dipercaya menjaga amanahNya.

Jadi tidak ada yang “LUAR BIASA” yang akan kita kerjakan di HE. Kita hanya akan melakukan yang “SEMESTINYA” orangtua lakukan. Maka syarat pertama “dilarang minder” ketika pilihan anda berbeda dengan yang lain. Karena kita sedang menjalankan “misi hidup” dari sang Maha Guru.

Home Education dimulai dari proses seleksi ayah/ibu yang tepat untuk anak-anak kita, karena hak anak pertama adalah mendapatkan ayah dan ibu yg baik. Setelah itu dilanjutkan dari proses terjadinya anak-anak, di dalam rahim, sampai dia lahir. Tahap berikutnya dari usia 0-7 tahun, usia 8-14 tahun, dan usia 14 tahun ke atas kita sudah mempunyai anak yg aqil baligh secara bersamaan.

Home Education sebagai orang tua dan anak nyaris selesai di usia 14 th ke atas. Orang tua berubah fungsi menjadi coach anak dan mengantar anak menjadi dewasa, delivery method HE pun sudah jauh berbeda.

Kita dipercaya sebagai penjaga amanahNya, SEMESTINYA kita menjaganya dengan ilmu. Jadi orang tua yang belajar khusus untuk mendidik anaknya seharusnya hal BIASA, tapi sekarang menjadi hal yang LUAR BIASA karena tidak banyak orang tua yg melakukannya.

Hal-hal yang SEMESTINYA orang tua lakukan :
◈ Mendidik
◈ Mendengarkan
◈ Menyanyangi
◈ Melayani (pd usia 0-7 thn)
◈ Memberi rasa aman&nyaman
◈ Menjaga dari hal-hal yg merusak jiwa dan fisiknya
◈ Memberi contoh dan keteladanan
◈ Bermain
◈ Berkomunikasi dengan baik sesuai usia anak

Bagian 2
💖 “OUTSIDE IN“ vs “INSIDE OUT”

Tugas mendidik bukan menjejali “OUTSIDE IN“, tetapi “INSIDE OUT” yaitu menemani anak-anak menggali dan menemukan fitrah-fitah baik itu sehingga mereka menjadi manusia seutuhnya (insan kamil) tepat ketika mencapai usia aqil baligh. Satu-satunya lembaga yang tahu betul anak-anak kita, mampu telaten dan penuh cinta hanyalah rumah dimana amanah mendidik adalah peran utama ayah bundanya.

Anak lahir ke muka bumi membawa fitrahnya, sehingga perlu pendidikan yang mengeluarkan fitrah anak tersebut:

✅ Fitrah Kesucian. Inilah yang menjelaskan mengapa tiap manusia mengenal dan mengakui adanya Tuhan, memerlukan Tuhan, sehingga manusia memiliki sifat mencintai kebenaran, keadilan, kesucian, malu terhadap dosa.
✅ Fitrah Belajar.
Tidak satupun manusia yang tidak menyukai belajar, kecuali salah ajar. Khalifah di muka bumi tentunya seorang pembelajar tangguh sejati.
✅ Fitrah Bakat.
Ini terkait misi penciptaan spesifik atau peran spesifik khilafah atau peradaban, sehingga setiap anak yang lahir ke muka bumi pasti memiliki bakat yang berbeda-beda.
✅ Fitrah Perkembangan.
Setiap manusia memiliki tahapan perkembangan hidup yang spesifik dan memerlukan pendidikan yang sesuai dengan tahapannya, karena perkembangan fisik dan psikologis anak bertahap mengikuti pertambahan usianya. Misalnya, Allah tidak memerintah ajarkan shalat sejak dini, tetapi ajarkan shalat jika mencapai usia 7 tahun. Pembiasaan boleh dilakukan tapi tetap harus didorong oleh dorongan penghayatan aqidah berupa cinta kepada Allah dari dalam diri anak-anak.

🔻 Pendidikan Berbasis Shiroh

Kita perlu mengkaji lebih dalam pendidikan yang dialami oleh Rasulullah dari lahir sampai dewasa, sebagai contoh pendidikan untuk anak-anak nanti. PENDIDIKAN dan PERSEKOLAHAN adalah hal yang berbeda. Bukan sekolah atau tidak sekolah yang ditekankan, tetapi bagaimana pendidikan yang sesuai dengan fitrah anak sehingga potensi alamiah anak dapat dikembangkan, karena setiap anak memiliki potensi yg merupakan panggilan hidupnya.

🔻 Pendidikan Berbasis Potensi & Akhlak

Yang dimaksud adalah yang terkait dengan performance. Dimulai dengan mengenal sifat bawaan atau istilah Abah Rama dengan Personality Productive yang kemudian menjadi aktivitas dan performance, lalu  menjadi karir dan peran peradaban yang merupakan panggilan, akhirnya menentukan destiny. Jadi pengembangan potensi berkaitan dengan performansi, namun performansi memerlukan nilai-nilai yang disebut sebagai akhlak dan moral karakter.

Dalam mengembangkan bakatnya, anak-anak perlu diingatkan dan diteladankan dengan nilai-nilai dalam keyakinannya (Al Islam) agar perannya bermanfaat dan rahmat atau menjadi akhlak mulia. ” Setiap keluarga memiliki kemerdekaan untuk menentukan dan mengejar mimpinya , termasuk dalam hal pendidikan.”

Bagian 3
💖 Tazkiyatunnafs.

Secara sederhana dimaknai sebagai pensucian jiwa, membersihkan hati dengan banyak mendekat, memohon ampun, menjaga serta berhati-hati dari hal-hal yg syubhat apalagi haram atau waro’ kepada Allah dengan harapan keridhaan Allah SWT agar ditambah hidayah sehingga fitrah nurani memancar dalam akhlak dan sikap serta kesadaran yang tinggi atas peran (tauiyatul a’la). Pendidikan anak atau generasi memerlukan ini sebagai pondasi awal. Selanjutnya adalah masalah teknis.

Umumnya kecemasan, obsesif, banyak menuntut atau banyak memaksa atau sebaliknya, tidak konsisten (dalam arti sesuai fitrah anak, bukan obsesi orang tua), tidak percaya diri mendidik anak, muncul karena kurangnya tazkiyatunnafs para orang tuanya sehingga mudah terpengaruh oleh “tuntutan atau perlakuan” yang tidak sesuai atau menciderai fitrah.

Tujuan tazkiyatunnafs orang tua, adalah agar kita kembali kepada kesadaran fitrah kita dengan memahami konsep pendidikan sejati sesuai fitrah.
Ketika orang tua menginginkan anaknya shalih maka orang tua harus memahami konsep kesejatian/fitrah anak dan makna keshalihan sesungguhnya. Shalih adalah amal, bukan status.
Pesan dari Bunda Septi yang selalu kami pegang,  “Untuk itu siapkan diri, kuatkan mental, bersihkan segala emosi dan dendam pribadi, untuk menerima SK dari yang Maha Memberi Amanah. Jangan pernah ragukan DIA. Jaga amanah dengan sungguh-sungguh, dunia Allah yang atur, dan nikmati perjalanan anda.”

Bagian 4
💖 Metode dan Cara

Sudah tidak diragukan lagi bahwa mendidik (bukan mengajarkan) Aqidah sejak usia dini, adalah hal yang mutlak. Aqidah yg kokoh akan amat menentukan pilihan2 serta pensikapan2 yg benar dan baik dalam kehidupan anak2 kita kelak ketika dewasa. Lalu bagaimana metode dan caranya?

Menurut yg saya pahami secara sederhana, bahwa pertama, setiap pendidik atau ortu perlu menyadari bhw sesungguhnya setiap anak manusia yg lahir sudah dalam keadaan memiliki fitrah aqidah atau keimanan kpd Allah Swt. Setiap manusia pernah bersaksi akan keberadaan Allah swt, sebelum mereka lahir ke dunia. Maka tdk pernah ditemui di permukaan bumi manapun, bangsa2 yg tidak memiliki Tuhan, yaitu Zat Yang Maha Hebat tempat menyerahkan dan menyandarkan semua masalah dalam kehidupan.

Dengan demikian maka, yg kedua adalah bahwa tugas mendidik adalah membangkitkan kembali fitrah keimanan ini, namun bukan dengan doktrin atau penjejalan pengetahuan ttg keimanan, namun dengan menumbuhkan (yarubbu/inside out) kesadaran keimanan melalui imaji-imaji positif tentang Allah swt, tentang ciptaanNya yang ada pada dirinya dan ciptaanNya yg ada di alam semesta.

Dengan begitu maka, yg ketiga adalah dengan metode utk sebanyak mungkin belajar melalui hikmah-hikmah yang ada di alam, hikmah yang ada pada peristiwa sehari-sehari, hikmah pada sejarah, hikmah2 pada keteladanan dstnya.

1. Menjadi penting membacakan kisah2 keteladanan orang2 besar yg memiliki akhlak yg mulia sepanjang sejarah, baik yg ada dalam Kitab Suci maupun Hadits maupun yg ditulis oleh orang2 sholeh sesudahnya.
2. Menjadi penting senantiasa merelasikan peristiwa sehari2 dengan menggali hikmah2 yg baik dan inspiratif.
3. Menjadi penting untuk senantiasa belajar dengan beraktifitas fisik di alam dgn, meraba, merasa, mencium aroma, mengalami langsung dstnya.

Metode berikutnya, tentu saja kisah2 penuh hikmah itu perlu disampaikan dengan tutur bahasa yg baik, mulia dan indah bahkan sastra yg tinggi. Menjadi penting bahwa tiap anak perlu mendalami bahasa Ibunya dan bahasa Kitab Sucinya. Bukan mampu meniru ucapan, membaca tulisan dan menulis tanpa makna, namun yg terpenting adalah mampu mengekspresikan gagasan2 dalam jiwanya secara fasih, lugas dan indah, sensitif thd makna kiasan2 dalam bahasa sastra yg tinggi.

Para Sahabat Nabi SAW yg dikenal tegas namun memiliki empati dan sensitifitas yg baik serta visioner umumnya sangat menggemari sastra.
Semua metode itu, kembali lagi, adalah bertujuan utk membangun kesadaran keimanan melalui imaji2 positif lewat kisah yg mengisnpirasi, melalui kegairahan yg berangkat dari keteladanan, pemaknaan yg baik melalui bahasa ibu yg sempurna dstnya.

Imaji negatif akan melahirkan luka persepsi dan luka itu akan membuat pensikapan yg buruk ketika anak kita kelak dewasa.

Sampai sini kita menyadari bhw peran orangtua sebagai pendidik yg penuh cinta serta telaten maupun sebagai sosok yg diteladani dan menginspirasi tidak dapat digantikan oleh siapapun, apalagi dalam membangkitkan kesadaran keimanan anak2nya. Maka penting bagi para pendidik untuk melakukan pensucian jiwa (tazkiyatunnafs) sebelum memulai mendidik dgn kitab dan hikmah.

Bukankah orangtua lah yg akan dimintai pertanggungjawaban kelak di akhirat, bukan yang lain?

Salam Pendidikan Peradaban
#pendidikanberbasispotensiakhlak
----------------------------
♻ Disusun oleh: Tim Pengurus Pusat HEbAT

Booster dr Ustadz Harry : Aswrwb, apa kabar para Bunda arsitek peradaban, kehormatan dan kebanggan besar bisa diundang ke komunitas luarbiasa ini untuk berbagi dan belajar bersama.
Home education hari ini menjadi satu satu harapan perubahan pendidikan, setelah beberapa ratus tahun ini kita saksikan selama beberapa generasi kita mengalami krisis kemanusiaan dan krisis alam karena umumnya kita telah tercerabut dari akar rumah kita, dari akar kearifan keluarga kita, dari akar kekerabatan dan kebersamaan komunitas kita, dari akar alam dan agama kita.
Apapun krisis yang terjadi di luar rumah adalah potret dari kebanyakan kondisi rumah dan keluarga kita, bukan hanya di Indonesia, namun di seluruh dunia. Baik buruknya peradaban  sangat tergantung dari baik buruknya pendidikan di rumah rumah kita. Bukankah rumah adalah miniatur peradaban?
Maka kini marilah kembali kpd kesejatian peran kita sebagai perawat dan penumbuh fitrah anak anak kita, sebagai pendidik peradaban bagi generasi peradaban yang mereka ridha pada Allah dan Allahpun ridha pada mereka. Itu semua berawal dari hal sederhana dan sejati, yang terbukti terbaik sejak zaman Nabi Adam AS, yaitu Home Education. 😊🙏✅

FAQ

1⃣ Bunda Willy
Bagaimana mensinkronkan antara pengajaran kpd anak (mendidik mjd baik) dengan fitrah anak sehingga tidak terjadi  'tuntutan dari ortu kpd anak'
1⃣ bunda Willy yang baik,
Setiap manusia lahir dalam keadaan fitrah, lingkungan dan orangtuanyalah, menurut hadits, yang menyimpangkannya, menutupinya sehingga menjadi yahudi, nasrani dan majusi. Islam tidak disebut, karena fitrah itu sendiri sudah Islam, bahkan tdk perlu Islamisasi fitrah.
Jadi sesungguhnya tdk ada banyak pengajaran, yang ada adalah upaya membangkitkan fitrah ini. Fitrah keimanan dibangkitkan dengan keteladanan dan atmosfir keshalihan, fitrah bakat dibangkitkan dengan aktifitas yg konsisten dan disiplin, fitrah belajar dibangkitkan dengan idea menantang dan inspirasi hebat dsbnya. Jika fitrah iman bangkit, maka mereka akan mencintai Allah, RasulNya dan Kitabullah sepanjang hidupnya kelak, jika fitrah belajar dan nalarnya bangkit maka anak kita akan belajar sepanjang hidupnya, jika fitrah bakat bangkit maka mereka akan menjalani peran peradaban sbg panggilan hidupnya dstnya. Don"t too much teaching, nasehat para pakar pendidikan. Mendidik fitrah adalah bukan banyak mengajarkan, menjejalkan dstnya (outside in), namun banyak membangkitkan gairah fitrah (inside out) ✅

2⃣ Bunda Lana
Bagaimana menetukan bahan ajar HE Pak? Apakah kurikulum HE itu sama persis dg kurikulum sekolah ?
2⃣ bunda Lana yang baik,
Kurikulum HE disebut dengan personalized curriculum, atau kurikulum terpersonalisasi, yaitu kurikulum yang sepenuhnya berangkat dari kebutuhan anak sesuai potensi keunikannya atau potensi fitrahnya. Jadi bukan anak bisa atau tidak, tetapi butuh atau tidak sesuai tahapan usianya.✅

3⃣ Bunda Maya
Pak Harry..saya mo tnya...anak saya haidar 5thn..skrg tk kecil..dy mmg cenderung cpt emosi, kurng sabar dlm berusaha cpt putus asa bl terbentur hal yg dy mengalami kesulitan..bunda d sekolah bilang klo emosionalny blm matang...bagaimana mengatasinya ya?

Oya tmbahan pak...haidar suka sekali.menggambar...klo menggambar dy telaten dan detail sekali smpai objek yg kecil2.. Kemampuan fotografisnya  bagus, di usia dy yg skrg dy bs menggambar objek 3 dimensi dgn sudut pandng yg tepat..tp knp dlm hal lain dy tidak bs bersabar....jazakallah...
3⃣bunda Maya yang baik,
Dalam perspektif fitrah bakat, kemungkinan Haidar dominan otak kiri, sangat kreatif, detail, terstruktur dstnya. Umumnya anak anak spt ini IQ nya tinggi di atas 140, cenderung bright bahkan gifted. Keterbatasannya ada di rasa atau emosionalnya, empatinya kadang rendah, pembosan bukan putus asa, low performance (jarang tuntas).
Bunda tidak usah galau, keterbatasan ini nanti perlahan juga dengan bertambahnya usia, Haidar bisa menyesuaikan walaupun ga bisa sebaik mereka yg lahir dengan empati yg tinggi. Fokus saja sama keistimewaannya dan kisahkan kisah2 inspiratif utk membangkitkan fitrah spiritualitas dan ketenangannya. Usia Haidar masih sangat muda bahkan di bawah 7 tahun, tanggungjawab moral dan pengendalian emosi baru berkembang di usia di atas 7 tahun setelah ego sentrisnya mereda dan menyadari sosio sentris.
Kaidah emasnya begini, fokus pada potensi kekuatan Haidar, strategikan keterbatasannya. Fokus pada sisi cahayanya, nanti sisi gelapnya akan tdk relevan pada usia kematangannya ✅

4⃣ Dian/Malang
Assalamualaikum wr.wb
1. Ustadz, bagaimana cara menggali dan menemukan fitrah diri sendiri saat sudah dewasa?
2. Ustadz, bagaimana cara menggali dan menemukan fitrah anak bila itu dimulai saat anak sudah berusia 6th?
Terimakasih🙏🏻🙏🏻
4⃣bunda Dian yang baik,
1. Menemukan fitrah diri dalam bahasa syariatnya disebut dengan bertaubat atau kembali ke fitrah, iedul fitrah. Untuk ini, tiada cara lain kecuali tazkiyatunnafs - mensucikan diri. Maknanya adalah membuang ego dan refleksi diri, mendekat kepada Allah agar tabir kesombongan pupus dan cahaya diri nampak. Menemukan diri bermakna menyadari tujuan penciptaan Allah, lalu menyadari misi untuk mencapai maksud penciptaan itu kemudian menengok ke dalam diri, apa sesungguhnya panggilan hidup sejati kita, apa alasan kehadiran kita di muka bumi secara spesifik. Inilah yang disebut fitrah bakat, sesuatu yang Allah takdirkan menjadi peran kita. Perlu waktu untuk menemukannya, berdoalah yang banyak pd Allah dan mintalah doa pada orangtua. 
2. Yang perlu digali hanya fitrah bakat, fitrah lainnya berlaku umum. Buatlah buku dokumentasi anak sejak lahir, yang mencatat semua sifat, perasaan, cara berfikir, aktifitas yg disukai dan yang benar benar menggambarkan dirinya. Nanti akan ketemu polanya dan mulai dikembangkan serius di usia 10 tahun ke atas sehingga mencapai peran peradaban spesifiknya ✅

5⃣ Bunda Zulaikha
ust. Harry ....bagaimana ketika kita mau HE tp anakx sdh terlanjir mempunyai moral yg tdk baik?kita tarik dari sekolah umum ke HE...sebelumnya ibux sibuk skrg dg kondisi anak yg memperihatinkan banting setir ke HE?bagaimana tahapannya dari orangtua?dan bgm mengahadapi anakx tersebut? Anak lelaki usianya 12 tahun...di kelas 4, ngulang kelas 2x.
5⃣bunda Zulaikha yg baik,
Satu hal yg harus kita catat betul dalam benak dan keyakinan kita adalah bahwa tiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah yg baik, dan dengan fitrah itu pasti Allah telah takdirkan peran istimewanya kelak ketika dewasa. Selalulah yakin seperti itu, lalu selalulah relaks dan optimis.
Jika anak mengulang kelas, bisa jadi bakatnya bukan di akademis, coba gali dan temukan, ajak jalan ke berbagai profesi dan amati responsenya. Masukkan ke club yg dia sukai. Jangan pernah menjudge anak kita bodoh dan nakal. Saran saya, ikutkan talents mapping dan buat perencanaan sesuai bakatnya. Shabar saja, HE itu fokus di potensi bakat dan akhlak, bukan akademis ✅

6⃣ Bunda Yani
Menghadapi kasus LGBT yg baru heboh akhir-akhir tak pelak membuat sy selaku ibu sangat khawatir. Bagaimana cara mengantisipasi agar anak2 sejak dini terlindungi dari kasus tersebut?
6⃣ bunda Yani yang baik,
Sebagian besar kasus LGBT diakibatkan lemahnya pendidikan seksualitas (bukan pendidikan sex) di rumah sejak dini. Pendidikan seksualias ini adalah pendidikan fitrah keperempuanan dan keibuan sejak dini bagi anak perempuan, dan fitrah kelelakian dan keayahan bagi anak lelaki. Yaitu bagimana mereka bersikap, bertindak, merasa dan berfikir sesuai fitrah seksualitasnya dari hal yg paling mendasar misalnya cara berthoharoh (membersihkan najis), cara berpakaian, dstnya.
LGBT juga bisa diakibatkan krn lingkungan, ini umumnya ampuh bagi mereka yg fitrah seksualiasna tdk tumbuh baik, walaupun agamanya nampak baik sekalipun. Di boarding school maupun di pesantren, jg banyak terjadi kasus homoseksual, krn kehadiran sosok ayahibu tidak tuntas atau trlalu dini dikirim ke pesantren atau boarding.
Jika anak masih di bawah usia 14 masih banyak kesempatan utk mendidik fitrah seksualitas ini, jika sdh di atas usia 14 maka pendekatannya lebih rumit. Jika sudah terkena lebih lama lagi recoverynya.
Usia 7-10 anak lelaki didekatkan ke ayah, anak perempuan ke ibu agar peran2 seksualitas dan sosialnya sesuai. Usia 10-14 dibalik, anak perempuan ke ayah dan anak lelaki ke ibu, agar sosok feminim dan wanita idaman ada di orang terdekatnya ✅

7⃣ Sari, dari Malang, ibu 3 orang putra 7; 4,5 dan 2 tahun.
1. Persiapan yang utama untuk meng-HS kan anak usia 4,5 tahun? Disisi lain,kakaknya memilih untuk bersekolah.
2. Selama ini kami sepertinya masih memakai metode "memindahkan sekolah ke rumah". Meniru aktivitas TK, tetapi kok sepertinya kurang greget ya Pak. Sepertinya nggak dapat "feelnya". Adakah Hal sederhana yg bisa kami lakukan bersama ttp juga bisa memperkaya batin?
7⃣bunda Sari yang baik,
HE itu bukan bicara anak sekolah atau tidak sekolah, tetapi kendali dan tanggung jawab mendidik ada di tangan orangtua. HE adalah prinsip dan kewajiban para orangtua bukan pilihan. Maka HE tidak memindahkan sekolah ke rumah sebagaimana yg dianut banyak pelaku HS yang menyulap ortu jadi guru dan HS jadi bimbingan belajar.  Jika potensi anak adalah akademis maka HE nya fokus di akademis, sekolah menjadi sesuatu yg membantu. Tetapi jika anak tidak berbakat akademis, maka HE konsisten mengembangkan bakat anak tsb.
1. Persiapan utama adalah mindset dan tazkiyatunnafs.
2. Bunda ikuti saja 7 tahun pertama pendidikan Nabi SAW di Bani Sa'diyah. Semoga bunda istiqomah ya. Biasanya kita suka panikan kalau liat anak tetangga sudah bisa ini dan itu. Bunda tenang saja, dan ketahuilah bahwa dalam mendidik anak tidak berlaku kaidah makin cepat makin baik, tetapi yang ada makin cepat digegas makin cepat layu. Anak anak yg digegas terlalu cepat pada sesuatu yg belum saatnya akan mengalami mental hectic bagi yg diajarkan kognitif spt calistung terlalu cepat, kerusakan otak kanan bagi yang dipaksa belajar formal, mental block atau bingung bahasa bagi yg diajarkan bahasa asing terlalu cepat sebelum bahasa ibunya utuh.
Untuk usia 0-7tahun, cukuplah kita konsisten pada 7 hal sebagaimana Rasululkah SAW alami dalam pendidikan usia dininya
1. Menguatkan kelekatan pada anak, sosok ayah dan ibu yg selalu hadir
2. Membangkitkan fitrah keimanan dengan keteladanan dan atmosfir cinta kebenaran dalam keseharian
3. Memfasihkan Bahasa Ibu sampai utuh, sehingga anak mampu berekspresi dengan jelas dan benar. Setidaknya 9000 kosakata.
4. Memuaskan sensomotorik, dengan banyak belajar di alam, menyentuh, meraba merasakan langsung dstnya. Ini terkait muscle memory, mengingat dan belajar sesuatu melalui gerakan
5. Melatih fisik, psikomotorik. Mendaki bukit, outbound disarankan
6. Membacakan kisah kisah kepahlawanan dengan bahasa berbobot. Dekatkan dengan kisah kisah hebat dalam alQuran, hindari kisah kisah yang menakutkan, belum saatnya. Ini sekaligus mengenalkan kearifan lokal dan adab
7. Executive funtioning atau kepemimpinan dengan merawat hewan atau tumbuhan. ✅

8⃣ Bunda Jervine
Salah tidak pak kalau pendidikan berbasis HE menurut sy tidak hanya fokus pada ijazah tp value nya ada di ilmu dan prosesnya.
Saat sy berdiskusi dengan teman, ada pertanyaan Bagaimana cara men set pikiran spy bisa mikir value ilmu dan proses. Sementara di lingkungan hanya mengapresiasi hasil.
Fakta di lapangan bahwa tidak peduli qt dulu lulusan kuliahnya apa, saat kerja tdk sama dengan ilmu/jurusan saat kuliah ya g masalah. Dan saat bekerja, tdk peduli jumpalitan spt apa jg klo g achieve target ya ttp tdk dianggap kerja.
Atau jika berwirausaha meski sdh jungkir balik berusaha dan mengevaluasi, selama belum sampai sukses ya msh blm diakui
8⃣bunda Jervine yang baik,
Bunda benar, kita fokus pd fitrah dan nilai2 luhur dalam mendidik. Begitulah jika kita ingin anak anak sbg generasi yang berbeda dari generasi hari ini yg memberhalakan nilai akademis, gelar dll tanpa karya manfaat maka tentu pendidikan anak anak kita harus berbeda.
Sistem pendidikan yg sama akan melahirkan generasi yg sama, yang menjauhi fitrahnya, yaitu generasi kehilangan bakatnya walau bergelar tinggi, anjlok moralitas dan spiritalitasnya walau paham agama, kehilangan gairah inovasinya walau banyak belajar dstnya.
Kinerja akan hebat ketika orang menjalani pekerjaannya sesuai panggilan hidupnya, moral akan indah ketika orang menjalani agamanya sesuai maksud penciptaan Allah yaitu sebanyak2nya memberi manfaat dan seluas luasnya menebar rahmat 🙏😊
Jalanilah pendidikan sesuai fitrahnya sbg jalan suksesnya, tempuhlah cara suksesnya sesuai sunnatullah dan syariahNya dan perbanyaklah doa untuk kunci kesuksesannya.
Jangan khawatir dengan berbagai peluang dan gelar, ketahuilah ketika karunia fitrah ini bangkit dan memberi banyak manfaat bagi ummat maka rezqi dan peluang bahkan gelar akan datang ✅

@ #2🎀IIP Malang Raya©

Postingan populer dari blog ini

Hati ini milik Allah... <3

Hai hati, apa kabarmu hari ini? Aku berharap engkau sebaik yang aku inginkan... Bahkan lebih dari itu... Nice! I got my true feelings... Im hurt. Cause this missing piece. Hey, you over there, have you feel the same feelings like me? Sudahhh... Aku memang perlu untuk harus menganggap waktu dan jarak hanya sekedar angka. Bukan lagi sebagai kerangka yang membuatku semakin tua dalam hitungan angka itu, kan? Sisa waktu long distance semakin tipis saja, itu tandanya temu akan segera tergapai. Tapi jangan lupakan... Itu pula tanda long distance relationship ini semakin lama kita nikmati. Sebagaimana roti yang harus kita nikmati dengan selainya, entah coklat, susu, kacang, atau sekedar madu. Begitupula hubungan ini. Hak sepenuhnya ada di tanganmu, sayang. Harapku tak rumit. Hanya inginkan semua baik-baik saja, sampai berujung temu yang bukan sekedar harapku. Tapi juga harapmu. So? Will you go in chance make it come true? Or you just wanna make it enjoy by your side only? Entahlah. Hati in...

karena Allah semuanya mudah...

RePost kali ini lupa asalnya dari mana... Hikz. :(:(:( Tapi, don't worry be happy... Post ini tetep inspiratif dan motivational banget khususnya buat para istri, ibu rumah tangga, yang bekerja full untuk keluarga tanpa bantuan assistant rumah tangga. Kalian hebat, semoga berbalas surga... :):) Bagus nih dibaca, apalagi saat semangat luntur. Atau capek-capeknya kita... ::ISTRIKU... BERHENTILAH MENGELUH!!!::   Kisah ini menceritakan sepasang suami istri yang memiliki tujuh orang anak. Suatu hari, suaminya melihat sang istri sedang menangis sambil memasak makanan. Melihat hal itu, suami bertanya, “Wahai Istriku, apa yang terjadi denganmu? Apa yang membuatmu menangis?” “Aku menangis karena merasa sangat lelah dalam mengurus keluarga dan melakukan semua pekerjaan rumah,” sahutnya. “Aku mengurus tujuh anak kita dengan berbagai tabiat mereka. Aku harus menyediakan makanan, membereskan rumah, mencuci baju yang sangat banyak. Aku bekerja 24 jam sehari....

Nonton yuck : How To Train Your Dragon I & II

Pernah nonton how to train your dragon? Kalau belum, film ini recommended banget buat kalian. Film pertama dulu, aku nonton sama suami. Home theatre di rumah. Ceritanya dijamin gak bikin kalian yang nonton kecewa. Memang sih, dari judulnya berkesan banget kalau film ini beda dari yang lain. Biasanya beberapa film memilih judul yang pendek, bisa diambil dari salah satu karakter, atau dari nama tempat, atau kapan kejadian itu terjadi. Contoh, Shrek , Kungfu Panda , The Maleficient , 2012 , dsb. Tapi di film ini panjang banget judulnya... Ya emang ada sih judul film yang juga panjang, a cloudy with a chance of meatballs contohnya. Ok! Tapi bukan tentang menarik atau tidaknya suatu judul, bukankah isi lebih penting? Di film ini, bener-bener bisa nguras emosi penontonnya, lengkap. Mulai dari petualangan, romance, pertemanan, dan keluarga. Kalian yang nonton, pasti akan menempatkan diri sebagai si ganteng Hiccup, seorang anak kepala suku. Dimana suku ini menganggap naga sebagai musuh ter...