Huft, malam ini di mulai dengan iseng comment di status Bbm temen... Biasanya males sih contact sama orang yang satu ini, tak lain dan tak bukan karena dia ini tipe wanita yang pengennya di dengerin doank. Apalagi ngomongnya udah ngambul-ngambul sampai langit ketujuh seolah dia yang 'paling' dalam segalanya. Gak 1 atau 2 kali aja sih aku ngobrol sama dia dari Bbm, Whatsapp, Facebook, dan dulu juga cukup kenal lah. Wong dia temen sekolah, sekelas aku gitu...
Beranggapan semua orang bisa berubah (mungkin dia aku ajakin ngobrol, nantinya gak sombong lagi) :p, malam ini aku putuskan iseng ngobrol lagi sama dia. Dengan status Bbmnya yg lagi ditinggal lembur sama suaminya. Hihi.
Kalau untuk urusan ini, aku sih sering. Sampek bosen jaga rumah terus bahkan. Dari siang suami kuliah atau ngajar, malamnya ngasih private ke muridnya. Tet tooottt, jadinya curcol... Sayangnya aku gak pernah juga sih bikin status di tinggal lembur. :p Kalau misal mau bikin status yang sama, mungkin hampir setiap hari aku tuliskan yg serupa. Takutnya bikin boring garing karena terlalu sering... :))
Paling-paling aku cuma bilang "kangen" aja di status. Jauh lebih menyenangkan buat di baca, i feel. :)
Then, back to topic...
Awalnya aku comment, bilang kalau udah ada si kecil yg gantiin bapaknya. Bisa nemenin mamanya... Gitu deh. Dan prediksiku, kalau dia tetep ngomong yg "tinggi-tinggi" pasti dia bilang "iya, nih. Makanya kamu cepet punya anak... xxxx" gitu deh. Intinya dari dulu tuh aku selalu aja di sibukkan sama kalimatnya yg gak berubah dari tahun ke tahun pernikahan kami.
Bahagia, ternyata dia berubah juga. Gak nanyain itu lagi. :p
Yeii yeii, dan next... Semakin bergelut di conversation itu. Aku nanya "abang-abang e lambe" kalau istilah orang jawa... Buat nglanjutin topik ceritanya, aku nanya... "emang suaminya kerja dimana? Kok minggu tetep kerja?" seolah kepo. Padahal dijawab gak dijawab juga gak papa sih.
Kebahagiaan itu luntur, yang aku kira dia sudah berubah dari kesombongannya. Sirna sudah... :(
Dia bilang suaminya kerja di P**M dibawah naungan Dinas ##. Dan minggu kerja karena ada job tambahan dari instansinya. (sebenarnya sudah cukup sih dijawab gini aja). Tapi ditambahin bonus info tambahan yang bikin nyess... Hihihi. Dia bilang kerja di 'situ' karena suaminya anak Civilization Engineering di salah satu kampus swasta yg terkenal dengan mahasiswa Anak seorang Jutawan. Nextnya dia bilang di rumah dia buka usaha ng-architecture gitu. Lucunya gak nyambung sama skill jurusan yg tadi jadi pekerjaannya. :(
Ya ampunnn, ngambul-ngambul nya dia tetep. Terus lagi dia curcol (mungkin) mau beli rumah soalnya dikasih rumah sama ortunya tapi jauh dari kota gitu. Mau beli yang deket kota. Gitu deehh... (ini anak pamer, curcol atau apa ya... Semua-semuanya di show up ke aku...). Dan lagi. Dia bilang rumah aku jauh dari kota, hihihi. Ya truly... :) tapi sejauh aku tinggal di sini, gak pernah tuh ngrasa gak bahagia punya rumah jauh kota. Ke kota pun gak pernah bilang "jauh". Hikz. Menyadarkanku apa gimana ya... :)
Terus suami pulang, aku cerita deh di kamar sama suami, eh... Si suami bilang... "Ya gak papa. Dia pengen amean tau dia hebat. Suaminya hebat" dan tanya dalam hati... "kok aku gak ngrasa dia hebat sih?"
Dan suami nambahin lagi... "seharusnya ya emang gitu, bangga sama suaminya..." hihi, aku nyess. Ngrasa deh, gak pernah ngomongin pendidikan suami, karier suami, dan skill suami di depan orang. Hikz. Nyesnya itu ngrasa salah, sedih. Yang aku kira itu 'gak baik' justru yg di mau-in suami. Setelah bergelut dalam bathin, aku jawab... "oh, jadi mas mau tha di pamer2 in gitu juga. Suka ya?" dan suami jawab... "ya suka aja, asal sesuai dengan apa yg ada".
Tetoootttttt, semakin nyess lah ini hati. "...suamiku ini lhoo... lulusan S1 Matematika FMIPA UB. Sebelum lulus sudah diterima kerja di SMK Cendika Bangsa dibawah naungan Yayasan Raden Rahmat dan Dinas Pendidikan Kabupaten Malang hingga sekarang. Tahun lalu, my perfect scientist ini dapat beasiswa lhoo dari Pemprov Jatim untuk melanjutkan pendidikan program Magister Pendidikan Matematika di UM. Dan yg lebih hebat lagi, suamiku baru aja ke China, pendidikan program ini di Yangzhou University selama 1 semester, dan cuma ditempuh 2 bulan aja. :)"
Hihihi, aku ngomong gitu sama suami. Dan dia bilang... "malu..." hihihi. :') (lha wes kadung ngomong ii...)
Rasanya menipu diri :( Sayang, semut kecil saja tak pernah mengungkapkan hebatnya bisa mengalahkan si besar gajah. Ia membuat semua orang mengerti tanpa harus mengatakannya. Langitpun tak pernah mengungkapkan dirinya tinggi.
Aku tak pernah berharap engkau memujiku di depan semua orang. Aku suka pujian. Tapi aku ragu ketika engkau memujiku di depan semua orang... "sehebat itukah aku?". Pun sama seperti semut dan langit, aku ingin mereka tahu "kita hebat" tanpa harus mengungkapkannya. Karena tak semua orang senang melihat "kita hebat", karena tak semua orang percaya dengan apa yang kita katakan, karena tak semua orang menerima apa yang kita ungkapkan, karena mereka berhak memiliki banyak statement tentang kita, baik atau buruk. Bisa jadi saat engkau katakan betapa baiknya aku, mereka akan berkata buruknya aku dalam hati. Aku tak ingin sesuatu yang buruk, meski hanya seucap kata dalam hati melukai kita. Be wise, sayang. Biarlah mereka tahu, biarlah mereka mengerti, biarlah mereka memahami semuanya. Sendiri.
Tetaplah keren dalam kesederhanaan kita meski telah engkau dapati karung-karung harta karun di depan mata. I love you.
Karena yang aku mau hanya kamu, bukan mereka. :)
Onna,
@homey, 220914 12:23