Langsung ke konten utama

Untungnya Melahirkan itu Sakit... :)

Oleh: Mohammad Fauzil Adhim

Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.”

(QS. Ali Imran, 3: 190-191)

 

Bukan kebetulan kalau melahirkan itu sakit. Andaikata Allah Ta’ala menghendaki, tak ada yang sulit untuk menghapus rasa sakit itu. Mudah pula bagi Allah Ta’ala untuk mencabut susah payah yang dirasakan oleh ibu-ibu hamil sejak awal mengandung hingga siap melahirkan. Cukuplah bagi Allah Ta’ala bertitah “Kun!” maka jadilah apa yang Ia kehendaki.

Ingatlah ketika Allah Ta’ala berfirman, “Allah Pencipta langit dan bumi, dan bila Dia berkehendak (untuk menciptakan) sesuatu, maka (cukuplah) Dia hanya mengatakan kepadanya: "Jadilah". Lalu jadilah ia.” (QS. Al-Baqarah, 2: 117).

 

Kalau kemudian harus ada rasa sakit, bahkan kesakitan yang luar biasa, pasti ada manfaat besar di baliknya. Ada hikmah di balik rasa sakit saat melahirkan baik bagi ibu maupun bayi yang dilahirkan. Tentu saja seorang ibu harus merawat kehamilannya dengan baik, menjaga kesehatannya dan melakukan hal-hal yang memang semestinya dilakukan untuk menjaga bayi yang ada dalam kandungan. Ini bukan untuk menghilangkan rasa sakit saat melahirkan, tetapi sebagai penghormatan terhadap amanah Allah Ta’ala berupa kehamilan.

 

Andaikata rasa sakit saat melahirkan membawa keburukan besar bagi bayi yang dilahirkan beserta ibunya, tentu Allah Ta’ala mencabut rasa sakit itu. Andaikata rasa sakit saat bersalin membawa keburukan besar yang membahayakan ibu dan anak, secara fisik maupun mental, niscaya kita sudah nyaris punah. Tak ada lagi yang mau melahirkan disebabkan besarnya rasa sakit. Tak ada lagi yang bisa melahirkan secara normal disebabkan trauma persalinan yang tak berkesudahan. Sedangkan anak-anak yang dilahirkan sudah mengalami banyak masalah.

 

Tetapi tidak...!

 

Berjuta-juta ibu tetap tersenyum bahagia justru beberapa detik setelah melewati rasa sakit itu. Begitu bayi lahir dengan selamat, segala rasa sakit itu seakan telah terbayar lunas. Wajah mereka berseri-seri, bahkan di saat yang menunggui persalinan masih merasa penat. Justru besarnya rasa sakit itulah yang membuat persalinan lebih bermakna. Ada perjuangan, ada pengorbanan. Salah satu hikmahnya, ikatan emosi antara ibu dan anak terbentuk lebih kuat sejak hari pertama, bahkan semenjak bayi belum lahir karena kepayahan yang bertambah-tambah saat mengandung.

 

Jika kita menyimak sejarah, orang-orang besar dalam dien ini bahkan dilahirkan bukan saja dengan rasa sakit yang amat sangat, lebih dari itu ada penderitaan yang nyaris tak tertanggungkan kecuali bagi orang-orang yang memiliki keimanan sangat kuat. Bukankah Bunda Nabiyullah Ismail adalah perempuan shalihah istri seorang nabi? Bukankah do’a seorang nabi sangat mustajabah? Tetapi kenapa masih harus ada rasa sakit dan kesengsaraan yang mengiringi kelahiran Isma’il‘alaihissalam?

 

Ada pelajaran di sini. Ada yang patut kita renungkan; apa yang harus kita perbuat dengan ongkos yang telah dikeluarkan oleh para ibu berupa rasa sakit dan kepayahan yang bertambah-tambah saat mengandung hingga melahirkan.

 

Mari kita ingat sejenak firman Allah ‘Azza wa Jalla:

 

“Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan, sehingga apabila dia telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun ia berdoa: "Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang shaleh yang Engkau ridai; berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertobat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri".”(QS. Al-Ahqaaf, 46: 15).

 

Tak ada yang kebetulan di dunia ini. Setiap ketetapan Allah Ta’ala pasti terkandung kebaikan besar di dalamnya. Sebagaimana pada setiap perintah Allah Ta’ala dan sunnah rasul-Nya pasti ada kemuliaan. Bukan daging kambing yang menyebabkan darah tinggi sehingga banyak kaum muslimin yang menghindari sunnah nabi. Tetapi gaya hidup kitalah yang menyebabkan kita mudah penyakitan.

 

Tetapi, haruskah para perempuan tetap melahirkan dengan rasa sakit? Bukankah semakin banyak berkembang teknologi maupun metode-metode yang diklaim dapat membebaskan para perempuan dari rasa sakit saat melahirkan?

Catatan Dr. Denis Walsh menarik untuk kita perhatikan. Associate Professor kebidanan di Nottingham University ini menunjukkan dalam tulisannya yang dimuat di jurnal Evidence Based Midwivery (Kebidanan Berbasis Bukti) terbitan Royal College of Midwives (RCM) bahwa rasa sakit saat melahirkan sangat bermanfaat bagi ibu maupun bayi yang dilahirkan.

Walsh menulis, “Rasa sakit dalam persalinan merupakan sesuatu yang bertujuan, penuh manfaat, memiliki sangat banyak keuntungan, seperti misalnya mempersiapkan ibu untuk mengemban tanggung-jawab mengasuh bayi yang baru lahir.”

 

Lebih lanjut Walsh menunjukkan bahwa rasa sakit saat melahirkan bersifat sesaat, sangat menyehatkan dan mempercepat terbentuknya ikatan emosi yang baik antara ibu dan anak. Walsh menekankan bahwa melahirkan secara alamiah merupakan pilihan terbaik. Usahakan dengan sungguh-sungguh agar setiap persalinan berlangsung alamiah.

Dari catatan Dr. Denis Walsh kita juga bisa memetik satu pelajaran penting. Jangan memilih operasi caesar untuk persalinan Anda kecuali sangat terpaksa, yakni ketika tidak ada pilihan lain dan secara medis memang diharuskan untuk bersalin melalui operasi. Karenanya, pastikan Anda memilih dokter yang memiliki integritas pribadi sangat kuat; dokter yang tidak mudah menganjurkan operasi hanya karena uang. Ini penting untuk kita perhatikan karena uang itu “hijau” meskipun warnyanya pink.

 

Bagaimana dengan hypnobirthing? Selain tidak didukung bukti-bukti yang kuat, Walsh juga menganjurkan agar ibu hamil tidak mengikuti program semacam ini. Sadar atau tidak, pilihan mengikuti program hypnobirthing telah melemahkan mental untuk siap berjuang dan berpayah-payah dalam mendidik anak. Berhasil atau gagal, dua-duanya tidak baik untuk Anda. Salah satu yang mengkhawatirkan jika Anda gagal menghilangkan rasa sakit saat bersalin, rentan memunculkan kekecewaan dan penolakan terhadap anak.

 

Dalam hal ini, sikap mental sebelum melahirkan sangat berpengaruh terhadap bagaimana seorang ibu menjalani persalinan dan mengasuh anak di masa-masa berikutnya. Jika Anda terpaksa bersalin melalui prosedur operasi caesar, sementara Anda sangat berkeinginan untuk melahirkan secara normal dan pada saat yang sama tidak ada niatan untuk menghindari rasa sakit, maka Anda akan lebih siap mengasuh, merawat dan mendidik anak Anda.

 

Wallahu a’lam bishawab.

Repost: Onna
@homey, 220515 13:43

Postingan populer dari blog ini

Hati ini milik Allah... <3

Hai hati, apa kabarmu hari ini? Aku berharap engkau sebaik yang aku inginkan... Bahkan lebih dari itu... Nice! I got my true feelings... Im hurt. Cause this missing piece. Hey, you over there, have you feel the same feelings like me? Sudahhh... Aku memang perlu untuk harus menganggap waktu dan jarak hanya sekedar angka. Bukan lagi sebagai kerangka yang membuatku semakin tua dalam hitungan angka itu, kan? Sisa waktu long distance semakin tipis saja, itu tandanya temu akan segera tergapai. Tapi jangan lupakan... Itu pula tanda long distance relationship ini semakin lama kita nikmati. Sebagaimana roti yang harus kita nikmati dengan selainya, entah coklat, susu, kacang, atau sekedar madu. Begitupula hubungan ini. Hak sepenuhnya ada di tanganmu, sayang. Harapku tak rumit. Hanya inginkan semua baik-baik saja, sampai berujung temu yang bukan sekedar harapku. Tapi juga harapmu. So? Will you go in chance make it come true? Or you just wanna make it enjoy by your side only? Entahlah. Hati in...

karena Allah semuanya mudah...

RePost kali ini lupa asalnya dari mana... Hikz. :(:(:( Tapi, don't worry be happy... Post ini tetep inspiratif dan motivational banget khususnya buat para istri, ibu rumah tangga, yang bekerja full untuk keluarga tanpa bantuan assistant rumah tangga. Kalian hebat, semoga berbalas surga... :):) Bagus nih dibaca, apalagi saat semangat luntur. Atau capek-capeknya kita... ::ISTRIKU... BERHENTILAH MENGELUH!!!::   Kisah ini menceritakan sepasang suami istri yang memiliki tujuh orang anak. Suatu hari, suaminya melihat sang istri sedang menangis sambil memasak makanan. Melihat hal itu, suami bertanya, “Wahai Istriku, apa yang terjadi denganmu? Apa yang membuatmu menangis?” “Aku menangis karena merasa sangat lelah dalam mengurus keluarga dan melakukan semua pekerjaan rumah,” sahutnya. “Aku mengurus tujuh anak kita dengan berbagai tabiat mereka. Aku harus menyediakan makanan, membereskan rumah, mencuci baju yang sangat banyak. Aku bekerja 24 jam sehari....

Nonton yuck : How To Train Your Dragon I & II

Pernah nonton how to train your dragon? Kalau belum, film ini recommended banget buat kalian. Film pertama dulu, aku nonton sama suami. Home theatre di rumah. Ceritanya dijamin gak bikin kalian yang nonton kecewa. Memang sih, dari judulnya berkesan banget kalau film ini beda dari yang lain. Biasanya beberapa film memilih judul yang pendek, bisa diambil dari salah satu karakter, atau dari nama tempat, atau kapan kejadian itu terjadi. Contoh, Shrek , Kungfu Panda , The Maleficient , 2012 , dsb. Tapi di film ini panjang banget judulnya... Ya emang ada sih judul film yang juga panjang, a cloudy with a chance of meatballs contohnya. Ok! Tapi bukan tentang menarik atau tidaknya suatu judul, bukankah isi lebih penting? Di film ini, bener-bener bisa nguras emosi penontonnya, lengkap. Mulai dari petualangan, romance, pertemanan, dan keluarga. Kalian yang nonton, pasti akan menempatkan diri sebagai si ganteng Hiccup, seorang anak kepala suku. Dimana suku ini menganggap naga sebagai musuh ter...